Anda di halaman 1dari 5

GENERASI BERPENDIDIKAN PEMERAN INOVASI

BANGSA INDONESIA
Oleh : Dewi Latifatur Rosidhah

“We are the first generation to be able to end poverty, and the last
generation that can take step to avoid the world impacts of climate change.
Future generation will judge us harsly if we fail to uphold our moral and
historical responsibilities” kutipan dari Ban Ki-Moon, diplomat Korea Selatan
dan Sekjen PBB. Pesan yang sangat mengena sejak pertama kali mendengarnya.
“Kita adalah generasi pertama yang dapat mengakhiri kemiskinan, dan generasi
terakhir yang dapat mencegah dampak perubahan iklum dunia. Generasi
mendatangkan menilai kita dengan kasar jika kita gagal menjalankan tanggung
jawab moral dan historis kita”.

Berbicara mengenai generasi Indonesia, pendidikan merupakan wadah


bagi para siswa ataupun mahasiswa penerus generasi bangsa untuk mencari jati
diri mereka yang sesungguhnya membuka jalan dan peluang untuk mewujudkan
apa yang diimpikannya dengan pengajaran, pelatihan, praktek dan penelitian serta
metode-metode lain yang dapat meningkatkan nalar individu untuk berpikir kritis
dan logis dalam mengungkapkan dan menyelesaikan suatu masalah atau gejala
yang terjadi dalam dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Dan suatu
pendidikan akan berkualitas apabila siswa ataupun mahasiswanya mempunyai
karakter positif yang ada dalam dirinya. Untuk itu, upaya-upaya inovatif melalui
kebijakan pendidikan berbasis kepada masyarakat di satu sisi, dan kebijakan
pendidikan berfokus pada pelanggan dan mutu, akan dapat menciptakan daya
saing anak bangsa dalam persaingan global. Dengan demikian inovasi pendidikan
memang menjadi keniscayaan dalam merespon tuntutan lingkungan internal dan
respon terhadap keperluan eksternal dunia pendidikan nasional, sehingga sistem
pendidikan nasional yang dilaksanakan mampu menciptakan tatanan budaya baru
bangsa yang lebih cerdas dan mensejahterakan dan memajukan bangsa. Dapat
dipastikan secara aksiologi, pendidikan memang menciptakan perubahan, karena
berkenaan dengan penanaman nilai-nilai kebenaran, kesucian dan kebaikan hidup
manusia.

Namun pada faktanya pendidikan nasional masih jauh dari hasil yang
diharapkan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena lulusan sistem
pendidikan nasional kurang berdaya di tengah perubahan masyarakat yang
semakin massif (besar-besaran) disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai bidang kehidupan. Pada saat bersamaan, meskipun
berbagai kebijakan pembaharuan dan peningkatan mutu melalui regulasi
pendidikan, peningkatan kualitas guru dan dosen, pembaharuan kurikulum,
pembenahan sarana dan prasarana pendidikan, maupun peningkatan pembiayaan,
nampaknya sejauh ini masih menyedihkan.

Sesuai dengan pemberitaan Kompas tanggal 3 maret 2011, menurunnya


peringkat pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun 2010, menjadi
peringkat 69 pada tahun 2011, sementara Malaysia berada pada ranking 61.
Padahal ranking pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa, karena itu
dengan menurunnya ranking pendidikan tersebut, maka itu artinya kualitas
manusia Indonesia pada umumnya rendah. Mungkin saja bangsa ini mengalami
kemajuan dalam beberapa aspek, namun bangsa-bangsa lain juga mencapai
kemajuan yang lebih tinggi dari bangsa Indonesia. Akhirnya, bangsa Indonesia
masih saja tertinggal dari negara-negara tetangga di antaranya Malaysia,
Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Selain perlu adanya pembaruan dan
manajemen yang tersistem dari pengelola sistem pendidikan dan Kemenpora.
Lantas bagaimana stimulus atau cara kita sebagai pemuda berpendidikan
membantu menumpas atau meminimalisir problem tersebut?

Generasi unggul merupakan generasi yang cerdas, kreatif, inovatif,


produktif, dan berdaya saing. Sosok yang cerdas tentu dapat memilah hal yang
baik dan buruk. Kecerdasan yang diharapkan disini adalah kecerdasan yang dapat
memaksimalkan kesempatan dan menggali potensi lebih banyak. Jika
dibandingkan dengan bangsa lain, bangsa Indonesia sebenarnya tak kalah hebat
dan tak kalah cerdas. Namun, ada faktor yang menghambat potensi tersebut. Kita
harus menjadi generasi unggul yang berpendidikan sebagai pemeran perubahan
bangsa Indonesia yang memiliki karakter yang cerdas, kreatif, inovatif, produktif,
dan berdaya saing sehingga dapat mendorong kemajuan bangsa Indonesia.

Sebagai pemuda bangsa yang berpendidikan, kita turut mengemban


tanggung jawab besar yang melekat pada status “PELAJAR”. Peran sebagai
Agent of Change, Social Control dan Iron Stock untuk membawa lingkungan,
masyarakat, hingga bangsa kearah yang lebih baik. Bagaimana caranya?
Jawabannya sederhana yaitu mulai dari diri sendiri dan hal kecil yang mampu kita
berikan untuk kebermanfaatan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran yang
tinggi dari diri sendiri bahwa untuk mewujudkan bangsa yang cemerlang perlu
adanya langkah langkah awal berprogress atau inovasi dari waktu ke waktu
terutama dalam konteks pendidikan agar terciptanya SDM (Sumber Daya
Manusia) yang mumpuni dan berkualitas guna menghadapi perkembangan zaman
di masa mendatang. Perlu juga adanya terobosan-terobosan baru dari pemuda
Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam
berbagai aspek pendidikan dan SDA (Sumber Daya Alam) yang ada guna
mendongkrak pendidikan serta mutu bangsa Indonesia agar lebih cepat
berkembang pesat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh dua siswi dari Jawa Timur yang
menciptakan tissue ramah lingkungan. Pada hari Kamis (9/3/2017), saat acara
Indonesia Science Project Olimpiade (ISPO), Octaviana Galuh Pratiwi dan Shella
Vidya Ayu, memamerkan temuan mereka berupa tisu ramah lingkungan. Tisu ini
berbahan dasar ampas nanas dan dikombinasikan dengan buah busuk, air, dan
gula. Dilansir dari Tribunnews, (9/3/2017), campuran ampas nanas dengan buah
busuk, air, dan gula akan menghasilkan selulosa bakteri Acetobacter xylinum.
Berdasar penelitian mereka, bahan inilah yang dijadikan bahan dasar membuat
tisu. Seperti diketahui, bahan dasar tisu yang sering kita gunakan adalah selulusa
tumbuhan, khususnya pohon pinus. Penemuan dua siswi SMA Negeri 2
Lamongan Jawa Timur tersebut menjadi terobosan baru untuk mencegah
penggundulan hutan pinus. Galuh dan Shella memanfaatkan bahan-bahan bekas
dan sudah tidak digunakan lagi.
Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda dan Deswan, Ketua Bidang
Peningkatan Iptek Kemenpora, Imam Gunawan mengungkapkan bahwa betapa
besarnya potensi yang dimiliki pemuda Indonesia dan tersebar baik di ranah
pedesaan maupun perkotaan. Sayangnya, masih banyak dari potensi tersebut yang
belum terkembangkan dengan baik hingga saat ini. Kemenpora peduli dalam
menggarap potensi pemuda yang ada tersebut melalui insentif atau perangsang
dan apresiasi agar potensi tersebut makin tumbuh subur. Sementara untuk potensi
yang belum muncul, diupayakan melalui pemberdayaan baik dengan pelatihan
ketrampilan maupun pelatihan teknologi, ungkapnya.

Dalam mewujudkan sinergitas pemuda melalui inovasi cemerlang dalam


membangun Indonesia maju, saya menyatakan bahwa diri saya akan turut andil
dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Saya ingin turut andil dalam perubahan,
bukan hanya saya dan para ‘Kaum Intelektual’ yang dapat mengenyam
pendidikan serta mendapatkan ilmu. Saya ingin rakyat dari berbagai lapisan juga
mendapatkan hak yang sama dalam hal pendidikan. Peran saya sebagai educator
lulusan tarbiyah saat saya terjun dimasyarakat nanti adalah memberikan ilmu
pendidikan dan inovasi yang baru bagi pendidikan bangsa Indonesia. Guna
memajukan serta dapat dipergunakan bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Seperti halnya pendidikan formal di daerah pelosok yang sulit diakses pelajar
yang memang perlu adanya pergerakan inovasi baru dari kerjasama pendidik dan
pemerintah. Karena bagaimanapun peran kita sebagai ‘Kaum Intelektual’ tidak
pernah lepas dari masyarakat.

Peran kita dalam menjadi generasi berpendidikan pemeran inovasi bangsa


Indonesia adalah belajar serta mencari ilmu sebanyak banyaknya guna
memperbaiki keadaan bangsa ini di bidang pendidikan. Karena pendidikan adalah
salah satu ujung tombak bagi kemajuan bangsa Indonesia, dengan mempunyai
kualitas pendidikan yang baik, maka akan baik pula generasi-generasi muda di
Indonesia. Pendidikan yang menciptakan generasi yang kritis, cerdas serta dapat
mempergunakan ilmunya kelak untuk kepentingan masyarakat.
Semoga kita sebagai generasi muda dapat menjadi generasi penerus yang
baik serta dapat membawa perubahan ke arah yang benar bagi pendidikan yang
lebih berkualitas bagi bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka

Ancok, Djamaluddin, 2011, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, Erlangga,


Surabaya.
BPTT, Berita 2011, Pemuda dan Inovasi Indonesia, dilihat 24 September 2021,
https://www.bppt.go.id/berita-bppt/pemuda-dan-inovasi-di-indonesia.
(Disarikan dari berbagai sumber).
Buchori, Muchtar, 1994, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia,
Rajawali Press, Jakarta.
Danim, Sudarwan, 2002, Inovasi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung.
Manshuri, Hanif 2017, Wow, Raih Penghargaan, Dua Siswi SMAN 2 Lamongan
Sulap Ampas Nanas jadi Tisu, Tribun Jatim.com, dilihat 24 September
2021, https://jatim.tribunnews.com/2017/03/09/wow-raih-penghargaan-
dua-siswi-sman-2-lamongan-sulap-ampas-nanas-jadi-tisu (Disarikan dari
berbagai sumber).

Anda mungkin juga menyukai