PENDAHULUAN
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan
aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. Begitu ungkapan oleh Ir. Soekarno
yang menunjukkan betapa besarnya peran pemuda dalam membangun suatu
bangsa.
Waktu berlalu, dunia terus berubah dan berkembang. Sudah sepatutnya kita
menyadari bahwa pemuda sebagai pewaris masa depan harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin dinamis.
Dalam UUD 1945 alinea ke-4 terdapat kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa”
yakni adalah tujuan pendidikan nasional yang menggambarkan cita-cita bangsa
Indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan ke seluruh penjuru
Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas.
Bagaimana tentang orang-orang atau aktor utama yang menjalankan sistem ini,
yaitu para pendidiknya, apakah sudah terkualifikasi dengan baik? Apakah semuanya
sudah diberikan upah yang layak sehingga dapat fokus untuk mendidik dengan baik
para murid-muridnya? Apakah lembaga pendidikan cukup handal untuk mengatasi
permasalahan para pendidiknya? Apakah para pengawas pendidikan benar-benar
mengawasi jalannya pendidikan kita? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini timbul
dan menjadi catatan besar karena apabila kurikulum yang baik tetapi tidak
dieksekusi oleh orang-orang yang tidak berkompeten sama saja sia-sia. Selain itu,
masalah juga timbul pada murid seperti rendahnya minat baca, kurangnya
pemahaman karakter, hingga menganggap pendidikan hanya sekadar selembar
kertas berisi nilai yang didapatkan di sekolah.
Berkaitan dengan hal itu, terdapat ‘PR’ yang harus dibenahi oleh para pelaksana
pendidikan kita mulai dari hal yang membudaya seperti praktik pencucian nilai,
manipulasi data agar akreditasi terjaga, pengawasan pendidikan yang hanya
sebatas dokumen (bukan praktik pendidikan langsung), pengajar yang berorientasi
pada hasil (bukan proses), penghamburan dana pendidikan yang tidak jelas dan
tidak transparan, sampai pendirian sekolah/universitas yang hanya berbasis bisnis
tanpa mencakup tujuan pendidikan.
Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia
genap berusia 100 tahun alias satu abad. Untuk itu, dengan sisa waktu yang ada
para pemuda sebagai generasi yang akan menggantikan para perencana dan
pelaksana pendidikan sudah seharusnya berbenah sedini mungkin agar dapat
membangun kembali sistem pendidikan menuju Indonesia maju 2045.
ISI
Salah satu bukti bahwa pendidikan Indonesia perlu dipersiapkan untuk dibangun
kembali oleh para pemuda terdapat dalam survei kualitas pendidikan yang keluarkan
oleh PISA, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Pengamat menilai
kompetensi guru yang rendah dan sistem pendidikan yang terlalu kuno menjadi
penyebabnya. Sudah semestinya menjadi tanggung jawab pemerintah dalam
membenahi kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, pemuda memiliki peran yang
penting dalam jangka panjang, hal tersebut dikarenakan nanti yang mengisi di
pemerintahan yang dalam arti menjadi pelaksana dan pemangku kebijakan adalah
pemuda saat ini. Jadi sudah sepatutnya kita aware dengan isu pendidikan.
Kemudian, ada juga langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain, membangun
sekolah alternatif. Sekolah alternatif sebagai lembaga alternatif untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat, tetapi berbeda dengan sekolah formal yang ada.
Dan berdasarkan pengakuan dari siswa-siswa yang masuk sekolah alternatif,
mereka justru lebih senang dan merasa sekolah alternatif lebih memberikan banyak
manfaat ketimbang sekolah formal. Dan biasanya sekolah-sekolah alternatif ini
didirikan latar belakangnya dari mahalnya biaya pendidikan di Indonesia.
Selain itu, di samping gerakan yang sifatnya berdampak ke masyarakat, ada juga
hal yang tidak kalah penting yaitu perlunya mempersiapkan, memperbaiki, dan
mengevaluasi diri sendiri. Mungkin ini terdengar sepele, tetapi dampaknya akan luar
biasa jika nanti para pemuda sudah menjadi orang-orang yang terjun langsung di
pemerintah dalam pengembangan pendidikan. Hal-hal berkaitan dengan sifat dan
sikap seperti good mindset, open minded, soft skill, attitude, dan lain lain perlu untuk
ditanamkan sebagai pondasi jika ingin melakukan perubahan. Menjadi ironi jika saat
masih pemuda lantang menyuarakan gagasan tetapi saat sudah ‘terjun langsung’
ternyata tidak ada perbedaan.
Masih ada sekitar 25 tahun lagi untuk para pemuda mempersiapkan yang terbaik
demi menuju Indonesia emas 2045. Dimulai dari pendidikan yang baik, niscaya para
pemuda dapat membawa kemajuan untuk Indonesia.
PENUTUP
Di tengah krisis yang melanda negeri ini tentunya sumber daya manusia yang
berkualitas sangat dibutuhkan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini hanya
dapat ditempuh melalui pendidikan yang berkualitas pula. Ketika negara tidak
mampu memenuhi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pemuda
harus bergerak.
"Aku, kamu, kita adalah penggerak perubahan dan pembaharuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-94. Bersatu Bangun Bangsa"
DAFTAR PUSTAKA
OECD. 2019. PISA 2018 Assessment and Analytical Framework PISA. Paris:
OECD Publishing.
Mawardi, Nur Hidayati. 2009. IAD, ISD, IBD. Bandung: Pustaka Setia, 227