Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui Lembaga
Pendidikan Non Formal Berbasis Tabungan
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh :
Nama Ketua : Nur Ramadhana SM
NIM : G 201 14 033 Angkatan: 2014
Nama Anggota : Retno Budiasih
NIM: G 701 13 111 Angkatan: 2013
Nama Anggota : Rukmana
NIM: G 301 12 008 Angkatan: 2012
Nama Anggota : Ersella Ayu Nuramita NIM: G 701 14 214 Angkatan: 2014

UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH

Lembar pengesahan dicetak dari http://simlitabmas.dikti.go.id


- Login ke http://simlitabmas.dikti.go.id dengan username dan password
yang sudah diberikan
- Klik Pengajuan Usulan dan Identitas Pengusul
- Klik Edit dan lengkapi isian Identitas, Daftar Anggota dan Luaran
- Unduh lembar pengesahan

Edit
Unduh lembar pengesahan

- Lengkapi datanya (Warek III: Irfan Purnawan, S.T., M.Chem.Eng., NIP.


20.773), setelah lengkap, klik icon merah (pdf) di kanan untuk save as pdf

save as pdf

- Print, lengkapi ttd, scan dan gabung ke dalam proposal / ganti halaman ini
(demikian juga surat pernyataan ketua tim di halaman belakang, print, ttd
dan gabung ke proposal).

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN
PENDAHULUAN
GAGASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

RINGKASAN
Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan, hal ini ditandai
dengan masih tingginya angka putus sekolah pada anak usia sekolah di negeri ini.
Tercatat angka putus sekolah di Indonesia mencapai 7,39 juta pada tahun 2014
dengan penyebab utamanya adalah kemiskinan (Galamedianews, 2 Juni 2015)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini, baik dari
Pemerintah maupun pihak swasta, seperti peningkatan program wajib belajar 9
tahun menjadi 12 tahun, pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan Program
Indonesia Pintar sebagai penyempurnaan dari BSM. Namun, upaya upaya yang
dilakukan masih sebatas pemberian bantuan dana, belum sampai menyentuh
faktor lainnya yang sebenarnya juga cukup berpengaruh, yaitu motivasi belajar
serta beban mencari nafkah yang sering harus dialami oleh seorang anak yang
berasal dari keluarga miskin. Perlu adanya suatu cara yang cukup efektif untuk
mengatasi hal ini, yang tentunya tidak cukup dengan hanya melalui bantuan
pendidikan gratis sekalipun.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan gagasan ini yaitu untuk
menawarkan sebuah solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah putus
sekolah pada anak anak usia sekolah yang telah putus sekolah selama maksimal
3 tahun. Solusi ini berjudul: Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui
Lembaga Pendidikan Non Formal Berbasis Tabungan. Bank Edu bertujuan untuk
mengatasi tingginya angka putus sekolah, dimana dalam program ini
menggabungkan antara sistem tabungan layaknya dalam bank, pembelajaran
terbimbing, dan bantuan pendidikan. Dalam Bank Edu, setiap anak putus sekolah
tidak hanya sekedar diberi jaminan pendidikan gratis, namun juga dibantu dalam
biaya hidup yang akan diambil dari sebagian nominal tabungan yang
diakumulasikan setiap bulan, dan sebagian lagi akan tetap disimpan sebagai bekal
untuk sekolah nanti. Setelah anak tersebut memenuhi syarat tertentu, maka anak
itu akan diikutkan dalam program kesetaraan paket A, B, atau C sehingga dapat
melanjutkan sekolah dengan biaya dari hasil tabungannya selama maksimal 1
tahun.
Teknik implementasi gagasan ini membutuhkan tahapan tahapan pokok
yaitu pendataan, tes awal, pemberian modul, bimbingan, transaksi (latihan, tes),
evaluasi, persiapan ke dunia sekolah. hal ini membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak yaitu: Pemerintah, Kementerian Sosial, Dinas Pendidikan,
Sekolah, dan masyarakat.
Pelaksanaan yang terkontrol baik dan kerjasama dari semua pihak akan
menghasilkan manfaat yang maksimal. Dengan adanya Bank Edu, selain
menghilangkan hambatan ekonomi untuk bersekolah, juga sedikit demi sedikit
akan menumbuhkan motivasi belajar dalam diri setiap anak, serta turut membantu
lahirnya anak anak berprestasi dengan sistem belajar yang terbimbing.
Membantu dalam pemberian bantuan pendidikan yang tepat sasaran, serta
membantu dalam suksesnya program wajib belajar 12 tahun.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan sejatinya merupakan hak setiap warga negara, khususnya
generasi muda, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31
ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan. Selanjutnya dalam ayat (2) ditegaskan bahwa setiap warga Negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3)
menetapkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang undang. Pendidikan juga sangat berperan dalam ketersediaan sumber
daya manusia yang mumpuni. Singkatnya, pendidikan berperan penting dalam
segala aspek kehidupan individu, berbangsa, dan bernegara.
Namun, tingkat partisipasi pendidikan di Indonesia masih cukup rendah, hal
ini ditandai dengan masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Bahkan,
angka putus sekolah di Indonesia mencapai 7,39 juta dengan penyebab utama
adalah kemiskinan.(Galamedianews, 2 Juni 2015). Selain itu, data
Puan Maharani selaku Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
menyampaikan bahwa pemerintah mulai meningkatkan program wajib belajar 9
tahun dengan memberlakukan program wajib belajar 12 tahun gratis sekitar Juni
2015. Dengan adanya langkah ini, pemerintahan Presiden Jokowi sepenuhnya
siap dalam membiayai dan memberikan semua fasilitas sampai anak bangsa
memiliki pendidikan yang minimum sampai pada tingkat sekolah menengah atas
(SMA). Puan Maharani menyampaikan jika pelaksanaan program tersebut
mempunyai 2 konsekuensi. Dalam sisi lain, semua anak bangsa akan wajib
bersekolah sampai batas yang ditentukan oleh pemerintah. Sementara pada sisi
lain, pemerintah diwajibkan untuk mengeluarkan semua biaya dan wajib
menyediakan semua fasilitas penunjang dalam rangka mewujudkan Wajib Belajar
12 tahun gratis. (Indoberita, 13 Januari 2015)
Program ini pun didukung dengan berbagai kebijakan kebijakan yang
diharap turut membantu dalam pengentasan putus sekolah. Namun, kebijakan
kebijakan yang diterapkan selama ini hanya mengarah pada bantuan berupa
pemberian dana bantuan biaya pendidikan dan biaya operasionalnya. Hal ini
tentunya belum cukup untuk mengatasi permasalahan putus sekolah. Pemberian
bantuan ini selain sering kali tidak tepat sasaran, juga dinilai kurang efektif,
karena faktor penyebab putus sekolah ini bukan hanya sebatas masalah biaya
pendidikan, namun juga berbagai faktor lain, salah satunya adalah motivasi
belajar dan bersekolah. Padahal, inilah yang sebenarnya paling dibutuhkan bagi
seorang siswa agar dapat berprestasi dan memanfaatkan kesempatan bersekolah
dengan sebaik baiknya.
Kembali lagi ke masalah ekonomi. Adakalanya seorang anak dituntut untuk
menjadi tulang punggung keluarga, dalam arti mencari nafkah, sehingga anak
tersebut terpaksa meninggalkan sekolah dan lebih memilih bekerja. Sehingga,

meskipun telah dijamin bisa bersekolah gratis sekalipun, bisa jadi anak tersebut
tetap memilih untuk bekerja ketimbang belajar di sekolah.
Karena itulah kami menawarkan konsep Bank Edu sebagai solusi atas tiga
kendala di atas. Melalui gagasan ini, maka diharapkan tidak hanya dapat
menghilangkan kekhawatiran akan biaya pendidikan, namun juga bisa mengatasi
kendala waktu dalam mencari nafkah, juga sekaligus menumbuhkan dan
mendorong motivasi belajar dan bersekolah anak putus sekolah. Konsep Bank
sendiri dipilih karena berhubungan dengan filosofinya sebagai tempat menabung,
yang dalam gagasan ini diartikan sebagai Tabungan Ilmu.
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah untuk menggagas
suatu upaya untuk mengatasi tingginya anak putus sekolah dengan mendirikan
Bank Edu. Dalam hal ini, Bank Edu merupakan lembaga pendidikan non formal
yang menggabungkan sistem tabungan, pembelajaran terbimbing, serta bantuan
pendidikan yang terkontrol dalam jangka waktu maksimal 1 tahun.
Manfaat
Penulisan gagasan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Manfaat dari Bank Edu
adalah selain menghilangkan hambatan ekonomi untuk bersekolah, juga sedikit
demi sedikit akan menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak tersebut
melalui metode belajar yang diterapkan. Selain itu, Bank Edu juga turut
membantu terciptanya anak anak berprestasi dengan sistem belajar yang
terbimbing. Membantu dalam pemberian bantuan pendidikan yang tepat sasaran,
serta membantu dalam suksesnya program wajib belajar 12 tahun.
GAGASAN
Tingginya Angka Putus Sekolah di Indonesia
Menurut laporan dari departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit
ada empat anak yang harus putus sekolah. Berdasarkan data UNICEF pada tahun
2015 ada sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan
lanjutan yakni sebanyak 600 anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia
Sekolah Menengah Pertama (SMP). bahwa sebanyak 75,7% siswa putus sekolah
dikarenakan masalah ekonomi (Okezone, 17 Agustus 2015).
Menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono
Suwignjo, M. Eng, Sc, beliau mengatakan bahwa berdasarkan data Kemendikbud
2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat
melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor
ekonomi; anak anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan
pernikahan di usia dini (USAID Indonesia, 2013).

Motivasi Belajar yang Rendah


Disadari atau tidak, motivasi belajar yang rendah turut mempengaruhi
tingkat prestasi seseorang. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai (Kajian
Pustaka, April 2013). Motivasi belajar ini sangatlah penting dalam tercapainya
prestasi belajar yang diharapkan.
Ketika seorang anak diperintahkan untuk belajar, baik itu di rumah maupun
di sekolahnya, haruslah ada faktor pendorong yang membuatnya betah berlama
lama belajar atau setidaknya mau belajar. Sekolah atau lembaga pendidikan
apapun itu seyogyanya memperhatikan faktor motivasi belajar ini, agar
kedepannya pendidikan anak akan berdampak positif bagi anak itu sendiri.
Anak anak yang telah lama putus sekolah terlebih harus bekerja mencari
nafkah adalah hal yang perlu menjadi perhatian serius bagi para pemberi bantuan
pendidikan, termasuk pemerintah.
Solusi Kekinian Penanganan Anak Putus Sekolah
Dalam rangka mengatasi banyaknya anak putus sekolah ini, telah dilakukan
berbagai upaya, baik dari Pemerintah maupun pihak swasta, antara lain Program
Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia pintar. Pada awalnya program ini
ditujukan pada siswa siswi yang masih bersekolah. Namun, pada KIP 2015 juga
menampung anak putus sekolah. program ini merupakan penyempurnaan dari
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak akhir 2014 (TNP2K). KIP sendiri
merupakan kartu yang ditujukan bagi keluarga miskin dan rentan miskin yang
ingin menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun secara gratis. Mereka yang
mendapat KIP ini akan diberikan dana tunai dari pemerintah secara reguler yang
tersimpan dalam fungsi kartu KIP untuk bersekolah secara gratis tanpa biaya.
Meski telah mengantongi data penerima KIP, pemerintah tetap saja mendapat
sejumlah kritikan karena data yang dipakai dinilai sudah tidak sesuai sebab
merupakan data lama. Menanggapi hal tersebut Menteri Kebudayaan dan
Pendidikan, Dasar Menengah Anies Baswedan mengakui data yang digunakan
saat ini masih menggunakan data lama yang berbasis sekolah. Namun ke depan
pastiny akan diubah dan diperluas dengan menggunakan data berbasis keluarga.
Anies sendiri sudah memahami bahwa konsep Kartu Indonesia Pintar bukan
hanya menjangkau siswa miskin saja, tetapi anak yang belum memasuki usia
sekolah yang orangtuanya berekonomi miskin (Cermati, 3 Desember 2015).
Selain itu, pemerintah daerah juga melakukan berbagai upaya dalam mengatasi
persoalan ini, antara lain Pemprov Kaltim yang menyediakan beasiswa bagi 4000
anak di Kaltim yang diluncurkan melalui Beasiswa Kaltim Cemerlang untuk
mendukung program wajib belajar 12 tahun yang sudah dicanangkan gubernur
sejak 2009 (Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim, 24 Juni 2013).

Sementara dari pihak swasta, upaya pengikisan anak putus sekolah ini
datang dari berbagai yayasan, salah satunya Putera Sampoerna Foundation yang
mengadakan program penggalangan dana bertajuk Save a Teen. Save a Teen
merupakan sebuah kampanye penggalangan dana yang dimulai sejak tahun 2009
yang menawarkan cara mudah dan praktis bagi para individu dan organisasi untuk
memberikan bantuan dan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas kepada
generasi muda berprestasi dan berkarakter, namun berasal dari keluarga
prasejahtera. Sejak diluncurkan pada tahun 2009, Save a Teen telah
menggandeng mitra dari berbagai sektor industri seperti perbankan,
telekomunikasi, restoran dan hiburan. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah
melalui penggalangan dana dengan menyisihkan sebagian dari hasil penjualan
bisnis mitra. Tim penggalang dana dari Save a Teen terus melakukan inovasi
dalam membuat program atau mekanisme penggalangan dana yang disesuaikan
dengan model bisnis para mitra. Kerjasama ini dilakukan melalui beragam jalur
seperti donasi online, pengisian lembar komitmen atau melalui program-program
ritel menarik dari mitra pendukung. (PuteraSampoernaFoundation, 20 September
2013).
Bank Edu
Upaya upaya untuk penanganan anak putus sekolah yang dilakukan
selama ini masih sebatas pemberian beasiswa atau sekolah gratis dan bantuan
dana pendidikan Bank Edu merupakan lembaga non formal yang bertujuan untuk
mengatasi persoalan ini dengan menggabungkan sistem tabungan layaknya di
bank, bimbingan terpadu, dan bantuan pendidikan sebagai inovasi dalam
pemberian bantuan pendidikan yang selama ini dinilai kurang efektif, dikatakan
demikian karena dalam pelaksanaannya bantuan bantuan pendidikan di
Indonesia selama ini hanya berkutat pada pemberian dana tanpa memperhatikan
apakah dana tersebut sudah benar benar tepat sasaran, dan kalau tepat sasaran
apakah pemberian dana tersebut sudah cukup untuk mengatasi masalah ini, karena
selain alasan ketiadaan biaya untuk bersekolah, juga alasan lain yang perlu
dipertimbangkan yaitu motivasi sekolah anak itu sendiri, serta apakah anak
tersebut adalah tulang punggung keluarga yang dengan terpaksa harus
mengorbankan waktunya untuk mencari nafkah meskipun anak tersebut sangat
ingin bersekolah, mengingat waktu untuk berada di sekolah hampir seharian
penuh. Selain itu, program program beasiswa yang selama ini diadakan sebagian
besar hanya untuk anak anak berprestasi, atau kembali lagi pada konsep bantuan
pendidikan berupa materi yang lagi lagi belum tepat sasaran seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Dari alasan alasan serta berbagai pertimbangan di atas, maka program ini
dapat menjadi jawaban bagi pemerintah dan pihak pihak terkait dalam
menyalurkan dana bantuan pendidikan kepada setiap anak dalam dengan tepat
sasaran, yaitu kepada anak anak usia sekolah yang putus sekolah, memiliki

kemauan untuk sekolah, dan layak dibiayai sekolahnya hingga ke jenjang yang
lebih tinggi (khususnya SMP, SMA, dan perguruan tinggi). Solusi yang kami
tawarkan ini akan berdampak sinergis, baik dari sisi internal anak itu sendiri
maupun dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, dalam hal ini masalah ekonomi,
anak anak tersebut tidak perlu terlalu khawatir dengan urusan mencari nafkah
untuk keluarganya, karena 40% dari total tabungannya selama sebulan bisa
dicairkan dalam nominal uang yang dapat dipergunakan sebagai biaya hidup atau
tetap ditabung. Dari sisi internal, akan tumbuh motivasi yang kuat untuk belajar
agar dapat membantu mencari nafkah sekaligus untuk melanjutkan sekolahnya
nanti. Motivasi ini akan muncul sedikit demi sedikit sebagai akibat dari penerapan
sistem tabungan berbasis nilai yang dinominalkan, sehingga anak akan merasa
terpacu untuk belajar lewat bimbingan dan modul yang diberikan. Anak juga akan
diberikan tenggat waktu maksimal setahun untuk menyelesaikan program ini,
tujuannya untuk memacu anak tersebut agar giat belajar dan tidak menunda
nunda melakukan transaksi (yaitu penyetoran latihan dan pengerjaan tes
langsung di bank)
Pihak yang Membantu untuk Mengimplementasikan Gagasan
Putus sekolah seyogyanya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam
mengatasi permasalahan ini, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam hal ini Kementerian
Pendidikan, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Sosial. Kementerian Pendidikan
dan Dinas Pendidikan berperan sebagai pengatur regulasi dalam pelaksanaan
program ini. Sementara itu, data data anak putus sekolah dari Kementerian
Sosial diharapkan dapat menjadi acuan yang tepat. Selain itu, masyarakat
berperan dalam memberi informasi yang riil tentang anak anak putus sekolah di
lingkungan mereka, Terakhir, keluarga sebagai orang orang terdekat si anak
sebagai pengontrol dan pendorong belajar anak tersebut di rumah.
Selanjutnya adalah bagaimana mekanisme pelaksanaan gagasan ini.
Diperlukan koordinasi antara pemerintah, dinas pendidikan, kementerian sosial,
sekolah dan masyarakat. Gambarannya ada dalam bagan di bawah ini.

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Bank Edu

Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan


Agar gagasan ini terlaksana dengan baik dan mencapai hasil maksimal maka
langkah langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mendata anak anak yang putus sekolah karena alasan biaya dengan maksimal
telah putus sekolah dengan cara berkoordinasi dengan kementrian sosial,
masyarakat, serta terjun langsung ke lapangan (agar hasil yang didapat lebih
akurat), lalu kemudian dikumpulkan.
2. Mengadakan tes psikologi di bulan pertama untuk mengetahui alasan anak itu
putus sekolah dan motivasi awal dalam mengikuti program ini.
3. Melakukan pendampingan selama 3 bulan, untuk mempersiapkan setiap anak
dalam menjalani program ini.
4. Memberikan modul secara gratis sesuai tingkatan (SD-SMA) dan sesuai
dengan kecenderungan potensi yang dimiliki masing masing anak.
5. Nasabah mengerjakan soal-soal latihan dalam modul di rumah, lalu disetor ke
bank.
6. Bank mencatat skor yang didapat, lalu memasukkannya dalam tabungan
(dikonversi dalam nominal rupiah). Nilai berbentuk huruf (A, B, C, D, E)
dengan nominal tertentu.
7. Petugas memberikan tes dalam bentuk pilihan ganda dan/atau essay, lalu
menilai. Hasilnya dikonversi dalam bentuk rupiah ke dalam tabungan.
8. Jika peserta berhasil menyelesaikan soal soal dalam modul, maka boleh
dilanjutkan ke tingkat berikutnya, dengan pencairan sebanyak 40%
tabungannya (setiap bulan) yang bisa digunakan untuk membeli modul atau
keperluan yang lain, dan sisanya ditabung kembali.
9. Jika telah memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu telah menyelesaikan
program ini dalam waktu maksimal 1 tahun, dan presentasi transaksi minimal
80% dari 96 kali total transaksi yang disarankan maka nasabah tersebut bisa
mencairkan tabungannya dalam bentuk beasiswa (paket A, B, dan C) dan/atau
biaya hidup (jika masuk di Universitas). Bagi yang belum memenuhi syarat
maka akumulasi tabungan yang dikumpulkan akan dibayarkan sebagai biaya
pendaftaran masuk sekolah, tanpa ditunjang dengan biaya hidup
10. Mengikutsertakan dan membiayai tes kesetaraan paket A, B, dan C bagi para
nasabah yang telah memenuhi syarat yang ditentukan.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Terbentuknya suatu wadah yang menggabungkan konsep bank dengan
beasiswa untuk menaungi anak anak putus sekolah dengan bekerja sama dengan
pihak pemerintah, masyarakat, dan yayasan terkait, khususnya dinas pendidikan
untuk mendirikan lembaga pendidikan berbentuk bank dengan konsep tabungan
pengetahuan. Dinas pendidikan sangat berperan dalam hal ini terutama dalam

berkoordinasi dengan masyarakat agar anak anak yang menjadi sasaran utama
dalam program ini dapat terjaring secara tepat dan akurat.
Teknik Implementasi Gagasan
Pengimplementasian gagasan ini membutuhkan waktu yang sekitar 1 tahun.
Diperlukan peran pihak pihak terkait untuk menjamin bahwa data anak anak
yang ikut program ini benar benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Berikut adalah estimasi waktu yang diperlukan.
Bulan pertama, mendata anak anak putus sekolah masih masuk usia sekolah.
Bulan kedua, menentukan lokasi lokasi sebagai bank.
Bulan ketiga, melakukan tes psikologi terhadap anak anak yang sudah terjaring.
Bulan keempat, Bulan kelima, menyusun modul yang akan digunakan.
Bulan keenam, mencetak dan membagikan modul.
Bulan ketujuh hingga bulan ke Sembilan, melakukan proses transaksi.
Bulan ke duabelas melakukan tes kesetaraan paket A, B, dan C untuk menguji
kelayakan nasabah (siswa).
Bulan ke tigabelas, memasukkan nasabah yang telah lolos tes kesetaraan ke
sekolah sekolah dengan biaya pendaftaran ditanggung oleh pemerintah
berdasarkan jumlah tabungan yang telah dikumpulkannya.
Bulan ke empatbelas, evaluasi serta perluasan lingkup program ini ke daerah
daerah lain di Indonesia.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Prediksi hasil yang akan dicapai setelah diimplementasikannya gagasan ini
adalah sebagai berikut:
a. Penurunan jumlah anak putus sekolah karena alasan ekonomi.
b. Semakin banyak anak anak berprestasi yang akan dihasilkan melalui
program ini, karena meningkatnya motivasi belajar serta kekhawatiran untuk
bisa bersekolah tanpa khawatir kekurangan waktu mencari nafkah dapat
teratasi.
c. Membuka peluang untuk semakin banyak anak anak yang dapat mewakili
Indonesia dalam ajang olimpiade, karena program ini menerapkan sistem
pembelajaran terfokus.

DAFTAR PUSTAKA
yuliastuti, citra. 2007. PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP
PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi survey pada Universitas
di Kota Bandung ). Skripsi. Universitas Widyatama.
TNP2K. 2016. Program Indonesia Pintar Melalui kartu Indonesia Pintar.
http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-i/program-indonesia-pintarmelalui-kartu- indonesia-pintar-kip/. Diakses tanggal 20 April 2016.

Lampiran 2.
Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

No

Nama /NIM

Program
Studi

Bidang
Ilmu

Nur
Ramadhana

Matematika

Matematika

Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
12

Retno Budiasih

Kimia

Farmasi

Rukmana

Kimia

Kimia

10

Ersella Ayu
Nuramita

Kimia

Farmasi

Uraian
Tugas
Penulis,
Pemberi
Gagasan
Penyumbang
Ide
Penyumbang
Ide,
memperbaiki
penulisan.
Pengurus
Berkas,
Penyumbang
Ide.

UNIVERSITAS TADULAKO

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
NIM
Program Studi
Fakultas

: Nur Ramadhana
: G20114033
: Matematika
: MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT)


saya dengan judul:
Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Berbasis Tabungan
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenarbenarnya.
Palu,29 April 2016

Mengetahui,
Wakil Rektor III
Bidang Kemahasiswaan,

Yang Menyatakan,
Meterai Rp 6.000,Tanda tangan

Prof. Dr. Djayani Nurdin, SE, M.Si


NIP : 196112271988111003

Nur Ramadhana
NIM: G20114033

UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai