Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS G.

6457 GUNA MEWUJUDKAN PESERTA DIDIK YANG


BERLIAN DALAM MENYONGSONG PENDIDIKAN ABAD 21

A. Pendahuluan
Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam
dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan
dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010).
P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan
framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik untuk
memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi,
media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta
keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework ini juga
menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus
dikuasai agar siswa dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaanya.

http://yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-abad-21/26/09/2018:06:45

Sebagaimana diketahui Indonesia sedang mengalami pertumbuhan


ekonomi terbesar di dunia saat ini. Pertumbuhan Indonesia sangat pesat
dilihat dari angka tahun lalu yaitu sekitar 16,8% pertumbuhan
ekonominya. Kita tahu pertumbuhan ekonomi di Jepang tahun lalu berapa
persen? Minus 0.75%. Tapi itu bukan suatu fenomena yang aneh di dunia
ini. Di negara-negara maju pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah,
rata-rata 1-3%. Jadi kalau sudah melewati masa industrialisasi, suatu
negara itu pasti mengalami pertumbuhan yang sangat rendah. Kalau
melihat percepatan pertumbuhan Indonesia saat ini bisa diperkirakan 10-
15 tahun yang akan datang, Indonesia akan mengalami era paska
industrialisasi. Jadi kita harus mengantisipasi masa yang akan datang.
Siswa-siswa saat ini pasti mengalami era paska industrialisasi.

1
Kalau begitu apa yang harus kita antisipasi dalam abad 21, ada 4 poin.
Ini merupakan ciri khas kurikulum pendidikan nasional yang ada di 34
negara anggota OCD. Negara-negara OCD sudah menyusun kebijakan
pendidikannya berdasarkan berikut ini.
Pertama, mengantisipasi masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Kita harus mendapatkan kemampuan bagaimana memberdayakan
kapasitas yang kita miliki. Maksudnya tidak hanya mendapatkan
pengetahuannya saja tapi memanfaatkan dan mengaplikasikan apa yang
kita dapat. Dalam hal ini setiap negara menitikberatkan beberapa poin. 1.
Kreatifitas atau daya eksplorasi atau kemampuan komunikasi dalam hal ini
harus diutamakan.
Kita harus mengantisipasi masyarakat yang terdapat berbagai budaya
atau keanekaragaman yang harus kita hargai. Tapi menurut saya Indonesia
sebetulnya dari dulu merupakan masyarakat yang terdapat
keanekaragaman budaya, suku, bahasa dan sebagainya. Seperti yang kita
ketahui, Eropa tidak seperti di Indonesia. Tidak terdapat berbagai budaya.
Tapi di negara-negara Eropa seperti itu sedang mengalami perubahan
dimana terdapat berbagai aneka budaya dan keanekaragaman. Coba kita
lihat ke London sekitar 75% penduduk ternyata dari luar. Italia atau
Finlandia itu tadinya hanya 1 suku saja tapi negara seperti itupun sekitar
15% itu imigran atau pendatang dari luar. Beberapa negara sudah berhasil
merespon perubahan seperti, Finlandia, Australia dan sebagainya. Dan
juga Canada, juga terdapat berbagai suku dan bangsa. Jadi kalau jaman
dulu keanekaragaman itu merupakan suatu kendala dalam
mempromosikan/mengembangkan pendidikan. Tapi justru jaman sekarang
keanekaragaman bisa mendorong kualitas pendidikan.
Dan ketiga, kita juga masih bisa mengantisipasi masyarakat yang
terdapat kesenjangan. Sebagaimana sudah diketahui globalisasi juga ada
sisi negatifnya. Memperluas kesenjangan sosial atau kesempatan
pendidikan. Jadi di negara maju pun salah satu tantangannya adalah
bagaimana menjamin hak-hak anak untuk belajar.

2
https://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800042/materials/ma
terials_01.html/24/09/2018:14:47

Dampak negatif dari perkembangan zaman 21 adalah kenakalan


remaja. Tak bisa dipungkiri, kenakalan remaja belakangan ini semakin
mengkhawatirkan saja. Nyaris setiap hari, kita disuguhkan berita
kenakalan remaja yang sudah melewati batas kewajaran. Bukan saja
mengarah ke kriminalitas biasa, tapi juga kejahatan seksual. Tentu saja hal
ini menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama orangtua dan keluarga.
Tapi semua tentu saja ada penyebabnya. Masa remaja yang penuh
gejolak, kritis, dan tengah mengalami masa transisi ke masa dewasa,
membuat remaja sangat rentan terpengaruh kenakalan yang kelewat batas.
Bukan itu saja, kenakalan remaja masa kini diperparah oleh banyak hal, di
antaranya faktor internal keluarga. Faktor lingkungan juga sangat memberi
pengaruh pada perilaku anak remaja.
http://www.astaga.com/mom-kids/ini-dia-10-penyebab-kenakalan-remaja-
yang-wajib-diketahui-orangtua.17/09/2018:13.36
Selain kenakalan remaja, akhir-akhir ini isu literasi di Indonesia dinilai
sangat memprihatinkan, di mana menurut data pada tahun 2012 dari
Progamme for international assessment (PISA) Indonesia menduduki
peringkat 64 dari 65 negara, yang artinya setiap 1.000 penduduk Indonesia
hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Lalu pada tahun 2015 tingkat
literasi Indonesia peringkat 69 dari 79 negara.

http://www.depokpos.com/arsip/2017/12/minat-pada-literasi-semakin-
menurun/27/12/2017:12:15

Selain literasi yang menjadi keprihatian adalah rasa cinta tanah air,
Namun sayangnya, di zaman yang sudah semakin modern ini banyak
sekali kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa rasa nasionalisme dari
masyarakat zaman sekarang sudah mulai luntur. Contohnya saja adalah
pada saat upacara bendera, masih banyak anak-anak yang tidak memaknai
arti dari upacara tersebut. Upacara hanya digunakan sebagai ajang

3
peringatan biasa tanpa mengenang suatu makna dalam upacara tersebut,
yang merupakan sarana untuk menghormati dan menghargai para
pahlawan yang telah berjuang keras untuk meraih kemerdekaan dari
tangan para penjajah.
https://www.kompasiana.com/laras12/57454decf37a612f071f8f9b/t
urunnya-rasa-nasionalisme-di-kalangan-masyarakat-zaman-sekarang.
Melihat beberapa masalah diatas perlu adanya suatu pembiasaan
berbudaya lokal yang dilakukan baik dilingkungan keluarga, masyarakat
dan khususnya lingkungan pendidikan di segala tingkatan. Pembiasaan ini
bertujuan mengantisipasi hal-hal negatif maupun positif dalam
menyongsong pendidikan abad 21, melaui penguatan karakter bagi peserta
didik supaya hal-hal diatas dimasa yang akan datang dapat kita cegah dan
kita kurangi akibat perubahan abad 21.
Pendidikan karakter kini menjadi salah satu wacana utama dalam
kebijakan nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar
serta mengajar yang ada dalam negara indonesia harus merujuk pada
pelaksanaan pendidikan Karakter. Ini juga termuat di dalam Naskah
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan pada tahun 2010. Dalam naskah tersebut
dinyatakan yakni pendidikan karakter menjadi unsur utama dalam
pencapaian visi dan misi pembangunan Nasional yang termasuk pada
RPJP 2005-2025.
https://www.lyceum.id/pengertian-tujuan-dan-fungsi-pendidikan-
karakter/12/09/2018:10:44
Saat ini tengah diimplementasikan kurikulum 2013 (K-13). K-13
merupakan pengembangan dari Kurukulum 2006 yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dua hal yang
diintegrasikan dalam K-13 adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
dan gerakan literasi. Pemerintah saat ini memandang bahwa dua hal ini
sangat penting diintegrasikan dalam kurikulum karena kondisi bangsa

4
yang tengah mengalami krisis karakter dan mengalami rendahnya minat
baca.
Lima nilai yang difokuskan dalam PPK antara lain: (1) religius, (2)
nasionalisme, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) kerjasama, sedangkan
literasi selain diisi dengan aktivitas membaca dan menulis sebagai literasi
dasar, juga menginternalisasikan substansi literasi, yaitu kemelekan
terhadap informasi, mampu memilih dan memilah informasi yang
bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan, dan tidak terjebak ke
dalam informasi yang bohong dan menyesatkan yang saat ini populer
disebut hoax.
PPK dan literasi dapat diintegrasikan mulai dari proses penyusunan
kurikulum, pelaksanaan kegiatan pembelajaran (intrakurikuler), kegiatan
ekstrakurikuler, hingga tahap evaluasi kurikulum di satuan pendidikan.
PPK dan literasi perlu terlihat dan dimunculkan mulai dari lingkungan
fisik sekolah, sikap dan perilaku warga sekolah, hingga interaksi antara
guru dan siswa pada saat pembelajaran.
https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5aa5df0eab12ae28050ecd72/
pengembangan-kurikulum-berbasis-karakter-dan-literasi?
page=all:12/09/2018:14:44.
Berdasarkan uraian diatas maka perlunya sebuah upaya untuk
menciptakan generasi yang diharapkan dalam meyongsong pendidikan
abad 21 melalui sebuah pemikiran yang berjudul “Efektivitas G.6457 Guna
Mewujudkan Peserta Didik Yang Berlian Dalam Menyongsong
Pendidikan Abad 21”
B. Pembahasan
Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan
pembelajaran abad 21. Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang
semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad 21 mencerminkan
empat hal. 
1.   Critical Thinking and Problem Solving
2.   Creativity and Innovation

5
3.   Communication
4.   Collaboration
21th century readiness merupakan kesiapan dalam menyambut abad 21.
UNESCO telah membuat  4 (empat) pilar pendidikan  untuk menyongsong
abad 21, yaitu:

1. Learning to how (belajar untuk mengetahui)


2. Learning to do (belajar untuk melakukan)
3. Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu
mandiri yang berkepribadian)
4. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)

Pendidikan yang membangun kompetensi “partnership 21st Century


Learning” yaitu framework pembelajaran abad 21 yang menuntut peserta
didik memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan dibidang
teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran, inovasi,
keterampilan  hidup. https://pgsd.binus.ac.id/2017/08/08/pendidikan-abad-
21/28/09/2018/06.43:43
Secara Umum yang dimaksud dengan efektifitas gerakan G.6457
guna mewujudkan peserta didik yang berlian dalam menyongsong
pendidikan abad 21 adalah suatu gerakan pembiasaan berbasis budaya
lokal yang dilakukan pada jam ke 0 (nol) atau sebelum proses belajar
mengajar dimulai dengan memanfaat waktu kurang lebih 15 menit mulai
pukul 06.45 – 07.00, sedang yang dimaksud dengan kata berlian
merupakan gabungan dari penguatan pendidikan karakter yaitu Berbudi
(berahklak mulia), religus, literatif, cinta tanah air dan cinta lingkungan
sebagaimana 4 (empat) pilar dalam menyongsong pendidikan abad 21 .
Selanjutnya penulis akan menjelaskan tentang gagasan yang tertulis dalam
judul diatas.
1. Efektifitas
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

6
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. (Hidayat
(1986) (https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-
efektifitas/30/12/2017:11:26). Sedangkan yang dimaksud dengan
gerakan adalah” pergerakan, usaha, atau kegiatan dl lapangan sosial
(politikdsb)”(https://www.kamusbesar.com/gerakan/30/12/2017:11:33)
2. G.6457
Yang dimaksud dengan gerakan 6457 adalah suatu gerakan yang
memanfaatkan waktu 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai yang dilaksanakan pada pukul 06.45 – 07.00, tujuannya adalah
agar peserta didik tidak terlambat masuk ke sekolah, serta pendidik
tidak terlambat dalam memulai kegiatan belajar dan mengajar, dengan
kata lain peserta didik dan pendidik disiplin dalam menggunakan
waktu tersebut. Pembiasaan lokal yang dimaksud adalah : (1) Berdoa
(2) Pemabacaan Asmaul Husna (3) Menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya (4) literasi (5) Bimbingan wali kelas/guru mata
pelajaran/guru BK (6) Melaksanakan kebersihan pada hari jumat
(Jumpa kasih)
3. Berlian
a. Berbudi

Sejak kuriklum 2013 digulirkan maka sudah tidak ada lagi jam
untuk wali kelas maka dengan adanya gerakan ini dapat
dimanfaatkan oleh wali kelas untuk membimbing, membina,
mengarahkan, mengingatkan tentang hal-hat yang poistif, serta
mengingatkan tentang kegiatan negatif kepada kepada anak-
anaknya karena wali kelas merupakan perwakilan dari orang
tua/wali dari peserta didik , sudah sejak 2 tahun penulis menjadi
wali kegiatan ini penulis lakukan, hasilnya anak-anak lebih terarah
di tingkatan-tingkatan berikutnya, kebetulan penulis menjadi wali
kelas di kelas x. Selain wali kelas guru mapel jam ke-1 juga dapat
memanfaatkan kegiatan ini untuk penguatan pendidikan karakter

7
(PPK). Selain wali kelas, guru mapel dapat dilakukan oleh guru
BP/BK apabila wali kelas aatau guru mapel berhalangan hadir.
Sehingga salah satu penguatan pendidikan karakater dapat
terbentuk yaitu berbudi (beraklak mulia) sejalan dengan pula
Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai
individu mandiri yang berkepribadian)

b. Religius

Demak adalah kota wali sebutan untuk kabupaten sebagai salah


satu daerah penyebar agana islam di Indonesia , pembiasaan
pembacaan asmaul husna bukan hal yang asing ditelinga kita yang
merupakan budaya lokal yang harus selalu dilestarikan di semua
tingkatan pendidikan bukan hanya dilingkungan madrasah maupun
pondok pesantren tetapi pendidikan umum juga harus melakukan,
dengan hal ini diharapkan peserta didik dapat lebih tenang dalam
mengawali kegiatan belajar, selain itu peserta didik diharapakan
mendapatkan karomah dalam mengagungkan nama-nama Allah
S.W.T sehingga dimudahkan dalam menerima dan menyerap ilmu
dari bapak/ibu guru sejalan dengan Learning to be (belajar untuk
mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang
berkepribadian)

Ada banyak keajaiban dan keistimewaan dalam asmaul husna. Hal


ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 7, yang
berbunyi :

“Dan milik Allahlah nama-nama indah, dan mohonlah kepadanya


dengan menyebut nama-nama tersebut.”

Selain itu Rasulullah juga bersabda,

8
“Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa
yang memahaminya akan masuk surga” (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan membaca dan memahaminya niscaya kita akan


mendapatkan manfaat dan berkah dari bacaan tersebut, kita akan
senantiasa akan mendapatkan kebaikan dan perlindungan Allah.
Maka tak heran banyak orang-orang muslim yang setiap hari
melantunkan nama-nama indah ini. Salah satu contohnya di
madrasah-madrasah, setiap pagi sebelum masuk kelas mereka
mengaji bersama dan melantunkan asmaul husna bersama. Hal ini
sangat baik bagi peserta didik khususnya dan masyarakat
umumnya. Itulah beberapa manfaat tentang asmaul husna : (1)
Membuka Pintu Rezeki (2) Menyembuhkan penyakit (3) Mendapat
keselamatan (4) Mendapat ampunan (5) Memperoleh
kemudahan(6) Menumbuhkan rasa percaya diri (7) Mengendalikan
nafsu (8) Menjaga keharmonisan rumah tangga (9) Mencerdaskan
otak (10) Terhindar dari sifat lupa (11) Mendekatkan diri pada
Allah (12) Menjadi muslim yang sejati (13) Memperkuat persatuan
dan kesatuan (14) Memperkuat keimanan seorang hamba (15)
Memperoleh keturunan

https://manfaat.co.id/manfaat-membaca-asmaul
husna/28/09/2018:06:51
c. Literasi
“Kami ingin mewujudkan masyarakat di Kabupaten Demak yang
gemar membaca dan menulis. Menjadikan membaca sebagai
sebuah kewajiban dan kebutuhan. Deklarasi ini merupakan bagian
untuk menguatkan komitmen kami,” kata Bupati Natsir.
(http://jateng.tribunnews.com/2016/09/29/demak-deklarasikan-
sebagai-kabupaten-literasi-lanjutan-program-ayo-mengaji
Dari uraian diatas tentunya penulis ingin mendukung apa yang
direncanakan oleh bupati Demak telah oleh semua pemangku

9
kebijakan, dalam tulisan ini kita bisa mengambil hari atau waktu
pada hari tertentu semisal 3x dalam seminggu guna melaksanakan
kegiatan membaca setelah berdoa, mengucapkan Asmaul Ausna
dan lagu kebangsaan Indonesia raya dalam gerakan ini. Sehingga
apa yang menjadi harapan pemerintah agar budaya membaca di
Indonesia semakin meningkat khususnya di Kabupaten Demak.
Hal ini sejalan pendidikan abad 21 Learning to how (belajar untuk
mengetahui)
d. Cinta tanah air
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat
edaran yang meminta Kepala Dinas Pendidikan di tingkat provinsi
atau lebih rendah agar ada foto presiden dan wakil presiden di
setiap kelas. Selain itu, setiap pagi siswa sekolah dasar (SD) hingga
sekolah menengah atas (SMA) diminta menyanyikan Indonesia
Raya dan menyanyikan lagu nasional saat hendak pulang.
Permintaan itu tertuang secara resmi dalam surat berlambang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor
21042/MPK/PR/2017. Surat yang tertanggal 11 April 2017 itu,
ditandatangani Mendikbud, Muhadjir Effendy.
Ketika kumparan (kumparan.com) mengkonfirmasi kabar tersebut,
Muhadjir membenarkannya. "Insyaallah benar," katanya kepada
kumparan, Sabtu (22/4). Dalam surat itu dituliskan, permintaan
tersebut berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia.
Menyanyikan Indonesia Raya sebelum proses belajar mulai,
dianggap merupakan bagian dari revolusi mental untuk
meningkatkan semangat nasionalisme.
https://kumparan.com/@kumparannews/mendikbud-minta-
indonesia-raya-dinyanyikan-sebelum-belajar:12/09/2018:15.29

Dari kutipan tulisan diatas bahwa menyanyikan lagu kebangsaan


Indonesia Raya adalah sangat dianjurkan, sehingga para calon
peminpin ini memiliki rasa nasionalisme atau rasa cinta tanah yang

10
tinggi kepada bangsa Indonesi, sehingga salah satu Penguatan
Pendidikan karakter terwujud.

e. Cinta lingkungan
Kerusakan alam yang terjadi saat ini akibat dari ketamakan
manusia, longsor, banjir bandang, cuaca ektrim dan lain
sebagainya. Hilangnya lahan-lahan produktif menjadi perumahan,
pembalakan liar, pembukaan lahan baru dengan membakar hutan
mengakibatkan bencana alam terjadi dimana. Selain itu membuang
sampah sembarang juga menjadi biang kerok rusaknya alam ini.
Bahkan sumber media masa menyebutkan Indonesia menjadi
negara ke-3 penyumbang sampah terbesar didunia kelaut. Sejak 2
tahun yang lalu sekolah kami memproklamasikan sebagai sekolah
adiwiya, sekolah berwawaasan lingkuagan dan untuk saat ini baru
masuk ke tingkat kabupaten. Dimulai dari menabung sampah,
memilah dan memilih sampah sampai gerakan bersih-bersih
lingkungan sekolah, penghijaun halaman sekolah, daur ulang
sampah dan lain sebagainya. Gerakan bersih-bersih lingkungan
secara massal dilaksanakan setiap hari Jum’at melalui kegiatan
yang bernama”Jumpa Kasih”. Dalam hal ini maka tepatlah jika
waktu 15 menit khusus di hari jum’at setelah berdo’a,
mengucapkan asmaul husna, menyanyaikan lagu kebangsaan
Indonesia digunakan mensukseskan kegiatan tersebut. Ada nilai
penguatan pendidikan karakter yang didapat disana yaitu semangat
gotong royong dan peduli lingungan. Kegiatan ini sejalan dengan
Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
C. Penutup

Pendidikan abad 21 sudah didepan mata, saatnya kita hadapi


dengan berbagai cara dan upaya. Melalui pembiasaan 15 menit sebelum
KBM dimulai dari, Berdoa, pengucapan Asmaul Husna, Menyanyaikan
Indonesia raya, literasi, menyintai lingkungan maka yang cerminan pada

11
pendidikan abad 21 terpenuhi, diantaranya (1) Critical Thinking and
Problem Solving (2) Creativity and Innovation (3)   Communication
(4)   Collaboration sehingga bisa terwujud 4 (empat) pilar pendidikan yaitu
(1) Learning to how (belajar untuk mengetahui) (2) Learning to do (belajar
untuk melakukan) (3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan
diri sebagai individu mandiri yang berkepribadian) (4) Learning to live
together (belajar untuk hidup bersama)

12

Anda mungkin juga menyukai