Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

EVALUASI PEMANFAATAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)


DALAM MENGURANGI ANGKA PUTUS SEKOLAH
DI KECAMATAN SOSA

Emil Liza
NIM. 1810246509

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS RIAU
2019
EVALUASI PEMANFAATAN PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)

DALAM MENGURANGI ANGKA PUTUS SEKOLAH

DI KECAMATAN SOSA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hak bagi setiap individu, sebagaimana yang

tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan, pasal 2 setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan perintah wajib membiayainya. Makna

dari undang-undang tersebut ialah setiap warga negara layak mendapatkan

pelayanan pendidikan tanpa pengecualian karena sejatinya pendidikan adalah

hak azazi setiap manusia.

Sejalan dengan hal tersebut dalam pembukaan UUD 1945 juga telah

diamanatkan bahwa pemerintah wajib bertanggung jawab dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Dari

beberapa landasan diatas, dapat dikatakan bahwa semua warga Negara

Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan pemerintah wajib

membiayai dan menyediakan segala fasilitasnya.

Undang-undang juga sudah mengamanatkan bahwa pendidikan

merupakan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi untuk rakyatnya melalui

undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan dan peningkatan mutu serta relevansi pendidikan untuk

menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional diwujudkan melalui Program Wajib Belajar. Lebih lanjut program

wajib belajar diatur oleh PP nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar.

Wajib Belajar merujuk pada suatu kebijakan yang mengharuskan warga

negara dalam usia sekolah mengikuti pendidikan sekolah sampai jenjang

tertentu dan pemerintah berupaya memberikan dukungan sepenuhnya agar

warga negara peserta wajib belajar dapat mengikuti pendidikan sekolah.

Wajib Belajar dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan dasar

gratis 9 tahun, dan dilanjutkan dengan wajib belajar 12 tahun. Program wajib

belajar adalah program pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah untuk

anak-anak usia sekolah sampai dengan jenjang yang telah ditentukan yakni

Sekolah Menengah Atas.

Program pendidikan gratis untuk mensukseskan wajib belajar yang

dicanangkan oleh pemerintah belum terlaksana secara maksimal. Masalah

pembiayaan pendidikan selalu menjadi masalah krusial bagi masyarakat,

terutama pada lapisan masyarakat menengah ke bawah (Antartila Rezki Aziz,

2019). Tingginya biaya pendidikan saat ini menjadi dilema bagi masyarakat

kalangan menengah kebawah untuk bisa menyekolahkan anak-anak mereka

baik di tingkat pendidikan dasar dan smpai lanjutan tingkat atas.

Hampir semua kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah

memerlukan biaya, dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan

tidak akan berjalan secara optimal. Pemahaman biaya dimaksud dalam arti
yang luas, yaitu semua pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan, baik dalam bentuk uang, barang, ataupun tenaga. Besar-kecilnya

biaya pendidikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu pendidikan,

seperti angka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, dan prestasi

belajar siswa.

Tingginya biaya pendidikan menyebabkan tingginya angka tidak

melanjutkan sekolah dan tingginya angka putus sekolah (drop out), sehingga

berpengaruh terhadap APM (Novrian, 2019). Besarnya biaya pendidikan baik

biaya langusng dan biaya tidak langsung yang di tanggung oleh peserta didik

selalu menjadi alasan utama meningkatnya angka putus sekolah. Biaya

langsung peserta didik antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis,

sementara biaya tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik antara

lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain.

Salah satu faktor yang mendukung dalam dunia pendidikan adalah

kemiskinan. Kemiskinan dan pendidikan adalah aspek yang memiliki kaitan

erat apabila digabungkan dengan kesejahteraan yang ada di masyarakat (N.

Rohaeni dan O. Saryono, 2018). Kemiskinan merupakan salah satu alasan

utama untuk tingkat drop-out yang tinggi dari siswa, hal ini menunjukkan

bagaimana kondisi ekonomi keluarga secara signifikan mempengaruhi

partisipasi anak di sekolah (M. Bahrul & Dina, 2019). Kemiskinan

menyebabkan terbatasnya kesempatan masyarakat untuk mengakses

pendidikan, sementara pendidikan salah satu cara untuk lepas dari

kemiskinan. Kemiskinan inilah menjadi masalah dalam dunia pendidikan di

Indonesia.
Negara juga bertanggung jawab terhadap masyarakat miskin

sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 34 menyatakan fakir

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Masih banyak permasalahan pendidikan formal lain yang berdampak

pada meningkatnya angka putus sekolah usia 6-21 tahun (Ahmad, 2018).

Beberapa kasus memang terkait dengan kemiskinan ataupun faktor ekonomi,

seperti banyaknya anak-anak yang terpaksa bekerja untuk mencari nafkah

pada usia sekolah, namun banyak faktor lain yang menjadi penyebab putus

sekolah, seperti ketersediaan akses dan fasilitas pendidikan yang memadai

dan terjangkau. Saat ini, kita juga dihadapkan pada fenomena meningkatnya

putus sekolah pada anak karena kejadian kehamilan yang tidak dikehendaki

pada anak-anak. Kejadian yang lebih komprehensif perlu dilakukan

untukmenjawab akar persoalan dari angka putus sekolah ini. Tetap

dibutuhkan upaya pemerintah untuk menurunkan angka putus sekolah ini

dalam rangka mencapai pemerataan pendidikan.

Upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada masyarakat agar memperoleh layanan pendidikan yaitu salah satunya

melalui Program Indonesia Pintar (PIP) disalurkan melalui Kartu Indonesia

Pintar. Kebijakan Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program

pemerintah yang di luncurkan untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam

dunia penidikan karna masih banyak ditemukan kasus siswa yang masih

sekolah namun putus sekolah karna kesulitan biaya.

Program Indonesia Pintar selanjutnya disingkat PIP adalah bantuan

berupa uang tunai dari pemerintah yang di berikan kepada peserta didik yang
berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin dalam membiayai pendidikan

(Pemendikbud Nomor 9 Tahun 2018).

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Permendikbud 9 tahun 2018).

Penerima PIP adalah peserta didik yang tidak mampu pada jenjang

pendidikan dasar sampai pada jenjang pendidikan menengah atas SMA/SMK

sederajat.

Program Indonesia Pintar yang memberikan bantuan bagi anak-anak

yang tidak mampu sebagai bagian penyempurnaan Program Bantuan Siswa

Miskin (BSM). Program Indonesia Pintar diatur dalam peraturan pemerintah

antara lain: Pertama, Intruksi Presiden Keluarga Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,

Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun

Keluarga Produktif. Kedua, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

166.

Tujuan dari program indoneisa pintar antara lain :

1. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan

layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk

mendukung pelakasanaan pendidikan menganh universal/rintisan wajib

belajar 12 tahun.

2. Mencegah peserta didik dari kemugkinan putus sekolah (drop out) atau

tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi.


3. Menarik siswa putus sekolah (drop out) agar melanjutkan kembali

mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/sanggar kebiagatan belajar

(SKB/pusat kegiatan belajar masayarakat (PKBM)/lembaga kursus dan

pelatihan (LKP)/ balai latihan kerja (BLK) atau satuan pendidikan

formal.

Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan, secara implisit dijelaskan dalam Pasa l4, Peraturan Presiden

Nomor 166 Tahun 2014, dalam pelaksanaan program perlindungan sosial,

Pemerintah menerbitkan kartu identitas bagi penerima program perlindungan

sosial, yaitu: Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) untuk penerima Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk penerima

Program Idonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk penerima

penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang menerapkan bantuan sosial sebagai

strategi dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan

sosial. Program Indonesia Pintar merupakan salah kebijakan publik berupa

bantuan sosial dari Pemerintah dalam dunia pendidikan. Berdasakan

peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 181/2012, bantuan sosial

(bansos) adalah bantuan dalam bentuk mentransfer uang, barang, atau jasa

oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat untuk melindungi

masyarakat dari kemungkinan risiko sosial, meningkatkan kemampuan

ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Peran kebijakan Program Indonesia Pintar dalam beberapa penelitian

terdahulu tentang implementasi Program Indonesia Pintar antara lain


penelitian Antartila Rizki Aziz (2019) menyatakan bahwa implementasi

Program Indonesia Pintar telah berhasil dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan masyarakat miskin. Sedangkan menurut N.Rohaeni dan Oyon

Saryono (2018) Program Indonesia Pintar juga telah berhasil menciptakan

pemerataan pendidikan. Selanjutnya penelitian penelitian Karmila, Zulfan,

dan Firdaus (2019) menyatakan bahwa kebijakan PIP adalah kebijakan

pendidikan yang mengatasi peserta didik dari putus sekolah hingga

mewajibkan peserta didik untuk menyelesaikan pendidikan sampai tahap

Sekolah Menengah Atas atau wajib belajar 12 tahun dalam penelitian

berjudul Efektifitas Program Indonesia pintar terhadap rintisan wajib belajar

12 tahun.

Kabupaten Padang Lawas merupakan bagian dari wilayah Propinsi

Sumatera Utara, yang juga melakasanakan Program Indonesia Pintar (PIP).

Tingginya angka putus sekolah dan angka buta akasara merupakan

permasalahan pendidikan yang tertuang dalam Renstra Dinas Pendidikan

kabupaten Padang lawas tahun 2019. Program Indonesia Pintar (PIP)

diberikan dengan tujuan salah satunya mengurangi angka putus sekolah dan

mendorong anak putus sekolah kembali bersekolah. Berikut data angka putus

sekolah dan data penerima Program Indonesia Pintar Kabupaten Padang

Lawas.

Tabel 1.1 Data Angka Putus Sekolah Kabupaten Padang Lawas

Tahun
No. Nama sekolah
2014 2015 2016 2017 2018

1 SD 0,1% 0,3% 0,2% 0,2% 0,1%


2 SMP 1,18% 1,12% 1,08% 1,5% 1,2%

3 SMA/SMK/MA 2,2% 3,23% 3,19% 3,08% 2,68%

Sumber: Renstra Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lawas 2020-

2024

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa angka putus sekolah tingkat SD masih

dibawah 1% sesuai dengan target capaian renstra yakni < 1%. Ditingkat

SMA/SMK sederajat terjadi kenaikan yang cukup tinggi melebihi target

rencana pencapaia renstra. Berdasarkan observasi data dan wawancara dengan

kepala Sub bagian program dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten

Padang Lawas, angka putus sekolah SMA/SMK sederajat cukup tinggi

dibanding pendidikan dasar karena di tingkat SMA/SMK sederajat

membutuhkan biaya yang lebih tinggi.

Program Indonesia Pintar diberikan kepada siswa disemua jenjang

pendidikan, namun pada kenyatan mengapa di jenjang SMA/SMK sederajat

masih terdapat angka putus sekolah yang jauh dari angka target capaian renstra

dinas pendidikan paang lawas yaitu kecil dari 1%.

Untuk membantu siswa yang tidak mampu agar tetap dapat melanjutkan

sampai pendidikan menengah atas. Program indonesia pintar sudah terlaksana

sejak sejak tahun 2015 sebagai improvisasi dari program Beasiswa Siswa

Miskin (BSM) yang telah berjalan sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan fakta yang ada dan berdasarkan penelitian

terdahulu belum ada yang membahas efektifitas pemanfaatan program

indonesia pintar dalam mengurangi angka putus sekolah dan penulis tetarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Pemanfaatan Program

Indonesia Pintar (PIP) dalam Mengurangi Angka Putus Sekolah di

Kecamatan Sosa”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimanakah kesiapan penerima Program Indonesia Pintar SMA

Negeri di kecamatan Sosa?

b. Bagaimanakah pelaksanaan Program Indonesia Pintar SMA Negri di

Kecamatan Sosa?

c. Bagaimanakah pemanfaatan dana Program Indonesia Pintar di SMA

Negri di Kecamatan Sosa?

d. Apakah kebijakan Program Indonesia Pintar sudah dapat mengurangi

putus sekolah SMA Negri di Kecamatan Sosa?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui kesiapan penerima Program Indonesia Pintar

SMA Negri di kecamatan Sosa.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Indonesia Pintar SMA

Negri di Kecamatan Sosa.

c. Untuk mengetahui pemanfaatan dana Program Indonesia Pintar di

SMA Negri di Kecamatan Sosa.


d. Untuk mengetahui efektifitas kebijakan Program Indonesia Pintar

dalam mengurangi putus sekolah tingkat SMA Negri di Kecamatan

Sosa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah dan memperdalam pengetahuan di bidang

pendidikan dan pemahaman terhadap kontribusi kebijakan

Program Indonesia Pintar dalam meningkatkan mutu pendidikan

khususnya mengurangi angka putus sekolah di kecamatan Sosa.

b. Dapat memebrikan sumbangan pikiran, bahan referensi dan

informasi bagi penulis lainnya yang mengambil tema yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah dapat dapat memberikan sumbangan informasi

bagi pihak berwenang ataupun pemerintah dalam pembuatan

kebijakan untuk mempertimbangkan anak yang mengalami putus

sekolah agar benar-benar efektif untuk meningkatkan

kesejahteraan pendidikan anak.

b. Bagi Sekolah dapat menjadi sumber informasi bagi pihak sekolah

dalam mengantisipasi adanya siswa putus sekolah.


II. DATAR PUSTAKA

Ahmad. 2018. Kinerja indonesia Pintar Melalui kartu Indonesia Pintar (Survei
Pada 6 Propinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Volume
19. Nomor 1.
Azzahro Nadia Eklyma. 2016. Penggunaan Dana Bantuan Siswa Miskin(BSM)
oleh Siswa SMA dan SMK di kabupaten Temanggung. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Artikel Jurnal. Uiversitas Negeri Yogyakarta.
Azziz Antartila Rezki. 2019. Implementasi Instruksi Presiden (Inpres) No.07
Tahun 2014 Tentang Kebijakan Kartu Indinesia Pintar (KIP) Dalam
Menigkatkan Mutu Pendidikan Masyarakat Miskin di Indonesia. Junal
Pemerintah dan Politik Global. Vol.04. No. 02.
Ilham Moehammad, Soeharto. 2018. Evaluasi Program Indonesia Pintar. E-
Journal.Univeritas Negeri Yogyakarta.
Griadhi Ni Made Ari Yuliartini. 2018. Implemetasi Pengaturan Hak
Konstitusional Anak Dalam pemenuhan Wajib Belajar 12 tahun di
Provinsi bali. Vyahata Duta. Volume XIII. Nomor 02.
Prasojo Lantip Diat. 2010. Financial Resources Sebagai Faktor Penentu Dalam
Implementasi Kebijakan Pendidikan. Jurnal Internsional Manajemen
Pendidikan.
Permendikbud No.9 tahun 2019 tentang perubahan Permendikbut No.9 tahun
2016 tentang Juknis PIP.

Permendikbud No.22 tahun 2015tentang rencana strategis Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan tahun 2015-2019.
Rohaeni N. Eni. Saryono Oyon. 2018. Implementasi Kebijakan Program
Indonesia Pintar (PIP) Melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) dalam
Upaya Pemerataan Pendidikan. Indonesia Journal Of Education
Management and Administration. Vol. 02. No.01.
Setiawan Ibnu. Adytama Sidharta. Arisanty Deasy. 2016. Pengaruh Pemanfaatan
Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap hasil Ujian Akhir Semester (UAS)
Siswa SMP Negri di Kecamatan Banjarmasin Utara. Jurnal Pendidikan
Geografi. Vol. 3. No. 2.

Sukanti Zulia, Bukhari. 2018. Hubungan Pelaksanaan Program Indonesia pintar


(PIP) dengan Perubahan Pranata Pendidikan DI Kecamtan Jagong Jeget
Kabupataen Aceh tengah. Jurnal Ilmiah. Universits Syahkuala. Vol.4.
No.1.

Tim Nasional Percepatan Penaggulan Kemiskinan (TNP2K). 2019. Rangkuman


Informasi Program Indoneisa Pintar (PIP) di Kementrai Agama. Edisi Juli
2019.
Undang-undang dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang pendidikan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Vivi Aryanti. R. 2016. Kesiapan Intitusi Pelaksanaan dalam Implememtasi
program indonesia Pintar (PIP) untuk Tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) di Wilayah Jakarta Selatan. Jurnal Kebijakan Publik dan Birokrasi.
Vol. 1. No. 2.

Wirastiani Bambang Ismanto, Wasito Hadi. 2019. Evaluasi Program Indonesia


Pintar Dalam Peningkatan Akses Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol.6. No.1.
Lilis Novia saraswati. 2017. Implementasi Kebijakan Program Indonesia Pintar
(PIP) pada Jenjang Sekolah Dasar di Kecamatan Sungai Pinang Kota
Samarinda. Jurnal Administrasi Negara. Volume 5. Nomor 4.
Abrian Duta Firmansyah, Akhamd Solikin. 2019. Impact of Social Assinteances
dan Proverty and inequelity: RASTRA, PIP, and PKH Programs in
Indonesia. Junral BPPK. Volume 12. Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai