Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

SOSIOLOGI PENDIDIKAN KELAS A

05 OKTOBER 2022

Nama : Arif Fathurrahman Nurza

Mata kuliah : Sosiologi Pendidikan

Dosen pengampu : Dra. Indrawati, M.Si

1. Apakah seorang calon pendidik perlu mempelajari sosiologi pendidikan ? mengapa


2. Sekolah diharapkan dapat menciptakan individu-individu yang dapat bekerjasama
mendukung nilai-nilai sosial. Jelaskan maksudnya
3. Bagaimana peran pendidikan Non Formal di Indonesia dalam mempersiapkan
generasi muda menjadi sumber daya manusia yang memiliki lifeskill ?
4. Pendidikan bisa sebagai modal manusia, modal sosial, modal budaya. Coba jelaskan
maksudnya.
5. Menurut Emile Durkheim, pendidikan sebagai sarana kaum miskin untuk menjadi
pemimpin masyarakat, Jelaskan maksudnya dan beri contoh.

Selamat Bekerja

Catatan:

- Jawaban dibuat dengan bahasa dan analisis pribadi, bukan hasil referensi atau copy
internet.
- Analisis dapat ditambah dengan kutipan dari buku atau internet dengan syarat sumber
kutipan jelas (judul nama penulis serta website harus dicantumkan).
- Jawaban dibuat dengan bahasa dan analisis pribadi, bukan hasil referensi atau copy
internet.
- Jika analisis anda ditambah dengan kutipan dari buku atau internet dengan syarat
sumber kutipan jelas (judul nama penulis serta website harus dicantumkan).
- Jika ditemukan sumber kutipan palsu maka jawaban tidak akan dinilai.
- Jawaban dapat dikirim mulai 1 jam dari sekarang, kecepatan waktu pengiriman
jawaban akan mempengaruhi nilai (paling lambat pukul 17.00 WIB).
Jawaban dikirim melalui : CLASSWORK

JAWABAN:

1. Perlu.
Calon pendidik perlu untuk mempelajari sosiologi karena sosiologi pendidikan
merupakan ilmu terapan yang ruang lingkupnya menekankan pada aspek sosio-
kultural dalam dunia pendidikan dan mempelajari perilaku aktor pendidikan yang
dalam hal ini adalah guru, murid, dan sebagainya. Selain itu, sosiologi pendidikan
perlu dipelajari oleh tenaga pendidik agar calon pendidik bisa memahami aktor
pendidikan itu sendiri dari segi sosial maupun budaya. Mempelajari sosiologi
pendidikan juga dapat membantu calon pendidik dalam memahami teknik mengajar
seorang pendidik, bagaimana memainkan peran dari seorang pendidik, dan
sebagainya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution (2019) bahwasanya
sosiologi pendidikan diajarkan kepada calon pendidik agar dapat mengerti atau
mengenali masyarakat dan latar belakang sosial di mana anak tersebut disosialisasi.

2. Maksudnya adalah sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan maupun


keterampilan yang sifatnya umum kepada individu atau dalam hal ini adalah murid.
Disekolah murid juga akan mempelajari nilai-nilai sosial serta norma-norma sosial
secara tidak langsung, dan apa yang didapatkan dari sekolah juga akan mempengaruhi
kepribadian murid dalam kehidupan sehari, seperti bagaimana ia bersikap yang sopan
dan santun kepada orang yang lebih tua, bertutur kata yang sopan, menghargai satu
sama lain, menghargai segala bentuk perbedaan yang ada, bersikap jujur, dan
sebagainya. Selain itu, bagaimana murid tersebut berinteraksi, membentuk suatu
kelompok dengan teman-temannya juga merupakan pendidikan yang ia dapatkan
secara tidak langsung berdasarkan keadaan dan kondisi di sekolah. Dengan demikian,
sekolah diharapkan dapat menciptakan individu yang dapat bekerja sama dalam
mendukung nilai-nilai sosial.

3. Berbicara mengenai peran pendidikan non-formal, dapat dikatakan bahwasanya


pendidikan non-formal juga memiliki peran yang sangat dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang memiliki lifeskil. Pendidikan non-formal sendiri
merupakan pendidikan yang didapatkan di luar pendidikan formal (SD, SMP, SMA,
Kuliah). Pendidikan non formal lebih berfokus pada pengembangan terhadap sumber
daya manusia agar dapat bersaing dengan perkembangan zaman yang pesat. Dan
peran pendidikan non-formal di sini adalah meningkatkan potensi dan kualitas sumber
daya manusia melalui pelatihan-pelatihan khusus agar memiliki lifeskil dan dapat
bersaing di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh Effendy (dalam Kemendikbud, 2017) bahwasanya pendidikan
non-formal memiliki peran untuk mengejar ketertinggalan yang terjadi di masyarakat,
mengimbangi segala hal yang terjadi dalam masyarakat, dan peran mendahului
dengan maksud dapat memperkirakan apa yang terjadi di masyarakat. Adapun contoh
peran dari pendidikan non-formal ini adalah lembaga pelatihan khusus yang bertujuan
untuk meningkatkan publik speaking dan softskil agar dapat bersaing di era digital.

4. • Pendidikan sebagai modal manusia


Maksudnya adalah pendidikan yang diperoleh manusia baik itu pendidikan formal
maupun non-non formal. Pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dari
pendidikan akan menjadi kesempatan bagi seseorang dalam bersaing dan
berkompetisi dengan orang lain, pendidikan juga akan menjadi modal bagi manusia
dalam mendapatkan pekerjaan. Contohnya orang yang berkuliah di jurusan ekonomi,
setelah lulus akan berbeda potensi pekerjaan yang bisa didapatkannya dibandingkan
dengan orang yang lulus SD yang menjadi pedagang di pasar.

• Pendidikan sebagai modal sosial


Maksudnya adalah pendidikan sebagai modal sosial dapat membantu individu dalam
mengolah maupun mengatur sumber daya langka dalam jaringan yang lebih luas.
Modal sosial di sini dapat dikatakan sebagai investasi sosial, semakin besar jaringan
yang kita miliki maka semakin besar modal sosial yang kita miliki. Selain itu, suatu
jaringan tidak akan menjadi modal sosial tanpa adanya kepercayaan, norma, dan
kesepakatan.

• Pendidikan sebagai modal budaya


Maksudnya di sini adalah pendidikan yang kita dapatkan mampu membuat kita
berkompetisi, pendidikan membuat kita memiliki nilai atau value yang berbeda-beda
dan pendidikan dapat membentuk kompetensi dan pengetahuan culture kita. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwasanya pendidikan itu memang penting bagi manusia.
5. Maksudnya di sini adalah pendidikan dapat menjadi sarana bagi kaum miskin untuk
melakukan mobilitas sosial, yang kaum miskin dapat menaikkan statusnya
dimasyarakat. Pendidikan merupakan hak bagi tiap-tiap manusia untuk
mendapatkannya.. Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadi sarana bagi kaum
miskin untuk menjadi pemimpin masyarakat.

Contohnya, seorang anak yang berasal dari kaum miskin mendapatkan beasiswa
pendidikan dari pemerintah sehingga dengan beasiswa tersebut ia bisa mendapatkan
pendidikan yang layak sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan setelah
berhasil lulus anak tersebut memiliki potensi dan peluang yang besar dalam
mendapatkan pekerjaan, seperti menjadi kepala desa yang secara tidak dapat
dikatakan anak yang berasal dari kaum miskin tersebut telah menjadi pemimpin
dalam masyarakat desa. Selain itu, anak tersebut juga mengangkat status dirinya dan
keluarganya di masyarakat.

Sumber kutipan:
Buku sosiologi pendidikan Prof. Dr. S. Nasution, MA. Cetakan kesembilan tahun
2019, Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendikbud (2017). Mendikbud: Pendidikan Nonformal Punya Peran Penting


Ciptakan Tenaga Terampil.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/09/mendikbud-pendidikan-nonformal-
punya-peran-penting-ciptakan-tenaga-terampil.

Anda mungkin juga menyukai