Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA BAGI PELAJAR

DI ERA GLOBALISASI

Di

Oleh:

Nama: Fenilia Putri

NIM: 1914320064

Dosen pembimbing: I Putu Gede Sutrisna, S.Pd.,M.Pd.

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


TAHUN AKADEMIK
2019/2020
IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA BAGI PELAJAR DI ERA GLOBALISASI

Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang
telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia terutama oleh para siswa
dan pemuda sebagai pelopor bangsa.

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Untuk itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Kehidupan bangsa Indonesia memerlukan adanya implementasi nilai-nilai luhur yang


terkandung dalam Pancasila. Itu agar nilai norma dan etika yang terkandung di dalam
Pancasila, benar-benar menjadi bagian yang utuh dan dapat menyatu dengan kepribadian
setiap manusia Indonesia. Sehingga, dapat membentuk pola sikap, pola pikir dan pola tindak
serta memberi arah kepada manusia Indonesia. Penanaman nilai pancasila perlu diterapkan
sejak usia dini. Dalam dunia pendidikan, penanaman nilai pancasila tidak boleh dihilangkan,
sebab menanam ideologi pada anak bangsa membutuhkan waktu yang lama. Sekarang ini
banyak pelajar dan generasi muda yang moralnya rusak karena berbagai hal yang
mempengaruhi mereka diantaranya karena dampak buruk globalisasi, teman bergaul, media
elektronik yang semain canggih, narkoba, minuman keras, dan hal-hal negatif lainnya.
Keadaan yang demikian sangat memprihatinkan dan perlu perhatian khusus karena mereka
adalah generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan-perjuangan generasi tua
membangun bangsa Indonesia. Namun jika sebelum tiba waktu mereka untuk turut serta
dalam pembangunan bangsa ini, akhlak dan moral mereka sudah rusak. Tentu tidak akan
maju Negara ini jika dibangun oleh generasi yang tiak bermoral.

Di era globalisasi ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah tergeser
oleh nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang
ketimuran, pengaruh buruk ini terutama sangat bersasaran pada kalangan pelajar. Hal
berakibat adanya krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia. Selain itu hal ini
merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia untuk menjaga nilai-nilai Pancasila agar tidak
tenggelam dengan selalu mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan kriminal, banyak sekali kasus kriminal yang terjadi pada usia remaja yang
disebabkan olek krisisnya moral yang mereka miliki. Manusia tidak bisa mengendalikan sifat
dasarnya yaitu menghalalkan segala cara hingga mengesampingkan bahkan menghilangkan
etika dan moral kehidupan serta menyimpang dari norma Pancasila. Dari situlah awal mula
permasalahan itu muncul.

Saya meyakini bahwa selain faktor-faktor yang bersifat internal yang dapat
mempengaruhi pelajar, ada peran dari faktor-faktor eksternal yang ikut menggeser dan
melunturkan  nilai-nilai Pancasila yang ada pada kalangan pelajar, sebagai contoh adalah
kehadiran internet. Di dalam internet terdapat berbagai macam informasi yang kita butuhkan
apabila kita adalah seorang akademisi, akan tetapi di dalam internet pula banyak hal-hal
negatif yang apabila kita tidak menjaga diri kita dari pengaruh buruk internet, disinilah
sebagian besar para remaja mudah lengah dan tidak mampu membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, oleh karena itu terjadilah suatu degradasi sosial dan degradasi moral
dalam diri suatu individu. Sehingga pada akhirnya para remaja semakin melupakan jati
dirinya sebagai warga Indonesia yang berdasarkan Pancasila, mereka sering kali menganggap
bahwa kehidupan dalam bersosial media itu merupakan kebebasan setiap individu tanpa
memperhatikan hal-hal yang dapat mengancam nilai-nilai pancasila yang dijadikan sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1. Hilangnya manusia yang ber-“ Ketuhanan Yang Maha Esa “


Nilai-nilai kegamaan yang bersumber langsung dari Tuhan sejatinya adalah
suatu kebenaran yang harus ditaati oleh setiap orang yang beragama dan dijadikan suatu
batas dan pengingat saat melakukan suatu tindakan agar tidak melenceng dari norma
dan nilai kebenaran. Namun fakta yang sering dihadapkan kepada kita banyak yang
memperlihatkan betapa rusaknya moral masyarakat Indonesia saat ini. Kurangnya rasa
cinta pada Tuhan membuat seseorang mudah terjerumus kedalam hal-hal yang salah,
bukan hanya kalangan pelajar namun pada seluruh individu. Lunturnya nilai-nilai yang
terkandung dalam sila pertama ini diperparah dengan adanya globalisasi yang hari demi
hari semakin tidak ter-filter antara yang baik dan buruk. Misalnya saja, makin banyaknya
tontonan di televisi yang mengajarkan kita kepada suatu sifat Hedonisme yang suka
berfoya-foya dan berhura-hura, makin banyaknya tayangan televisi yang mengumbar
bagian tubuh wanita dengan bebasnya, makin banyaknya acara televisi yang
mengajarkan kita kepada suatu pola hidup yang sangat tidak sesuai dengan kepribadian
Indonesia. Baik secara langsung atau tidak langsung, efek buruk yang dihasilkan dari
contoh tersebut akan memengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia agar berperilaku
seperti apa yang ada di televisi tersebut. Efek buruk dari contoh diatas terbukti dengan
meningkatnya aksi seks bebas yang dilakukan oleh para remaja dengan rentangan umur
15-23 tahun, meningkatnya pemakai Narkoba di Indonesia yang didominasi oleh para
remaja, dan meningkatnya aksi-aksi kriminalitas yang disebabkan pelaku merasa
terprovokasi oleh apa yang ia lihat di televisi. Kemajuan teknologi sejatinya bisa
memberikan kemudahan dan peningkatan mutu kehidupan siapapun yang menggunakan
kemajuan teknologi tersebut, akan tetapi kemajuan teknologi ini pula yang bisa
membawa manusia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya lupa akan
jati dirinya yang harus berpegang teguh atas nilai-nilai sila pertama, yaitu sebagai
mahluk yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Langkahnya “ Kemanusiaan yang adil dan beradab “
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua ini saya jabarkan sebagai berikut:
1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2) Saling mencintai sesama manusia.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia.
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7) Menjaga sifat dan sikap Gotong Royong.
Nilai-nilai diatas apabila bisa dijalankan dan diimplementasikan sepenuhnya
didalam kehidupan bermasyarakat saya yakin Indonesia akan menjadi sebuah bangsa
yang memiliki tingkat kemiskinan rendah, sifat keramah-tamahan yang mendunia,
sekaligus menjadi sebuah bangsa yang unik dimata dunia karena keadilan dan
keberadabannya dalam kehidupan masyarakatnya tetap terjaga. Dari sisi hukum kita
dihadapkan kepada ketidakadilan hukum yang berlaku di Indonesia yang seperti ‘
Pisau ‘ tajam kebawah, akan tetapi tumpul keatas.
3. Retaknya “ Persatuan Indonesia “
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jajaran pulau-pulaunya yang
berjumlah lebih dari 17.560 pulau. Kita sebagai generasi penerus haruslah bisa menjaga
harta warisan dari generasi sebelumnya dengan sebaik mungkin. Namun kenyataan
yang terjadi sekarang ini sangatlah memprihatinkan. Persatuan Indonesia seakan tidak
ada lagi tertanam dalam diri generasi bangsa, hal-hal sepele yang terjadi bisa saja
diperbesarkan untuk memecahkan persatuan bangsa. Remaja cenderung memiliki
emosional yang tinggi, mereka sangat mudah terprovokasi sehingga sering sekali timbul
permasalahan yang disebabkan oleh remaja. Misalnya, penggunaan internet yang
semakin pesat ini tidak menutup kemungkinan banyaknya dampak buruk seperti
mudahnya tersebar berita Hoaks yang dapat memperkeruh permasalahan dalam waktu
yang singkat sehingga menimbulkan suatu masalah yang bahkan berdampak ada suatu
perpecahan.
4. Tidak adanya “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan “
Terlepas dari peran pelajar dalam mempertahankan nilai sila ke empat ini,
apabila kita melihat dari fakta dan kenyataan yang ada di masyarakat, mungkin
Indonesia bisa dikatakan masih belum sepenuhnya menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila keempat. Hal ini bisa dilihat dari hasil-hasil sidang, rapat, atau
berbagai pertemuan para elite politik dimana kebanyakan tidak menghasilkan sesuatu
hal yang secara konkrit memihak rakyat. Para wakil rakyat sekarang cenderung lebih
mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan dengan kepentingan rakyat,
dengan asumsi bahwa kesempatan untuk memperkaya diri sendiri selama menjabat
menjadi anggota dewan atau wakil rakyat tidak datang dua kali. Tentu hal ini bisa
dikatakan adalah suatu tindakan yang menciderai hati rakyat dan menodai nilai-nilai
Pancasila. Para pemimpin sekarang lebih menyukai untuk memaksakan kehendak
daripada bersikap sabar dalam mengambil keputusan demi kepentingan rakyat
Indonesia.
5. Mimpi Indonesia tentang “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “
Kondisi Indonesia saat ini masih jauh dari kata sejahtera, hal ini bisa dilihat
dari berbagai macam indikator, misalnya dengan melihat masih banyaknya rakyat
miskin diberbagai daerah diseluruh Indonesia. Tingkat kemiskinan di Indonesia sangat
tinggi, masih hidup dibawah garis kemiskinan Indonesia.
Beberapa faktor dan penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila
Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama . Sudah menjadi tragedi dari
dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan,
sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan hanya sebagai
simbol, larangan-larangan dan perintah-perintah Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrol yang ada didalam dirinya.
Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah
tangga, sekolah maupun masyarakat. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar
pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral
dikalangan pelajar dan generasi muda disebabkan karena tidak efektifnnya keluarga,
sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu
dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan
moral.
Ketiga, semua penyebab lunturnya nilai Pancasilan pada dasarnya
karena budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar
dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang
ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar porno, alat-
alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-benda tajam. Semua alat-alat tersebut
biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Peran Pancasila sangat
penting dalam menghadapi arus globalisasi. Perlu ditanamkannya nilai – nilai dalam
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Agar kita mampu memfilterisasi arus
globalisasi yang ada. Pancasila dapat berperan dalam era globalisasi apabila dari diri
masing–masing sudah tertanam nilai–nilai luhur Pancasila. Tentu akan percuma peran
Pancasila dalam era globalisasi ini, apabila dalam diri sendiri tidak mempunyai
kesadaran akan pentingnya nilai–nilai Pancasila dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai