Anda di halaman 1dari 8

Optimalisasi ZIS dalam Mewujudkan SDGs:

Membangun Manusia dan Kemanusiaan Melalui Pendidikan

Tri Apriansyah, Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia

Latar Belakang
Tantangan pembangunan manusia yang semakin kompleks menuntut kolaborasi aktif
dari seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan manusia tidak dapat direduksi hanya
pada aspek ekonomi semata, melainkan harus memperhatikan dimensi sosial dan
keberlanjutan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diinisiasi oleh PBB menjadi
panduan yang sangat penting untuk mengukur kemajuan dalam berbagai aspek
pembangunan manusia.

Pendidikan, sebagai salah satu dimensi kunci dalam IPM, muncul sebagai elemen
sentral dalam perwujudan pembangunan manusia yang berkelanjutan. Pendidikan
bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga merupakan katalisator
untuk meningkatkan kapasitas individu, memperbaiki kesejahteraan masyarakat, dan
mengokohkan kemajuan suatu bangsa.

Hubungan erat antara pendidikan dan pembangunan manusia memberikan dampak


positif pada kemajuan suatu bangsa. Negara-negara yang memberikan perhatian
khusus pada pendidikan cenderung memiliki tingkat inovasi yang lebih tinggi,
pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan masyarakat yang lebih tangguh dalam
menghadapi tantangan global. Pendidikan memainkan peran sentral dalam
membangun fondasi manusia yang tangguh dan berdaya saing. Dengan memberikan
akses pendidikan yang merata, masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup dan
memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Oleh karena itu, keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk
pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil, menjadi krusial dalam
mengatasi tantangan tersebut.
Kondisi Pendidikan di Indonesia: Tantangan dan Peluang
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menggambarkan gambaran tingkat pendidikan
penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas. Mayoritas penduduk telah mencapai
wajib belajar 9 tahun atau tamatan SMP/sederajat ke atas. Pada Maret 2023, tingkat
tamatan pendidikan terbanyak adalah dari SMA/sederajat, mencapai persentase
30,22%. Disusul oleh lulusan SD/sederajat dengan persentase 24,62%, dan jenjang
sekolah SMP/sederajat sebanyak 22,74%.

(Badan Pusat Statistik, 2023)

Namun, proporsi perguruan tinggi masih tergolong rendah, hanya mencapai 10,15%
pada periode yang sama. Hal ini mencerminkan tantangan dalam mencapai tingkat
pendidikan tinggi di Indonesia. Di samping itu, persentase penduduk yang tidak tamat
SD/sederajat dan belum pernah sekolah juga cukup signifikan, masing-masing sebesar
9,01% dan 3,25%.

Data ini memberikan gambaran kompleksitas struktur pendidikan di Indonesia,


menunjukkan perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan sebagai fokus utama
untuk meratakan dan memajukan taraf pendidikan masyarakat.
Sejalan dengan data pendidikan diatas, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi di
Indonesia pada 2023, justru berasal dari kalangan pendidikan menengah, khususnya
lulusan SMA dan kejuruan. Persentase TPT dari kelompok ini mencapai 8,41% dari
total TPT pada periode tersebut.

(Badan Pusat Statistik, 2023)

Indikator ini menunjukkan adanya tantangan dalam penyerapan tenaga kerja, terutama
di tingkat pendidikan menengah. Ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan lulusan
dengan kebutuhan pasar kerja dapat menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat
pengangguran di kalangan ini. Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan
keterampilan dan relevansi pendidikan menengah dengan tuntutan dunia kerja untuk
mengurangi disparitas antara pasokan dan permintaan tenaga kerja.

Tingginya persentase penduduk Indonesia yang mencapai sekolah menengah atas


tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
yang juga tinggi terungkap dalam data diatas, menghadirkan sejumlah peluang dan
tantangan. Potensi sumber daya manusia yang berkualitas, kesempatan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, peluang investasi pendidikan, dan pengembangan
keterampilan khusus adalah beberapa peluang yang dapat diambil dari situasi ini.
ZIS: Solusi Strategis untuk Mempercepat SDGs
Salah satu instrumen yang telah terbukti efektif menjadi salah satu solusi tantangan
pendidikan dalam membangun manusia dan meningkatkan kemanusiaan adalah zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS). Konsep ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga
potensi besar sebagai motor penggerak pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh
pada tahun 2021 penyaluran ZIS Nasional melalui BAZNAS berdasarkan Asnaf, 3
besar diantaranya adalah Kemanusiaan dan Pendidikan, persentasenya sebesar
49,58% untuk Kemanusiaan dan 15,78% untuk Pendidikan (Outlook Zakat Indonesia,
2023).

Sejalan dengan upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(Sustainable Development Goals - SDGs), optimalisasi pengelolaan ZIS menjadi
semakin penting. SDGs memberikan panduan bagi komunitas internasional dalam
menanggapi berbagai tantangan, mulai dari pendidikan, pengentasan kemiskinan
hingga perlindungan lingkungan. Dalam konteks ini, ZIS memiliki peran strategis dalam
mempercepat pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Mengingat potensi zakat Indonesia
mencapai Rp327,6 triliun. Angka tersebut terdiri dari zakat perusahaan (Rp144,5 triliun),
zakat penghasilan dan jasa (Rp139,07 triliun), zakat uang (Rp58,76 triliun), zakat
pertanian (Rp19,79 triliun), dan zakat peternakan (Rp9,52 triliun) (Puskas Baznas,
2020).

Zakat, sebagai salah satu pilar utama ZIS, bukan hanya sekadar kewajiban
keagamaan, melainkan juga instrumen redistribusi kekayaan yang dapat mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi. Ketika dikelola dengan efektif, ZIS dapat menjadi sumber
dana yang signifikan untuk memberdayakan masyarakat yang kurang mampu,
meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, dan menciptakan peluang ekonomi.

Selain itu, konsep infaq dan sedekah juga memiliki peran kunci dalam mendukung
pembangunan manusia secara holistik. Infaq, sebagai bentuk sumbangan sukarela,
dapat diarahkan untuk mendukung proyek-proyek sosial yang berfokus pada
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Sedekah, yang lebih bersifat pemberian tanpa
imbalan, memiliki daya transformasi sosial yang signifikan, membantu masyarakat yang
membutuhkan secara langsung.

Optimalisasi Pengelolaan ZIS Sejalan SDGs


Pengelolaan ZIS yang efektif dan terukur sejalan dengan upaya global untuk mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Optimal dalam hal ini dapat diartikan
melalui transformasi yang dilakukan oleh BAZNAS sesuai dengan arahan dari Wakil
Presiden Republik Indonesia pada Rakornas BAZNAS 2023, terdapat 3 strategi
transformasi yakni: Pertama menghadirkan inovasi-inovasi baru, selanjutnya
menciptakan sinergitas dan kolaborasi antar lembaga dan stakeholder lainnya, terakhir
pemanfaatan teknologi digital. ZIS dapat menjadi sumber kekuatan yang signifikan
untuk mendukung pencapaian SDGs. Dengan pembangunan manusia dan
kemanusiaan melalui pendidikan, akan terciptanya multiplier effect yang tidak hanya
menjangkau SDG Point 4 yakni Pendidikan, tetapi juga membawa kemajuan pada
berbagai aspek pembangunan lainnya seperti:

a. SDG Point 1 (Tidak Ada Kemiskinan): Pendidikan yang berkualitas


memberikan kemampuan kepada individu untuk meningkatkan peluang
pekerjaan dan pendapatan, mengurangi tingkat kemiskinan.
b. SDG Point 2 (Zero Hunger): Pendidikan dapat meningkatkan kesadaran akan
kebutuhan nutrisi dan pertanian berkelanjutan, berkontribusi pada usaha
mencapai keamanan pangan.
c. SDG Point 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan): Pendidikan memiliki dampak
positif pada kesehatan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan tentang
gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit.
d. SDG Point 5 (Kesetaraan Gender): Pendidikan yang merata memberikan
kesempatan yang setara bagi semua jenis kelamin, mendukung pencapaian
kesetaraan gender.
e. SDG Point 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi): Pendidikan yang
berkualitas menciptakan sumber daya manusia yang produktif, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan pekerjaan layak.
f. SDG Point 10 (Pengurangan Ketidaksetaraan): Pendidikan dapat menjadi alat
untuk mengurangi kesenjangan dalam akses dan peluang, menciptakan
masyarakat yang lebih inklusif.
g. SDG Point 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan): Pendidikan berperan
dalam menciptakan warga yang sadar akan keberlanjutan, mendukung
pembangunan kota dan komunitas yang berkelanjutan.
h. SDG Point 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Institusi yang Kuat): Pendidikan
dapat membentuk individu yang memahami nilai-nilai perdamaian, keadilan, dan
menguatkan institusi-institusi demokratis.

Rekomendasi Program Pembangunan Manusia dan Pendidikan melalui ZIS

1. Pendirian Baznas Learning Center/Balai Latihan Kerja BAZNAS


a. Pelatihan Keahlian Berbasis Industri: Fokuskan pada pelatihan keahlian yang
sesuai dengan kebutuhan industri lokal dan nasional. Kolaborasikan dengan
perusahaan-perusahaan untuk memahami tren pasar kerja.
b. Sertifikasi dan Akreditasi: Upayakan agar program pelatihan di Baznas Learning
Center dapat memberikan sertifikasi atau akreditasi yang diakui oleh industri,
sehingga lulusan memiliki nilai lebih di pasar kerja.
c. Jaringan Alumni: Bangun jaringan alumni yang kuat untuk memberikan
dukungan dan peluang kerja bagi lulusan. Alumni yang sukses dapat menjadi
mentor bagi peserta pelatihan.

2. Pendirian SMA Cendekia BAZNAS


a. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Desain kurikulum yang tidak hanya mencakup
aspek teoritis, tetapi juga fokus pada pengembangan keterampilan praktis yang
relevan dengan dunia kerja.
b. Program Magang: Bina kemitraan dengan perusahaan-perusahaan untuk
menyediakan program magang bagi siswa. Hal ini akan memberikan
pengalaman praktis dan memudahkan siswa masuk ke dunia kerja setelah lulus.
c. Kesempatan Beasiswa dan Bantuan Biaya: Pastikan adanya program beasiswa
atau bantuan biaya untuk mendukung siswa dari keluarga kurang mampu agar
mereka dapat mengakses pendidikan berkualitas.

3. Pendirian BAZNAS University


a. Fakultas yang Beragam: Desain fakultas-fakultas yang mencakup berbagai
disiplin ilmu, mulai dari ilmu sosial, ekonomi, hingga teknologi, untuk memberikan
kesempatan belajar yang komprehensif.
b. Penelitian dan Pengembangan: Dukung kegiatan penelitian dan pengembangan
(R&D) untuk meningkatkan kontribusi universitas terhadap inovasi dan solusi
bagi masalah sosial.
c. Program Pengabdian Masyarakat: Libatkan mahasiswa dalam program
pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh BAZNAS serta berfokus pada
penerapan pengetahuan dan keahlian mereka untuk memecahkan masalah di
masyarakat.

Dalam implementasi semua program tersebut, penting untuk melibatkan stakeholders


seperti masyarakat lokal, perusahaan, dan pemerintah. Transparansi dalam
pengelolaan dana ZIS juga perlu dijaga agar masyarakat memiliki kepercayaan dan
merasa terlibat dalam keberhasilan program-program tersebut.
Referensi
Outlook Zakat Indonesia 2023. Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta
Panduan Kodifikasi Program Zakat Berbasis Matrik SDGs. 2021. Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta
Indeks Zakat Nasional. 2017. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional.
Jakarta.
Peran Zakat dalam Sustainable Development Goals untuk Pencapaian Maqashid
Syariah. 2017. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta

Daring:
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/09/20/tata-kelola-dana-sosial-syariah-perlu-t
ransformasi
https://www.bps.go.id/publication/2023/06/16/ddcaf3b4a35c8be03f8c7ac5/indikator-pas
ar-tenaga-kerja-indonesia-februari-2023.html
https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/07/17/2016/profil-kemiskinan-di-indonesia-m
aret-2023.html
https://www.unpad.ac.id/2023/10/zakat-jadi-salah-satu-jalan-pencapaian-sdgs/

Anda mungkin juga menyukai