Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fitri Udila Sari

Npm : 1913032007

Kelas : A ( Ganjil )

Mata Kuliah : Pendidikan Nilai

1. Bagaimana Pendidikan Nilai di Era Abad-21?

Jawab :

Abad 21 sering disebut-sebut sebagai zaman keemasan untuk ilmu


pengetahuan dan teknologi, dimana masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk
mengatasi berbagai masalah kehidupannya. Di zaman modern ini, kondisi
dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada
manusia dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan
ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar
dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental,
karena ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut tidak mampu
menumbuhkan watak dan karakter yang mulia.

Kondisi watak atau “karakter” manusia umumnya dewasa ini, sejak dari
level internasional sampai kepada tingkat persorangan, termasuk di
Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar
berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan,
tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan,
penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Di sana-sini
banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain
sesuka hati dan perbuatan-perbuatan biadab lainnya. Di sisi lain kasus-
kasus kekerasan, plagiatisme, illegal logging dan korupsi pun kian
menjamur.
Kesadaran masyarakat akan budaya kebersihan semakin menurun.
Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin memprihatinkan.
Masih banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai layaknya
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah hingga mengakibatkan bencana
banjir. Budaya antre dan sopan-santun semakin pudar ditelan oleh arus
zaman globalisasi. 
Materialistik, konsumerisme, hedonisme, sekulerisme dan individualistic 
kini secara perlahan tapi pasti telah mengkristal dalam masyarakat.
Pelanggaran lalu lintas dan tata tertib menjadi budaya baru yang seolah
mengokohkan sebuah anekdot bahwa hukum dan tata tertib memang
dibuat untuk dilanggar.
Karakter bangsa Indonesia yang sebelumnya berpegang pada ajaran-ajaran
agama, nilai-nilai luhur bangsa terus mengalami kemerosotan secara cepat.
Dan, celakanya berbagai bentuk pelanggaran itu dengan segera dan instan
menyebar melalui media komunikasi instan pula seperti internet, HP, dan
semacamnya.
Yang paling memprihatinkan adalah perilaku serta watak dari para pelajar.
Tingkah laku dan karakter dari seorang siswa kini sudah jarang
mencerminkan sebagai seorang pelajar. Di antara mereka cenderung
bertutur kata yang kurang baik, terkadang mereka bertingkah laku tidak
sopan dan terkesan tidak berkarakter yang diakibatkan serbuan globalisasi
nilai-nilai dan gaya hidup yang tidak selalu kompatibel dengan nilai-nilai
dan norma-norma agama, sosial-budaya nasional dan lokal Indonesia.
Banyak di antara anak-anak yang alim dan bijak di rumah, tetapi nakal di
sekolah, terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, dan
bentuk-bentuk tindakan kriminal lainnya, seperti perampokan bis kota dan
sebagainya. Inilah anak-anak yang bukan hanya tidak memiliki kebajikan
(righteousness) dan inner beauty dalam karakternya, tetapi malah
mengalami kepribadian terbelah (split personality). Bahkan, hasil survey
terhadap pergaulan bebas pada remaja kita amat mengkhawatirkan.
Dan terakhir yang membuat dunia pendidikan tercoreng dengan kabar
contekan massal di sejumlah tempat. Bahkan, pada kasus di salah satu
sekolah, kepala sekolah pun turun tangan memberi jawaban pada
muridnya agar mereka bisa lulus semua.
Jika kita melihat lebih dalam, di sekolah-sekolah sudah ada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengarah
kepada pembentukan watak dan karakter bangsa Indonesia, tapi hal itu
masih belum dapat menghasilkan out put siswa yang benar-benar
berkarakter bangsa Indonesia.
Krisis karakter ini tentu saja tidak sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang ditegaskan oleh Undang-Undang Pendidikan Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pemerintah dalam hal ini sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar 1945 telah berusaha dan terus berusaha memperbaiki dunia
pendidikan di Indonesia dengan terus membuat kebijakan-kebijakan yang
bersifat positif terhadap dunia pendidikan nasional. Salah satu kebijakan
yang paling up datesekarang ini adalah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan langkah sangat penting dan strategis
dalam membangun kembali jati diri bangsa dan karakter masyarakat
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri pendidikan karakter memang sangat
urgen bagi bangsa Indonesia, terutama untuk mempersiapkan generasi
muda sebagai para calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Melalui pendidikan karakter diharapkan mampu mencetak para generasi
abad 21 yang tidak hanya logikanya, akan tetapi juga mewarisi karakter
bangsa yang luhur.
2. Apa permasalahan pendidikan nilai di abad 21
Jawab:
Pertama, abad  ke-21 yang kini tengah kita alami, sebagaimana telah dikaji
para ahli telah menimbulkan tantangan yang berdampak pada terjadinya
krisis di bidang karakter.
Kedua, adanya tanda-tanda zaman yang dapat menghancurkan masa depan
bangsa.
Ketiga, adanya sebagian masyarakat yang memiliki mental block (penyakit
mental), yaitu cara-cara berfikir dan berperasaan yang terhalang oleh ilusi-
ilusi yang sebenarnya membuat kita terhambat untuk melangkah menuju
kesuksesan.
Keempat, adanya distorsi terhadap pengertian karakter atau akhlak.
Karakter atau akhlak sering diartikan sikap atau perilaku yang sudah
mendarah-daging, yang terdiri dari perilaku yang baik dan yang buruk.
Kelima,  saat ini tengah terjadi praktek hukum transaksional dalam segala
bidang kehidupan,  yakni bahwa jasa atau barang yang diterima seseorang
harus sebanding dengan uang yang dibayarkan.
Keenam, bahwa rumusan pendidikan karakter bangsa di sekolah saat ini
semakin memudar.

3. Apa tantangan pendidikan nilai di abad 21


Jawab:
a. Globalisasi
b. Kepribadian peserta didik
c. Perkembangan teknologi yang pesat dan berpengaruh terhadap aspek
kehidupan manusia

4. Bagaimana solusi atas permasalahan dan tantangan pendidikan nilai di era


abad ke 21 tersebut?
Jawab:
Guna mendukung implementasi pendidikan karakter dalam rangka
menjawab tantangan abad abad 21  yang demikian itu, maka diperlukan
hal-hal sebagai berikut.
Pertama, menerapkan pendekatan belajar mengajar yang humanis
emanisipatoris, yaitu  metode dan pendekatan yang lebih menekankan 
pada pemberian contoh (modeling), refleksi, problem solving,
pengembangan wawasan, dan penilaian yang objektif; Kedua dengan
melibatkan seluruh unsur yang ada pada lembaga pendidikan; Ketiga,
memperbaiki karakter lembaga pendidikan; Keempat,  menerapkan
pendidikan demokrasi yang Islami dan Indonesiawi pada lembaga
pendidikan; Kelima, menerapkan pendidikan multikultural pada lembaga
pendidikan, dan dan keenam menciptakan budaya sekolah dan lembaga
pendidikan yang mengarah pada dihasilkannya manusia yang unggul 
(great person) baik secara fisik (hand), intelektual (head) moral,
emosional, sosial dan spiritual (heart) yang didasarkan pada nilai-nilai
luhur ajaran Islam budaya bangsa.

Dengan cara demikian, implementasi pendidikan karakter bangsa di


sekoah dan lembaga pendidikan dalam rangka menjawab tantangan abad
ke-21 akan terlihat dalam realitas kehidupan, dan bukan sesuatu yang
bersifat teoritis belaka. Untuk itu pembiasaan, bimbingan, dan teladan
merupakan bagian dari strategi implementasi pendidikan karakter  di abad
ke-21 pada lembaga pendidikan Pertama, praktek pendidikan senantiasa
menekankan pada kesetaraan dan keadilan; Kedua, proses pembelajaran
harus berujung pada pengembangan kemampuan kultural pada diri siswa.
Kemampuan ini antara lain berupa kesadaran akan dirinya sendiri,
memahami dan menghormati kultur lain, mampu membantu kerjasama
dengan berbagai perbedaan-perbedaan kultur. Masing-masing siswa selaku
individu terus diberikan kesempatan untuk mengembangkan kesadaran
identitas etnisnya.harus mendapatkan prioritas.

Anda mungkin juga menyukai