Anda di halaman 1dari 4

Adhan Efendi S.Pd.

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Serpihan-Serpihan Wajah Dunia Pendidikan Indonesia

“Masalah pendidikan nasional di Indonesia saat ini ibarat serakan cermin yang pecah
berkeping-keping. Serpihan-serpihan cermin ini jika direkat-rekatkan kembali akan
membentuk mozaik yang menampilkan wajah pendidikan nasional yang karut marut, yang
berada di jalan penuh liku untuk mencapai masa depan yang lebih cerah – Prof. DR. H.A.R.
TILAAR, M.SC.ED.”

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kaleidoskop adalah alat optik yang bentuk luarnya seperti
keker, dilengkapi dengan dua kaca persegi panjang yang dipasang pada lapisan dalam pada salah
satu ujungnya sehingga dapat memperlihatkan berbagai gambaran yang indah dan simetris dari
kepingan barang berwarna yang diletakkan di antaranya apabila dilihat dari ujung yang
lain; aneka peristiwa yang telah terjadi yang disajikan secara singkat. Sedangkan pendidikan
merupakan proses manusiawi antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian peserta didik seutuhnya sehingga ketika ditarik benang merah
antara kedua nya, disimpulkan kaleidoskop pendidikan nasional merupakan mozaik polatri-
simetris-inovatif tentang pendidikan nasional ini hanya terarah pada satu arah, yaitu masa depan
yang cerah, mesti untuk mencapainya banyak tantangan yang akan dihadapi. Kaleidoskop
memberikan sedikit gambaran permasalah pendidikan saat ini dan gambaran pendidikan di masa
depan nantinya.

Karakter Bangsa yang Cerdas Makna dan Pengembangannya

Pada tanggal 14 Januari 2010 mengawali tugasnya sebagai Menteri Pendidikan Nasional telah
diadakan Sarasehan Nasional dengan topik “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa” Sarasehan ini mengandung dua sifat positif, pertama, untuk pertama kalinya dalam
waktu cukup lama kebudayaan tidak lagi merupakan bagian yang integral dalam pendidikan
nasional. Kebudayaan hanya merupakan bagian dari program pariwisata dan merupakan bagian
dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Kedua, untuk pertama kalinya masalah karakter
bangsa atau watak bangsa mendapat sorotan dalam pendidikan nasional setelah sejak lama
pendidikan nasional disibukan oleh pengembangan aspek kognitif seperti ujian nasional, world
class education, world class curriculum dan sejenisnya yang membawa pendidikan nasional
entah kemana. (H.A.R. Tilaar 2012:4) .

Sementara itu, masyarakat dan bangsa Indonesia seakan kehilangan arah atau kehilangan masa
depan. Sifat ramah-tamah, sopan santun dan suka menolong yang menjadi ciri khas ketimuran
mengalami kerusakan yang cukup mencolok. Sifat ini berubah menjadi sifat beringas, tidak
sopan, egois dan mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama.

Bangsa ini merupakan bangsa yang cerdas, banyak prestasi yang dari dulu sampai saat ini anak-
anak Indonesia raih dalam bidang akedemik namun ada hal yang terlupakan oleh bangsa ini,
yaitu bagaimana menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bersama. Anak-anak bangsa
bukan hanya diharapkan cerdas dalam segi kognitif tetapi juga memiliki jiwa “kepancasilaan”,
hal ini dapat tampak dari sikap dan norma ketimuran yang menjadi ciri khas bangsa ini. salah
satu gaung besar yang kerap kita dengar adalah melalui Pendidikan Karakter.

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional itu di jabarkan dalam UUD 1945 yaitu
Pertama, pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermakna pendidikan bukan
hanya tentang belajar membaca atau berhitung tetapi pendidikan bermakna memerdekan
manusia. Membawa seseorang dari kegelapan menuju terang menerang dan membawa seseorang
dari keterbelangkan menjadi berpandangan mada depan. Pendidikan bukan lagi bermakna sempit
dan sudah saatnya bangsa ini kembali ke pengalaman masa lalu yaitu mengawinkan pendidikan
dan nilai luhur kebudayaan.

Kedua, pendidikan adalah hak seluruh rakyat artinya pendidikan ditujukan untuk seluruh rakyat
Indonesia dan bukan hanya untuk bagian kecil masyarakat. Sistem pendidikan demokratis adalah
memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan dan
bakatnya masing-masing untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Fakta di lapangan hal
ini masih jauh dari harapan, masih banyak anak-anak di kota yang menjadi pengemis di jalan,
mengamen dan menjadi buruh angkut sedangkan di desa atau daerah tertinggal jangan di tanya,
pendidikan masih menjadi hal mewah bahkan mimpi untuk bersekolah pun tidak. Seiring
berjalannya waktu dan keyakinan semoga hal ini lebih di perhatikan. Bukan hanya pemerintah
dan akademisi pendidikan tetapi pendidikan milik rakyat, pendidikan milik bangsa ini dan kita
semua bertanggung jawab atas maju atau mundurnya pendidikan di Negeri Ibu Pertiwi.

Pengembangan Profesi Guru

Sangat sulit memajukan dunia pendidikan negeri ini tanpa mereka yaitu para Guru. Guru sebagai
profesi artinya guru dituntut untuk memiliki professionalitas. Professional kerja, professional
sikap dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencerdaskan serta mendidik para peserta didik.
Tidak elok ketika belum majunya dunia pendidikan di bebankan kepada guru, karena sebenarnya
pendidikan akan maju ketika semua aspek dan komponen bangsa ini memiliki komitmen
bersama-sama untuk berpadangan masa depan.

Upaya pemerintah untuk pengembangan profesi guru selayaknya kita apresiasi, seperti kegiatan
pelatihan kurikulum 2013, reorganisasi LPTK, restrukturisasi program studi, sertifikasi guru dan
lain-lain. tetapi kunci sebenarnya bukan hanya terletak pada hal tersebut. Ada hal yang sering
dilupakan oleh para guru yaitu meletakan semua sebagai pengabdian dan dedikasi untuk bangsa
ini, mencintai profesinya sebagai guru, mengajar bukan sebuah tuntutan atau keterpaksaan tetapi
mengajar selayaknya menjadi jalan ikhtiar yang dipilih dalam langkah bersumbangsih untuk
Negeri yang kita cintai.

Harusnya hal ini dibarengi juga dengan apresiasi dan upaya pemerintah dalam masalah
kesejahteraan guru. Guru merupakan pahlawan tanpa tanya jasa tetapi mereka membutuhkan
kesejahteraan. Polemik bangsa ini amsih berkutat atas status guru PNS dan Honorer atau masalah
gaji honorer yang belum dikatakan layak. Gambaran diatas sering kali membuat hati bangsa ini
sedih dan kesedihan tersebut jelas tergambar dalam lesu nya semangat mengabdi para bapak ibu
guru. Semoga nantinya para bapak ibu tetap semangat dalam langkah mengabdi untuk
mencerdaskan bangsa ini, semangat itulahakan menjadi bekal ribuan langkah ke depan. Untuk
hari ini, esok dan lusa yang lebih baik.

Pendidikan yang Membudaya atau Pendidikan yang Membuaya atau Predator ?

Agama, budaya dan pendidikan karakter bangsa menjadi tiga hal utama dalam mengembangkan
pendidikan yang membudaya. Indonesia menjadikan agama sebagai fundamental yang mendasari
dan mengarahkan seluruh kehidupannya. Tidak heran apabila dalam pancasila yang pertama
menyebutkan Bertakwa Kepada Tuhan YME dan menjadi sila pertama yang menyinari sila-sila
lainnya.

Akhir-akhir ini majunya globalisasi merengut dan merampas paksa budaya dari bangsa ini. kita
terkesan tidak siap melawan arus globalisasi, dianalogikan kita berada dalam sungai yang
berarus deras, kita tidak berpegang pada batu sehingga kita semakin terbawa arus, kita terlena
akan majunya dunia informasi dan teknologi. Budaya merupakan akar utama bangsa ini dan
semoga semakin banyak yang peduli akan pentingnya budaya serta berusaha melesratikannya.

Pendidikan selayaknya dikaitkan dengan budaya, budaya ketimuran bangsa ini selayaknya tetap
di kembangkan dengan dibarengi perkembangan aspek kognitif yang berupa pengetahuan. masih
ingatkah pembaca saat kita kecil, mata pelajar bernilai pancasila, sopan satun dan sikap banyak
kita pelajari dulu sekitar tahun 1998an dan hal ini menjadi landasan sikap yang membentuk diri
kita dengan diringi pengaruh lingkungan. Bukan pendidikan yang membuaya atau predator,
pendidikan yang terkesan menakutkan dan rakus, mengutamakan isi perut dibanding kepentingan
orang banyak, korupsi di lembaga pendidikan atau sebagainya. Semoga wajah pendidikan kita
tidak seperti ini.

Dari serpihan-serpihan ini apabila di kumpulkan akan membentuk mozaik wajah dunia
pendidikan Indonesia. Artikel ini bukan dimaksudkan untuk melemahkan semangat para
pembaca atau sebagainya tetapi artikel yang saya buat ini bertujuan untuk mengingatkan diri
saya dan teman-teman pembaca saatnya kita berbenah untuk lebih baik. Berbenah untuk diri
sendiri dan orang lain, saling mengingatkan dan saling mendukung dalam kebaikan serta jangan
putus keyakinan bahwa dunia pendidikan Indonesia akan berwajah secerah cahaya suatu hari ini,
iya nanti. Yakinkan ini dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai