Emil Liza
NIM. 1810246509
DI KECAMATAN SOSA
I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan hal tersebut dalam pembukaan UUD 1945 juga telah
wajib belajar diatur oleh PP nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar.
gratis 9 tahun, dan dilanjutkan dengan wajib belajar 12 tahun. Program wajib
anak-anak usia sekolah sampai dengan jenjang yang telah ditentukan yakni
2019). Tingginya biaya pendidikan saat ini menjadi dilema bagi masyarakat
tidak akan berjalan secara optimal. Pemahaman biaya dimaksud dalam arti
yang luas, yaitu semua pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
seperti angka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, dan prestasi
belajar siswa.
melanjutkan sekolah dan tingginya angka putus sekolah (drop out), sehingga
biaya langusng dan biaya tidak langsung yang di tanggung oleh peserta didik
langsung peserta didik antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis,
sementara biaya tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik antara
utama untuk tingkat drop-out yang tinggi dari siswa, hal ini menunjukkan
Indonesia.
Negara juga bertanggung jawab terhadap masyarakat miskin
pada meningkatnya angka putus sekolah usia 6-21 tahun (Ahmad, 2018).
pada usia sekolah, namun banyak faktor lain yang menjadi penyebab putus
dan terjangkau. Saat ini, kita juga dihadapkan pada fenomena meningkatnya
putus sekolah pada anak karena kejadian kehamilan yang tidak dikehendaki
dunia penidikan karna masih banyak ditemukan kasus siswa yang masih
berupa uang tunai dari pemerintah yang di berikan kepada peserta didik yang
berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin dalam membiayai pendidikan
Penerima PIP adalah peserta didik yang tidak mampu pada jenjang
sederajat.
166.
belajar 12 tahun.
2. Mencegah peserta didik dari kemugkinan putus sekolah (drop out) atau
formal.
Program Idonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk penerima
(bansos) adalah bantuan dalam bentuk mentransfer uang, barang, atau jasa
12 tahun.
diberikan dengan tujuan salah satunya mengurangi angka putus sekolah dan
mendorong anak putus sekolah kembali bersekolah. Berikut data angka putus
Lawas.
Tahun
No. Nama sekolah
2014 2015 2016 2017 2018
2024
Dari tabel 1.1 terlihat bahwa angka putus sekolah tingkat SD masih
dibawah 1% sesuai dengan target capaian renstra yakni < 1%. Ditingkat
masih terdapat angka putus sekolah yang jauh dari angka target capaian renstra
Untuk membantu siswa yang tidak mampu agar tetap dapat melanjutkan
sejak sejak tahun 2015 sebagai improvisasi dari program Beasiswa Siswa
indonesia pintar dalam mengurangi angka putus sekolah dan penulis tetarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Pemanfaatan Program
Kecamatan Sosa”
Kecamatan Sosa?
Sosa.
Ahmad. 2018. Kinerja indonesia Pintar Melalui kartu Indonesia Pintar (Survei
Pada 6 Propinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Volume
19. Nomor 1.
Azzahro Nadia Eklyma. 2016. Penggunaan Dana Bantuan Siswa Miskin(BSM)
oleh Siswa SMA dan SMK di kabupaten Temanggung. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Artikel Jurnal. Uiversitas Negeri Yogyakarta.
Azziz Antartila Rezki. 2019. Implementasi Instruksi Presiden (Inpres) No.07
Tahun 2014 Tentang Kebijakan Kartu Indinesia Pintar (KIP) Dalam
Menigkatkan Mutu Pendidikan Masyarakat Miskin di Indonesia. Junal
Pemerintah dan Politik Global. Vol.04. No. 02.
Ilham Moehammad, Soeharto. 2018. Evaluasi Program Indonesia Pintar. E-
Journal.Univeritas Negeri Yogyakarta.
Griadhi Ni Made Ari Yuliartini. 2018. Implemetasi Pengaturan Hak
Konstitusional Anak Dalam pemenuhan Wajib Belajar 12 tahun di
Provinsi bali. Vyahata Duta. Volume XIII. Nomor 02.
Prasojo Lantip Diat. 2010. Financial Resources Sebagai Faktor Penentu Dalam
Implementasi Kebijakan Pendidikan. Jurnal Internsional Manajemen
Pendidikan.
Permendikbud No.9 tahun 2019 tentang perubahan Permendikbut No.9 tahun
2016 tentang Juknis PIP.