UNIVERSITAS INDONESIA
Oleh :
Sura Fabio Mangaraja
2206121310
Tabel 1 Angka Anak Tidak Sekolah (OOSC) Menurut Kelompok Umur, 2022
Sumber : Susenas, 2022
Salah satu fokus utama PIP adalah mengurangi angka putus sekolah di kalangan
peserta didik. Dengan memberikan bantuan finansial kepada keluarga yang menghadapi
kesulitan ekonomi, pemerintah berharap dapat merayu siswa-siswa yang sebelumnya
menghentikan pendidikan mereka agar kembali melanjutkan pembelajaran. Selain itu,
program ini juga direncanakan dengan tujuan untuk mengurangi beban finansial yang harus
ditanggung oleh peserta didik dalam pendidikan mereka, termasuk biaya-biaya langsung
maupun tidak langsung yang seringkali menjadi kendala bagi keluarga yang berada dalam
kondisi ekonomi yang kurang mampu. Sesuai dengan sasaran pembangunan pendidikan,
yaitu memastikan kualitas pendidikan yang inklusif, merata, serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang masa untuk semua individu, maka pendidikan haruslah dapat diakses oleh
semua orang tanpa adanya pembatasan berdasarkan usia, lokasi, atau waktu. Salah satu
caranya adalah pemerintah harus memastikan dukungan khusus kepada peserta didik yang
menghadapi kesulitan ekonomi. Seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 2 menunjukan
bahwa status ekonomi masih memiliki dampak yang signifikan pada tingkat pendidikan yang
dapat dicapai oleh penduduk.
Gambar 2 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 15
Tahun ke Atas Menurut Status Ekonomi, 2022
Sumber: Kemdikbud 2012, Juknis BSM SMA, 2013, dan Perdirjen Dikdasmen No.
05/D/BP/2018
Sasaran utama penerima manfaat dari dana PIP mencakup:
1. Peserta didik yang merupakan pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP).
2. Peserta didik yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu
atau berisiko secara finansial, dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.
3. Peserta didik yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
dengan fokus pada studi keahlian tertentu.
4. Peserta didik yang merupakan yatim piatu.
5. Peserta didik yang memiliki disabilitas.
6. Peserta didik yang menjadi korban bencana alam atau musibah lainnya.
Sasaran yang ingin dicapai dari Program Indonesia Pintar (PIP) yang menjadi
program prioritas nasional tujuannya adalah untuk memastikan setiap anak yang berusia
sekolah mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan cara ini, diharapkan semua warga
Indonesia dapat menerima dan menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah. Namun,
berdasarkan Gambar 4 masih ada penduduk yang tidak melanjutkan sekolah, baik di tingkat
SD/sederajat, SMP/sederajat, maupun SM/sederajat.
Gambar 4 Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan
Karakteristik, 2022
Kemudian dari 91,03 persen siswa yang melanjutkan ke SMP/Sederajat terdapat 89,02
persen siswa berhasil menamatkan jenjang pendidikan tersebut. Namun dari 89,02 persen
tersebut, hanya 70,78 persen yang melanjutkan ke jenjang SM/Sederajat. Selanjutnya hanya
ada sekitar 67,45 persen yang sudah menamatkan jenjang SM/Sederajat, 0,84 persen masih
bersekolah dan 2,49 persen putus sekolah saat menempuh jenjang SM/Sederajat. Yang perlu
diperhatikan adalah tingginya persentase penduduk yang menyelesaikan SMP/sederajat
tetapi tidak meneruskan ke jenjang SM/sederajat, yaitu sebesar 18,24 persen. Ini mungkin
disebabkan oleh alasan ekonomi, kemampuan akademik siswa yang kurang, atau sejumlah
alasan lainnya.
Pada dasarnya, sebagian besar penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di Indonesia
telah menyelesaikan pendidikan wajib selama 9 tahun atau tamatan SMP/sederajat ke atas
(62,68 persen). Berdasarkan data Susenas 2022 dapat diketahui bahwa dari 100 penduduk 15
tahun keatas, 22 diantaranya tamatan SMP/sederajat, 29 merupakan tamatan SM/sederajat
dan 10 yang menamatkan pendidikannya sampai jenjang Perguruan Tinggi, sedangkan
sisanya tamatan SD/sederajat ke bawah.
Gambar 7 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 15
Tahun ke Atas, 2022
Salah satu indikator untuk mengukur peningkatan akses pendidikan adalah dengan
melihat analisis terhadap anak putus sekolah yang menunjukkan angka putus sekolah peserta
didik penerima PIP (40% PIP) cenderung lebih kecil dibandingkan dengan peserta didik
kelompok miskin 40% di setiap satuan pendidikan pada gambar 1.5. Artinya, dengan adanya
PIP, angka putus sekolah pada peserta didik dengan katagori kesejahteraan rendah yang
menerima PIP tersebut menjadi lebih rendah.
Gambar 8 Perkembangan Angka Putus Sekolah SD (a), SMP (b), dan SMA/SMK (c)
Sumber : BPS Susenas, 2022
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. “Kinerja Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar: Survei pada 6
Provinsi di Indonesia.” Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 19(1): 532-534
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 9/2018 tentang Petunjuk Teknis Program Indonesia Pintar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 3/2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Menteri Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 69/2009
tentang Standar Biaya Operasi non-Personalia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan. 2008. Bantuan Operasional Sekolah
pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Puslitjaknov, Balitbang, Depdiknas
Saraswati, L.N. 2017. Impelementasi Kebijakan Program Indonesia Pintar (PIP) pada
Jenajang Sekolah Dasar di Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda. Jurnal
Administrasi Negara, 5 (4), 6737-6750.
Suprastowo, Philip. 2014. “Kontribusi Bantuan Siswa Miskin terhadap Keberlangsungan dan
Keberlanjutan Pendidikan Siswa.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20 (2): 149-
172
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah: Rujukan bagi
Penetapan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya