Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MASIH

SEBATAS RETORIKA

Tema : Pendidikan
Kelompok : Seawall
Anggota kelompok :
1. Lucky Dea Ambarwati 04311740000004
2. Guntur Wisesa Ilma 04311740000012
3. Alfian Solih Wicaksono 04311740000018
4. Abizar Ghifari Winandita 04311740000026
5. Rishad Abdullah Reswara 04311740000052
6. Septyan Wahyu Nugroho 04311740000068
7. Rachmandika Rayfanelda A. 04311740000075
8. Roy Alvaro Tarigan 04311740000077
9. Nabila Defriana 04311740000084
10. Dave Johannes Putra 04311740000096

1
Sebagaimana terdapat dalam UU no.20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan nasional pada bagian ketentuan umum pasal 1 ayat (18) tercantum
pengertian wajib belajar, yaitu program Pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah. Penggunaan dari kata “harus” disini mempunyai arti “kewajiban”.
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan setiap orang, dan
bilamana orang tersebut tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan sanksi
terlepas dari mampu atau tidaknya orang tersebut untuk melaksanakan kewajiban.
Dan dalam UUD 1945 pun dikemukakan bahwa Pendidikan merupakan hak setiap
warga negara, sehingga pemerintah disini baik pusat maupun daerah wajib
bertanggung jawab atas terlaksananya Pendidikan. Menurut Soedijarto (2008:295)
pengertian wajib belajar sebagai terjemahan dari ”compulsary education”
merujuk pada suatu kebijakan yang mengharuskan warga negara dalam usia
sekolah untuk mengikuti pendidikan sekolah sampai pada jenjang tertentu, dan
pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya agar peserta wajib belajar dapat
mengikuti pendidikan. Program wajib belajar yang sesungguhnya seperti di
negara-negara seperti AS, Scandinavia, Jerman dan Jepang, peserta belajar bukan
hanya tidak membayar sekolah, tetapi juga tidak membayar biaya transportasi dan
mendapatkan buku serta berbagai keperluan pendidikan lain. Dalam konteks ini,
wajib belajar yang dimaksud adalah untuk memenuhi ”hak” belajar anak. Bahkan,
beberapa negara mengenakan sanksi hukum pada orang tua jika mereka tidak
menyekolahkan anaknya yang berusia wajib belajar.
Sejak tahun 1994, pada saat masa pemerintahan Presiden Soeharto
pemerintah sudah menggagas program wajib belajar 9 tahun,. Dimana rakyat
Indonesia wajib untuk mengikuti Pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga
sekolah menengah pertama, program ini sudah mulai berjalan hingga sekarang,
namun perkembangan daei program ini belum maksimal dan belum terel
sepenuhnya, mulai dari yang dasar mengenai pembiayaan pendidikan dari APBN
dan APBD belum memenuhi target dimana, seharusnya pembiayaan dari APBN
dan APBD seharusnya adalah sekitar 20%, juga belum meratanya Pendidikan di
berbagai daerah di Indonesia.
Semakin kesini dalam hal Pendidikan, negara Indonesia masih belum
banyak berkembang, program wajib belajar 9 tahun pun belum dapat tercapai bagi
seluruh warga negara yang berhak menerimanya. Namun sejak tahun 2012 telah
digembor-gemborkan program wajib belajar 12 tahun dimana warga Indonesia
mempunyai kewajiban untuk mengikuti Pendidikan hingga tamat SMA/SMK,
program ini terus dikembangkan oleh pemerintah dengan program yang
sebelumnya yaitu program wajib belajar 9 tahun masih dalam keadaan cacat,
penggembor-gemboran program wajib belajar 12 tahun berlanjut hingga
pemerintahan Presiden Joko Widodo yang mendeklarasikannya sebagai salah satu
poin dalam nawacita, yang berarti dalam hal ini pemerintah harus dan mempunyai

2
kewajiban untuk memprioritaskan program dalam nawacita yang dicanangkan
oleh Presiden Joko Widodo. Sebuah tanggung jawab dari pemerintah untuk bias
menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan menegmbangkannya menjadi
wajib belajar 12 tahun. Miris rasanya dimana program wajib belajar 9 tahun yang
sudah berlangsung hamper 14 tahun belum mencapai tujuan yang seharusnya,
seluruh warga negara Indonesia dimanapun baik itu dikota maupun diperbatasan
dapat mencicipi pendidikan hingga mencapai tujuan dari program wajib belajar 9
tahun. Dan sekarang pemerintah sudah mencanangkan lagi sebuah program baru
kelanjutan sebuah program lama yang tidak terselesaikan, sebuah program yang
nantinya akan mengikuti program selanjutnya tidak akan pernah berhasil.
Implementasi program wajib belajar 12 tahun
Program wajib belajar 12 tahun merupakan salah satu progam pendidikan
yang dirancang oleh pemerintahan presiden Joko Widodo yang semula ialah wajib
belajar 9 tahun.Wajib belajar 12 tahun menjadi salah satu nawacita dalam
program kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam
rangka meningkatkan kualitas manusia di indonesia.Program ini membebaskan
biaya pendidikan dan segala pungutan.Namun hingga sekarang ini masih ada
sejumlah polemik yang berhubungan dengan kebijakan tersebut.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai bahwa kebijakan
terkait wajib belajar 12 tahun masih sebatas retorika.Pernyataan tersebut didasari
dari penelitian yang dilakukan oleh JPPI yaitu penelitian pendidikan yang
berkeadilan pada program wajib belajar 12 tahun.Penelitian dilakukan di 20
kota/kabupaten yang dipiliih secara random (acak) yakni Kabupaten Aceh Besar,
Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bengkalis, Kota
Palembang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi,
Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kota Pekalongan, Kabupaten Gunung
Kidul, Kabupaten Bojonegoro, Kota Malang, Kabupaten Mempawah, Kabupaten
Maros, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Kupang, dan
Kota Pare-Pare.Dari 20 kabupaten/kota tersebut masih menggunakan istilah wajib
belajar 9 tahun, dan belum ada komitmen dalam implementasi wajib belajar 12
tahun selain itu juga tidak ada satu pun yang mengalokasikan dana APBD mereka
untuk wajar 12 tahun.
JPPI juga menyatakan bahwa alokasi dana pendidikan tahun 2016 di
daerah yang mencapai 32,6 persen.Dana itu kebanyakan berasal dari dana
transfer,tapi jika dipisahkan dana murni yang berasal dari daerah tidak sampai
20% untuk pendidikan, tapi kebanyakan pemerintah provinsi hanya
menganggarkan 10%,dan itu sangat ironis.Hanya DKI saja yang menggunakan
lebih dari 20 persen dana daerahnya untuk pendidikan.Permasalahan semacam ini
yang bisa menjadi penghambat dalam pengimplementasian program wajib belajar
12 tahun yang telah dicanangkan.Padahal sudah diatur secara jelas terkait alokasi

3
dana untuk pendidikan baik dari APBN dan APBD yaitu dituangkan dalam pasal
49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu  Dana pendidikan selain gaji pendidik
dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Sepatutnya hal ini
menjadi perhatian khusus pemerintah baik pusat maupun daerah agar program
wajar 12 tahun dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.
Lebih dari pada itu dapat dikatakan bahwa program ini masih berada pada
persimpangan jalan.Karena pada program wajib belajar 12 tahun ini belum
memiliki payung hukum yang dapat menjadi acuan Pendidikan.Program wajib
belajar 12 tahun ini menjadi perbincangan dan pemerintah juga mengambil sikap
untuk menindak lanjuti dalam mewujudkannya.Dari segi ontology : pada
permasalahan yang dihadapi dalam program wajib belajar 12 tahun,yang perlu
diperhatikan karena seiring dengan perkembangan pendidikan di masa sekarang,
Masyarakat sering tidak mempedulikan akan pentingnya program
pendidikan,terutama pada kalangan anak muda sekarang ini banyak ditemukan
putus sekolah.Segi epistomologi :dalam menjalankannya program ini masih
memiliki beberapa hambatan yang mengakibatkan belum dapat terlaksana dengan
baik,selain itu terdapat beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi tidak
terlaksanannya program wajib belajar dengan baik. Segi aksiologi : proses
program wajib belajar ini sebenarnya memiliki manfaat dan tujuan yang baik dan
kebijakan ini juga memiliki nilai kegunaan tersendiri yanf dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa angka partisipasi kasar
(APK) Pendidikan menengah pada tahun 2015 sebesar 78,2%. Sedangkan untuk
APS atau angka partisipasi sekolah pada tahun 2015 untuk usia 16 – 18 tahuhn
adalah sebesar 70,32%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia 16 -18 tahun
belum semuanya bisa mengakses Pendidikan di tingkat menengah. Keadaan ini
telah mencerminkan belum tercapainya situasional Pendidikan yang selama ini
menjadi harapan serta tujuan bangsa. Ironi yang melanda sebagian besar barisan
generasi muda kita. Oleh karena itu, implementasi, structural maupun system di
dalam program-program yang diluncurkan harus memiliki daya serap maksimal
dan efisiensi terarah.
Pengaruh wajin belajar 12 tahun bagi pendidikan di Indonesia
1. Memeratakan pendidikan di Indonesia
Kesenjangan sosial di Indonesia masih menjadi permasalahan yang cukup
serius. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka program wajib belajar 12
tahun merupakan salah satu jawaban atas permasalahan tersebut. Dapat
dibuktikan dari berkurangnya angka putus sekolah yang diakibatkan
karena tidak punya uang

4
2. Memutus tali kemiskinan
Salah satu faktor yang membuat angka kemiskinan semakin bertambah
dikarenakan sebagian masyarakat di Indonesia belum merasakan sekolah.
Tidak sedikit keluarga yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari mereka masih kesusahan apalagi nanti akan ditambahnya biaya
pendidikan anak mereka, maka dari itu mereka memustuskan untuk tidak
menyekolahkan anak mereka padahal mengeyam pendidikan sangatlah
penting karena akan meningkatkan kemampuan mereka dan akan membuat
mereka dapat bersaing di dunia kerja . Maka dari itu program tersebut
merupakan solusi yang bagus untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting pada zaman sekarang,
apalagi sekarang kita hidup di masa era globalisasi, dimana pada zaman ini
kualitas SDM sangat dipertimbangkan dan pada zaman ini pula kita tidak
hanya bersaing dalam lingkup Nasional melainkan sudah dalam lingkup
Internasional maka paling tidak SDM yang Indonesia miliki harus mampu
bersaing dengan SDM di negara-negara lainnya.
4. Membuat masyarakat Indonesia lebih peka dan kritis terhadap isu-isu yang
ada
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem demokrasi yang dimana
kekuasaan tertinggi di Indonesia berada di tangan rakyat, mengharuskan
rakyat Indonesia lebih kritis dalam menghadapi isu-isu nasional maupun
internasional. Seperti yang kita tahu semakin tinggi pendidikan seseorang
cara pandang mereka terhadap suatu masalah akan semakin terbuka, tidak
hanya mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah tanpa didasari oleh
pengetahuan yang cukup namun mereka bisa memberikan solusi atau
pemecahan terhadap permasalahan tersebut

5
DAFTAR PUSTAKA

https://m.detik.com/news/berita/d-3460243/jppi-wajib-belajar-12-tahun-masih-
sebatas-retrorika
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/20310-anggaran-pendidikan-20-,-apakah-sudah-dialokasikan
http://m.bisnis.com/kabar24/read/20151029/255/487079/wajib-belajar-12-tahun-
uu-sisdiknas-tidak-pelu-direvisi
https://googleweblight.com/i?u=https://www.researchgate.net/project/NASIB-
PROGRAM-WAJIB-BELAJAR-12-TAHUN-DI-INDONESIA&hl=en-ID
http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/05/03/opchjr354-ini-
tujuh-masalah-pendidikan-di-indonesia-menurut-jppi

Anda mungkin juga menyukai