Sebagai mahasiswa kita juga perlu memperingati hari pendidikan nasional sebagai bentuk
kepedulian kita terhadap dunia pendidikan. Kita tidak bisa diam saja melihat permasalahan
pendidikan terus terjadi, kita harus bergerak. Dulu, Jika mendengar “mahasiswa”, maka persepsi
yang muncul dalam benak banyak masyarakat, muncullah kata demonstrasi, orasi, akademisi dan
aktivis sosial lain. Mahasiswa sering menyampaikan pendapatnya di depan umum, mengingat hal
itulah yang dapat dilakukan dalam menyampaikan aspirasi dari rakyat. Dalam penyampaian
pendapat tersebut mahasiswa dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum yang menyatakan bahwa setiap warga
Negara secara perorangan maupun kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai
perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
Sebagai “agen of change” kita juga harus bertangung jawab terhadap gelar yang kita
sandang, pada tahun 98 para mahasiswa masiswa mampu menduduki gedung para pejabat karena
bayaksekali permasalaha yang mengerkkan berbagai aliansi mahasiswa untuk bergerak dan
menuntut revolusi. Tepat tangal 2 mei hari ini adalah hari pendidikan ,hari yag dimana kita
memperingati jasa pahlawan tanpa tanda jasa, namun di balik hari sakral tersebut masih banyak
kejanggalan dan kecurarngan yang terjadi di hari tersebut , sebagai mahasiswa kita harus dan
wajib menghormati jasa para pahlawan tanpa tanda jasa yang sudah mendahului kita, dan hari ini
saatnya tahun kita, generasi kita untuk bererak,meuntut , membela dan menyuarakan apa yang
seharusnya kita bela guna membersihkan nama baik “pendidikan” dari orang orng atau oknum
yang hanya mementingkan isi perutnya saja
Bahkan dalam beberapa waktu terakhir ini, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan
kerap kali mewarnai pemberitaan di media massa.Berdasarkan catatan tahunan (Catahu) Komnas
Perempuan tahun 2012 yang diluncurkan pada 7 Maret 2013 lalu, kekerasan seksual menempati
peringkat paling tinggi dibandingkan dengan jenis kekerasan terhadap perempuan (KTP) lainnya
di ranah komunitas .Dengan jumlah mencapai 1380 kejahatan tindak asusila pada anak pada
tahun 2014.
Kekerasan seksual yang paling banyak terjadi adalah perkosaan dan pencabulan.
Mayoritas korbannya berusia antara 13-18 tahun yang artinya korban rata-rata masih duduk
dibangku sekolahan. Sementara kasus kekerasan seksual itu sendiri selain dilakukan oleh orang
yang tidak dikenal, pacar, teman, dan keluarga terdekat, juga tidak sedikit kasus kekerasan
seksual dilakukan oleh oknum guru terhadap anak didiknya.Memang ironis dan miris ketika
seorang guru yang seharusnya mendidik, membimbing dan mengayomi siswanya justru malah
berbuat asusila dengan menjadikan siswanya sendiri sebagai objek seksual.hal ini menjadi
tamparan keras bahwa pendidikan Indonesia saat ini sedang tidak Baik baik saja.
Pendidikan sebaiknya berperan bukan hanya mempersiapkan masa depan saja, tetapi
dapat menjadikan manusia dapat hidup guna melaksanakan tugas kemanusiaannya yaitu mampu
menemukan kesempurnaannya sebagai manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan,
mengembangkan karena manusia, bertumbuh dan berkembang guna mencapai perkembangan
secara maksimal, dan menunjukkan,karena manusia butuh diakui sebagai manusia di antara
sesamanya serta eksistensinya sebagai manusia yang sempurna. Hal-hal inilah yang menjadi
tugas manusia dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya sebagai manusia khususnya dalam
memanusiakan manusia dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu dibutuhkannya penanganan ekstra dalam berbagai kasusini. Karena
apabila dibiarakan terus-menerus terjadi dapat merusak generasi yang akan menjadi pemimpin
negara dimasa yang akan dtang. Apabila ditelusuri lebih lanjut hal tersebut dapat menyebabkan
kuranganya kepercayaan orangtua unutk menyereahkan pendidikannya pada sekolah. Untuk
merubah hal di ranah pendidikan setidaknya dapat dimulai dari upaya merubah cara berpikir
(mindset) di kalangan pendidik itu sendiri. Pendidik harus dapat memposisikan dirinya setara
dengan muridnya sehingga dengan demikian pendidik tidak akan memperlakukan anak didiknya
dengan sewenang-wenang. Selanjutnya, untuk merubah cara berpikir pendidik yang patriarkis
dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan yang berperspektif feminis kepada guru dan
calon guru. Dan peran kita sebagai mahasiswa harus menjadi penggerak dalam aksi ini. Karena
kita sebagai mahasiswa merupakan penyambung lidah masyrakat kepada petinggi negara dan
begitu juga sebaliknya. Apabila hal tersebut dapat berjalan dengan baik akan menyebabkan
negara menjadi lebih .Demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakayt Indonesia.
Bebaskan pendidikan.
Hidup mahasiswa
Hidup pendidikan.