PENDAHULUAN
Walau diakui bahwa pendidikan adalah domain penting bagi suatu negara,
namun tidak semua negara memiliki kualitas pendidikan yang mumpuni, hal ini juga
dapat dilihat dari tingkat aksesibilitas masyarakat untuk menjangkau pendidikan di
negara tersebut. Permasalahan mengenai pendidikan di suatu negara tidak dapat
terlepas dari faktor ekonomi, yaitu kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Kedua hal
ini tergolong sebagai faktor utama yang menjadi penyebab munculnya
permasalahan pendidikan di suatu negara. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan dan perekonomian merupakan dua hal yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Pendidikan yang tidak berkualitas akan menyebabkan kemiskinan dan
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), 2016, “Organisasi Menteri Pendidikan Asia
Tenggara Siapkan Program Aksi Pendidikan”, diakses dari
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/04/organisasi-menteri-pendidikan-asia-tenggara-siapkan-
program-aksi-pendidikan, pada 7 Juni 2023
keterpurukan ekonomi, serta berlaku sebaliknya bahwa kemiskinan juga akan
mempengaruhi tingkat pendidikan setiap individu yang berakibat pada kebodohan.2
Berdasarkan data yang dirilis oleh World Population Review pada tahun 2021,
diketahui bahwa Amerika Serikat menempati peringkat pertama sebagai negara
dengan sistem pendidikan terbaik, diikuti dengan Britania Raya, Jerman, Kanada,
dan Prancis.3 Sedangkan di kawasan Asia Tenggara sendiri berdasarkan data yang
dirilis oleh ASEAN Skyline pada tahun 2020 menempatkan Singapura sebagai
negara di urutan pertama yang memiliki sistem kualitas pendidikan terbaik. 4
Indonesia sendiri hingga saat ini belum bisa dikatakan sebagai negara yang memiliki
sistem pendidikan yang baik, hal ini ditunjukkan dengan posisi Indonesia dalam
sistem pendidikan yang dirilis oleh Worldtop20.org ditempatkan diurutan ke 67,
berdampingan dengan posisi Albania dan Serbia.5 Permasalahan mengenai sistem
pendidikan di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari permasalahan yang terjadi
pada isu pendidikan anak usia dini.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki cukup banyak
jumlah PAUD. Hal ini menunjukkan bentuk antusiasme masyarakat dalam merespon
program pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pendidikan bagi anak usia dini, mengingat masih banyak anak-anak yang pada
masa usia dini yang belum memperoleh layanan Pendidikan Anak Usia Dini.
Gencarnya program pemerintah dalam mensosialisasikan penyelenggaraan PAUD
tentu saja harus juga diiringi dengan pemantauan yang serius, sehingga para
penyelenggara tidak hanya mendirikan PAUD karena didorong adanya proyek
perintisan pendirian PAUD saja, namun juga memahami mengenai pentingnya
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini. Walau demikian
kondisi ini tidak serta merta membuat sektor pendidikan anak usia dini di Indonesia
tidak terlepas dari masalah. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2
ASEAN, 2017, “About ASEAN,” diakses melalui http://asean.org/asean/about-asean/ pada 7 Juni
2023
3
World Population Review, 2023, “Education Rankings by Country 2023,” diakses melalui
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/education-rankings-by-country pada 7 Juni 2023
4
ASEAN Skyline, 2020, “Best Countries for Education,” diakses melalui
https://www.facebook.com/ItsAseanSkylines/photos/a.1538443799785879/2459215017708748/?
type=3 pada 8 Juni 2023
5
Rasioo, 2023, “Kualitas Pendidikan Indonesia Rendah, Peringkat ke-67,” diakses melalui
https://rasioo.id/2023/04/02/kualitas-pendidikan-indonesia-rendah-peringkat-ke-67-dunia-di-2023/
#:~:text=Berdasarkan%20data%20yang%20dirilis%20Worldtop20,Serbia%20di%20peringkat%20ke
%2D68 pada 8 Juni 2023
(Kemendikbud), akses ke pusat-pusat Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia
hanya 34,19% (Pusat Data Pendidikan dan Statistik dan Kebudayaan, 2019). Data
tersebut juga mengungkapkan bahwa perbedaan geografis membuat beberapa anak
memiliki akses terbatas pada layanan Pengembangan Anak Usia Dini. Masalah
lainnya adalah tentang kualitas PAUD di Indonesia yang masih menggunakan
pendekatan teacher-centered yang lebih menekankan pada kegiatan akademik
seperti membaca dan menulis daripada bermain. Jika didasarkan pada fakta bahwa
pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya
memfasilitasi perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Perkembangan anak usia dini
merupakan pening-katan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya
dan berinteraksi dengan lingkungannya seiring dengan pertumbuhan fisik yang
dialaminya. Pendidikan bagi anak usia dini menjembatani agar proses
perkembangan anak tidak mengalami kendala atau hambatan pada masa
perkembangannya yang sangat diperlukan untuk modal berinteraksi dengan
lingkungannya. Dimana peningkatan kualitas sistem pendidikan dalam konteks
PAUD akan berjalan searah dengan peningkatan kualitas pendidikan pada tingkatan
yang lebih tinggi.
Setelah PBB mengakui bahwa perkembangan anak usia dini ini merupakan
suatu hal yang sangat penting dan berkontribusi dalam upaya mewujudkan agenda
2030-nya, South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang
merupakan organisasi regional kawasan Asia Tenggara pun semakin terpacu untuk
lebih gencar lagi dalam mempromosikan pentingnya perhatian pada perkembangan
anak usia dini demi mewujudkan pembangunan, khususnya di kawasan Asia
Tenggara. Beberapa agenda demi mewujudkan pengembangan anak usia dini
berkualitas ini memang sudah dilakukan SEAMEO sebelum disahkannya agenda
global tersebut dan semakin gencar bahkan dijadikan sebagai salah satu agenda
prioritasnya setelah disahkannya SDGs.
Berinvestasi dalam Pendidikan anak usia dini dapat menjadi cara yang ampuh
untuk mengurangi kesenjangan yang sering membuat anak - anak dengan status
sosial dan ekonomi yang rendah dirugikan namun malah sedikit anak yang
menghadiri program prasekolah. Studi menunjukkan bahwa pengembalian investasi
semacam itu paling tinggi di antara anak - anak miskin yang program - program ini
dapat berfungsi sebagai batu loncatan keluar dari kemiskinan atau pengucilan
(Octarra, 2018). Adanya organisasi yang berkaitan dengan kerjasama dalam bidang
pendidikan ilmu pengetahuan dan budaya atau dikenal dengan SEAMEO tentunya
dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sehingga mampu
bersaing dalam Era Modern. SEAMEO sebagai organisasi internasional yang
mempunyai fokus di bidang pendidikan sudah menjadi kewajibannya untuk
membantu negara anggotanya yang mempunyai permasalahan pendidikan dengan
memberikan resolusi kebijakan untuk hasil jangka panjang maupun melaksanakan
program yang dinilai dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Seorang anak yang sedari kecil mengalami stres akibat kemiskinan yang
serius, kekerasan atau pun pengabaian, akan mengakibatkan melemahnya proses
pengembangan otak dan secara permanen men-setting sistem respon stres dalam
tubuh secara berlebihan sehingga tidak heran jika pada gilirannya dapat
mengakibatkan penyakit yang kronis. Memahami mengenai fungsi kerja sistem saraf
dengan menyediakan kondisi yang mendukung bagi perkembangan anak itu lebih
efektif dan “murah” dibandingkan harus menanggung konsekuensi berupa
kesengsaraan di kemudian hari. Pendekatan yang seimbang pada perkembangan
emosi, sosial, kognitif, dan bahasa seorang anak akan berpengaruh pada
kesuksesannya di lingkungan sekolah, dunia kerja, dan komunitas. Pada masa
kanak-kanak, setiap lingkungan tempat dirinya berada dan belajar, kualitas
hubungannya dengan orang dewasa dan para pengasuh memiliki pengaruh yang
sangat signifikan bagi perkembangan kognitif, emosional, dan sosialnya. Oleh
kerena itu, segala hal yang berkaitan langsung dengan anak, baik dalam hal
pendidikan dan pengasuhan, perawatan kesehatan, layanan perlindungan anak,
kesehatan mental orang dewasa, dan dukungan ekonomi keluarga perlu
diperhatikan agar dapat memenuhi kebutuhan anak.
Berbeda dengan laporan tersebut, penelitian yang akan ditulis dalam skripsi
ini lebih ke upaya yang dilakukan oleh organisasi regional khusus bidang pendidikan
(SEAMEO) dalam menciptakan pendidikan dan pengasuhan anak usia dini
berkualitas demi mewujudkan poin keempat sub poin kedua (4.2) dari sustainable
development goals (SDGs).
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr. dalam (Tjiptono, 2008: 3), strategi
memiliki konsep yang dapat didefinisikan, ada pun 2 perspektif yang berbeda, yaitu:
1. Perspektif apa yang ingin dilakukan oleh organisasi (intens to do), strategi
dapat di artikan sebagai program untuk menentukan dalam mencapai
tujuan sebuah organisasi dan menjalankan misinya. Artinya pihak
manager memiliki peranan khusus dalam memainkan perjalanan sebuah
organisasi, sikap yang aktif, sadar dan rasional dalam menentukan strategi
organisasi.
2. Orgasnisasi memiliki perspektif yang akan dilakukannya (eventually does),
strategi diartikan sebagai cara menanggap dan merespon organisasi pada
lingkungannya sepanjang waktu. Hanya manager yang reaktif yang
memliki pandangan seperti ini, yaitu hanya memiliki tanggapan dan
menyesuaikan terhadap lingkungan secara pasif ketika dibutuhkan.
14
Sobur, Alex, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisa Wacana, Analisa Semiotika dan
Analisa Framing. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) hal 162
15
Sobur, Alex op.cit hal 162
“Wacana media dapat dikonsepsikan sebagai seperangkat kemasan interpretif yang
memberi makna pada suatu isu. Suatu kemasan memiliki struktur internal. Intinya
adalah suatu gagasan yang mengorganisasikan, atau suatu kerangka (frame), untuk
memahami peristiwaperistiwa yang relevan, menyarankan apakah isu tersebut.
Menurut Gamson dan Modigliani, kerangka ini lazimnya mengisyaratkan suatu
rentang pandangan, alih-alih satu pandangan saja, memungkinkan suatu
perdebatan diantara mereka yang berbagi kerangka yang sama. Kerangka atau
seperangkat simbol yang padat dalam kemasan berita ini adalah sejenis steno, yang
dapat menunjukkan kemasan tersebut sebagai keseluruhan dengan metaphor yang
tangkas, frase kunci, atau sarana simbolik lainnya.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini mengacu
pada teknik referensi Turabian Documentation Style, yaitu menggunakan catatan
kaki sebagai metode pelampiran referensinya. Penelitian ini menggunakan data
yang bersifat primer dan sekunder dalam penyusunannya. Untuk mendapatkan data
primer, penelitian ini menggunakan metode wawancara sedangkan untuk data
sekunder melalui metode studi pustaka. Berbagai publikasi yang dikeluarkan oleh
website resmi SEAMEO, PBB, SEAMEO CECCEP, dan institusi-institusi lain yang
terkait, buku cetak dan elektronik, dan jurnal adalah sumber yang digunakan dalam
melakukan studi pustaka. Sedangkan untuk teknik analisis, penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif analitis. Sugiyono berpendapat bahwa untuk
menjalankan teknik ini peneliti perlu memusatkan fokus pada fenomena yang terjadi
secara apa adanya, kemudian memilih data, melaksanakan penelitian, dan
menyajikan hasil penelitian dalam bentuk narasi.16
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010).