Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ilham Maulana Asyari

NIM : 175080600111011
Prodi : Ilmu Kelautan

Plaknton Sebagai Makanan Masa Depan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Ketahanan pangan
merupakan pilar pembangunan sektor lainnya. Ketergantungan pangan dari impor dan
ketidakmampuan suatu bangsa mencapai kemandirian pangan akan menyebabkan ketahanan
nasional akan terganggu. Beberapa tahun terakhir terjadi kelangkaan pangan di pasar dunia
yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan harga pangan yang dipicu oleh kenaikan harga
minyak bumi, menurunnya produksi pangan beberapa negara penghasil pangan, konversi
pangan menjadi energi dan meningkatnya permintaan pangan dari negara yang mempunyai
pertumbuhan ekonomi tinggi dan dengan populasi yang besar.
Berdasarkan neraca pangan dunia 2025, diperkirakan akan terjadi ketidakseimbangan
pangan. Besar pasokan pangan tidak cukup memenuhi kebutuhan pangan dunia. Jumlah
penduduk terus saja bertambah. Sementara luas lahan, yang adalah faktor produksi pertanian,
relatif tetap bahkan mengecil. Persoalan pangan kian kompleks. Alam sudah semakin tua.
Daya dukungnya terus menurun. Ketidakmenentuan iklim dan ancaman bencana alam.
Kenyataan ini tentu membuat masa depan pangan terlihat suram. Meningkatnya permintaan
pangan berdampak terhadap kenaikan harga pangan. Sementara pasokan tetap. Pangan tak
hanya sulit diakses karena jumlahnya terbatas, tapi juga mahal. Kenaikan harga pangan
konstan meninggi. Laporan FAO pada 2005 mengafirmasi hal ini. Terjadi kenaikan harga
pangan di 36 negara. Berkisar 75 sampai 200 persen. Harga pangan dunia melonjak dua kali
lipat. Gejolak yang terjadi di Somalia pada 2008 adalah contoh bagaimana krisis pangan
menelan banyak korban. Ribuan nyawa melayang disebabkan kelaparan.
Pemerintah dunia sekarang tengah berusaha mencari alternatif-alternatif lain untuk
mendapat suberdaya makanan baru. Salah satu yang terus dikembangkan yakni plankton
untuk makanan pemenuh nutrisi bagi manusia. Saat ini produk yang memanfaatkan plankton
diproduksi secara massal dalam bentuk tablet, kapsul, minuman kaleng, permen, serbuk dan
dicampur dalam pangan lain untuk meningkatkan nilai nutrisi dan rasanya. Di masa depan
bisa saja plankon akan menjadi bahan pangan pokok bagi manusia.
Beberapa perusahaan telah memproduksi massal produk suplemen nutrisi dan
kesehatan yang memanfaatkan plankton, yaitu Chlorella sp dan Spirulina sp. Selain itu
ternyata ada satu jenis lagi plankton yang diklaim ahli saintis menjadi sumber makanan ideal
yaitu Euglena gracilis. Untuk menjadikan plankton sebagai sumber nutrisi masa depan, ada
baiknya kita mengenal kandungan gizi dari ketiga jenis plankton tersebut:
Chlorella sp
Spirulina sp
Euglena gracilis
Protein : 60,5%
Karbohidrat : 26%
Lemak : 2%
Protein :50 – 61 %
Karbohidrat : 13 – 16%
Lemak : 6 – 7%
Protein : 39 – 61 %
Karbohidrat : 14 – 18%
Lemak : 14 - 20%
Vitamin : A, B1, B2, B6, B12, C & E, niasin, asam pantotenat
Vitamin : A, B1, B2, B3, B12, C
Asam pantotenat
Vitamins : α -carotene, β -carotene, biotin, B1, B2, B6, B12, C, D, E, asam folat, K1, niasin,
asam pantotenat
Mineral : Asam folat, kalsium, fosfor, iodium, magnesium, besi,
Mineral : Asam folat, kalsium, kalium, natrium, fosfor, magnesium, zat besi, zinc, mangan
dan selenium
Mineral : Kalsium, besi, magnesium, mangan, fosfor, potassium, sodium, zinc
Asam amino : Lysin, Histidin, Arginin, Treonin, Serin, Prolin, Alanin, Asam glutamate,
Triptofan, Leusin, Valin,
Asam amino : isoleucine, leucine, lysine, tryptofan, alanine, arginine, asam glutamic,
histidine, tyrosin,
Asam amino : palin, leucin, isoleusin, alanine, arganin, lisin, asam aspartate, asam glutama,
tirosin, tryptophan, glisin, serin, sistin.

Prospek di masa depan Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi besar
pengembangan budidaya plankton sebagai sumber pangan. Itu karena Indonesia merupakan
negara tropis, garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sebagian besar wilayahnya terdiri
dari lautan maka berpotensi besar sebagai negara dalam memproduksi plankton sebagai
alternatif pangan. Menurut van Harmelen dan Oonk (2006) memaparkan bahwa wilayah
negara dengan suhu di atas 150C cenderung merupakan negara yang cocok untuk
memproduksi plankton. Selain itu dalam membudidayakan plankton memiliki waktu panen
yang relatif cepat dibandingan tanaman lain dan teknologi budidaya plankton harus dikuasai
dengan baik.

Namun kendala yang dihadapi saat ini masih minimnya peran pemerintah dan swasta
untuk mengembangkan produksi plankton untuk alternatif kebutuhan dalam negeri. Tak
hanya itu, animo masyarakat untuk beralih ke pangan alternatif masih sangatlah rendah.
Untuk itu diperlukan upaya untuk mulai merintis industri produk pangan berbasis plankton
agar menghasilkan produk pangan yang bergizi tinggi, murah, dan dapat dikonsumsi
masyarakat. Prospek di masa depan, produk pangan berbasis plankton tidak hanya dalam
bentuk tablet dan serbuk tapi menjadi produk pangan inovatif seperti dicampur dalam mie
instan, permen, dan komoditas utama lain untuk meningkatkan nilai gizi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Harapannya, dengan mengkonsumsi produk pangan berbasis plankton
akan semakin meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mengatasi terjadinya
kelangkahan sumber makanan di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai