Oleh
Kelompok 4
Contents of This Template
Nama Anggota kelompok :
1. Putri Khairiza Febriana Rosadi 1914320094
2. Putu Ayu Karisma 1914320095
3. Putu Ayu Pratami 1914320096
4. Rahma Setyawati Inna Putri 1914320097
5. Raodatul Jannah 1914320098
6. Ray Rex Pratama Lomenta 1914320099
7. Rian Fitrah Fadhilah 1914320100
8. Ryan Ananta Fahrezy Tarigan 1914320101
9. Sapriani Susilawati 1914320102
10. Sesilia Ines Lete Boro 1914320103
11. Sri Nurfia 1914320104
12. Tiffani Patricia Yuniangri Dangga 1914320105
13. Vindy Stazia Ginal Sambari 1914320106
14. Saniba Kabes 1810109
DEFINIS
I
Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang peka
terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun. 2% dari
kanker pada masa kanak-kanak adalah retinoblastoma. Retinoblastoma adalah
suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia
yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
ETIOLOGI
a. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa
karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak
terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat
somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan/nervus
optikus).
b. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat diwariskan dari orang tua pada beberapa anak, mutasi terjadi pada tahap awal
perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah.
TANDA DAN
GEJALA
a. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling
atau terdapat warna iris yang tidak normal.
b. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di
dalam bola mata.
c. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan
berat.
d. Tajam penglihatan sangat menurun.
e. Nyeri
f. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan
kaca sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih
kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya
Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait
b. Penatalaksanaan Operatif
• Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan mengangkat
seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
• Eksentrasi Orbita
• Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa–sisa sel tumor
PENGKAJIAN
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RS diantar oleh orang tuanya dengan
Identitas Pasien keluhan tampak terlihat bintik putih di bagian tengah mata sejak
Nama : KD lahir. Pasien sering mengeluh silau, mata merah dan kadang – kadang
Umur : 3 Tahun bengkak. Di poli mata, pasien dilakukan pengukuran TTV dengan
hasil N : 92x/menit, RR 30x/menit, SpO2 99%, suhu 36.4 derajat
Jenis Kelamin : Perempuan
celcius. Pasien juga dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesa dengan
Agama : Hindu orang tua pasien, pemeriksaan lab, dan echocardiografi. didiagnosis
Pendidikan :- dengan retinoblastoma OS. Pasien direncanakan tindakan operasi
Alamat : Jl. Anumerta No. 101 enukleasi. Pada anamnesa didapatkan selama hamil ibu pasien tidak
No. RM : 14024436 pernah mengalami infeksi atau minum obat selain vitamin dan
Diagnosa Medis : Retinoblastoma penambah darah yang diberikan saat kunjungan antenatal. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi,asma,batuk pilek selama 2 minggu
Tanggal Masuk : 2 April 2021
terakhir. Pada pemeriksaan fisik, echocardiogram, dan pemeriksaan
Tanggal Pengkajian : 3 April 2021 lab didapatkan hasil diagnosa retinoblastoma OS dan suspek
sindrom down.
Riwayat penyakit indikasi pembedahan
• Keluhan utama • Riwayat penyakit dahulu
Keluhan utama tampak mata terlihat bintik putih di bagian Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM, Hipertensi
atau kelainan kardiovaskuler.
tengah mata.
• Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi atau
kelainan kardiovaskuler
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
6B
Kesadaran : komposmetis
GCS : Verbal: 5 Motorik: 6 Mata : 4 Brain
Tanda-tanda Vital : Nadi =80-120 x/menit, Suhu = 36,4 0C, Kesadaran : CM
TD = 89-90/50-70 mmHg, GCS : V5,M6,M4
RR = 22-34x/menit,
BB: 22 Kg, BMI : 10 kg/m2 Bowel
Frekuensi peristaltic usus : Tidak
Breath Titik Mc Burney : Tidak ada
Wajah : Normal (+), gigi goyang (+),
hilangnya gigi (+) Blader
Membuka mulut < 3 cm : Ya Buang air kecil : Spontan
Jarak Thyro–Mental < 6 cm : Ya Terpasang kateter : tidak
Cuping hidung : Ya Infeksi saluran kemih : tidak ada
Mallampati skor : Sulit ditentukan
Tonsil : T0 Bone
Kelenjar tiroid : Tidak ada ROM : Baik
Leher pendek : tidak ada Ektremitas atas : otot simetris
Bentuk thorax : simetris Edema : tidak ada
Pola nafas : regular
Blood
Konjungtiva : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Bunyi jantung tambahan : BJ III (+) murmur
Pemeriksaan LEMON Data fokus: pengkajian anestesi
• L (Look Externally)
Bentuk wajah simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, bentuk Pengakajian Pra – Anestesi Riwayat AMPLE :
telinga simetris, fungsi penciuman baik, mata kanan dalam keadaan
normal, mata kiri terdapat tumor. A : Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat
• E (Evaluate 3 – 3 – 2)
Pasien bisa membuka mulutnya dengan jarak 3 jari antara gigi seri. Jarak
– obatan yang digunakan dan
thyromental direpresentasikan dengan 3 jari pasien antara ujung mentum, makanan.
tulang hioid dan 2 jari antara tulang hioid dan takik tiroid. M : Pasien tidak ada mengonsumsi obat
• M (Mallampaty Score) tertentu.
Score Mallampaty pasien berada pada score 4, hanya palatum durum P : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
yang terlihat karena mallampaty sulit ditentukan. lainnya.
• O (Obstruction)
Tidak adanya pertanda kesulitan jalan napas, adanya gigi goyang dan gigi
L : Pasien terakhir makan jam 05.00 pagi
ompong. E : Pasien tidak ada riwayat merokok dan
• N (Neck Mobility) konsumsi alkohol
Tidak adanya keterbatasan mobilisasi leher yang harus dipertimbangkan
sebagai suatu kesulitan dalam intubasi.
Pemeriksaan Radiologi :
Pemeriksaan Laboratorium Foto Thorax : Pulmo tidak tampak kelainan,
Hyperaerated paru, cor tidak membesar.
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Darah Penatalaksanaan : Kesimpulan status fisik ( ASA ) :
Eritrosit 4,67.10,6/uL 4,0-5,3 juta/uL
Enukleasi ASA 1 karena pasien tidak memiliki riwayat penyakit
Leukosit 8,71.10,3/uL 5,0-10,0.103 µL
Hemoglobin 12,60 gr/dL 12,0-16 g/dL Pertimbangan Anestesi : sistemik.
Hematokrit 37,30% 40-50%
Trombosit 298.10’3/uL 150-400.103 µL
A. Faktor penyulit
GDS 107 mg/dL 70-130 mg/dL Adanya gigi goyang
Faal Hemostasis Adanya gigi ompong
BT 1’00” 1-6 mnt
CT 09’00” 6-14 mnt Malampati sulit ditentukan
PT 14,4(14,2) 10-13 detik B. Jenis anestesi
APTT 32,7(29,9) 25-40 detik
INR 1,23 1,10
General anestesi
Indikasi :karena anak-anak cenderung tidak kooperatif dan operasi di area
TSH 4,10 U/ml 0,25-5,00 U/ml
FT4 1,22 ng/ml 0,9-1 ng/ml
mata.
C. Teknik anestesi
Pemeriksaan Fungsi
Ginjal
Inhalasi sevofluran + ETT.
Natrium 135 mmol/L 135-145 mmol/L Indikasi : adanya small PDA dan suara jantung murmur sehingga dipilih
Kalium 4,0 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L sevofluran yang tidak menyebabkan aritmia seperti halotan dan isofluran.
BUN 11,00 mg/dL 7-20 mg /dL
Penggunaan ETT karena operasi berlangsung lama
Pemeriksaan Hati
D. Obat anestesi
SGOT 33,30 U/L 3-45 U/L Ondansetron : 4mg Ketamin
SGPT 24,90 U/L 0-35 U/L Fentanyl : 100 mcg Obat maintenance : SA 0,5 mg IV
Albumin 4,9 g/dL 3,5-5,9 g/dL
Creatinin 0,6 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL Propofol 100 mg IV Ephedrine : 50 mg
Atracurium : 25 mg Adrenalin : 1 mg
Asam tranexamat : 1 gr O2 : N2O : sevoflurane
Midazolam 2 mg IV
ANALISA
DATA
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS : keluarga pasien mengatakan Ketakutan akan tindakan pembedahan Ansietas
bahwa merasakan gelisah dan takut
dengan tindakan operasi karena ini Kurangnya pengetahuan akan tindakan
pertama kali operasi pembedahan
DO:
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak cemas. Ansietas
Kurang adanya kontak mata
RK Disfungsi neuromuskuler
(peningkatan TIO)
1. Ansietas Setelah dilakukan • Observasi Tanda-Tanda • Mengobservasi Tanda- S : Keluarga Pasien mengatakn sudah
Tindakan keperawatan Vital pasien tanda Vital Pasien mengerti tentang prosedur anestesi yang
anestesi selama 1x30 menit • Kaji tingkat kecemasan • Mengkaji tingkat akan dilakukan
diharapkan masalah pasien kecemasan pasien
keluarga Pasien juga mengatakan
ansietas teratasi dengan • berikan kenyamanan • Memberikan
anaknya lebih tenang.
kriteria hasil : kepada pasien kenyamanan kepada
1. Pasien tampak tenang, • Ajarkan pasien Teknik pasien O:
tidak cemas dan gelisah relaksasi napas dalam. • ajarkan pasien Teknik • Pasien tampak
2. Tingkat ansietas • Berikan KIE kepada relaksasi napas dalam
berkurang (tidak pasien dan keluarga • Memberikan KIE sudah rilkes dan Team
ada/ringan) mengenai prosedur kepada pasien dan tidak gelisah
3. TTV dalam batas normal yang akan dilakukan keluarga mengenai
: • Kolaborasikan prosedur yang akan • TTV :
• TD = 80-90/50-70 mmHg dengan dokter dilakukan TD = 80-90/50-70 mmHg
1. • S = 36,4- anestesi dalam • Delegatif dalam
N = 80-20x/menit RR = 22-24x/menit S
37,5oC pemberian pemberian premedikasi
= 36,4-37,50C
2. • N = 80- premedikasi Diazepam 2 Mg
120x/menit Melalui IV A : Tujuan 1,2, dan 3 tercapai, Masalah
3. • RR = 22- Kesehatan ansietas teratasi.
24x/Menit
P : Pertahankan kondisi pasien.
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital pasien 1. Memonitoring tanda-tanda vital pasien S : keluarga
cedera tindakan keperawatan 2. Lakukan anamnesis terkait 2. Melakukan anamnesis terkait AMPLE, pasien
agen anestesi selama 1 x 30 AMPLE, dan pemeriksaan fisik pada dan pemeriksaan fisik pada pasien yaitu mengatakan
Anestesi menit diharapkan pasien yaitu 6B, serta pemeriksaan 6B, serta pemeriksaan LEMON anaknya sudah
resiko cedera agen LEMON 3. Menenentukan status ASA pasien siap untuk
anestesi tidak terjadi 3. Tentukan status ASA pasien 4. Melakukan pemeriksaan laboratorium dilakukan
Team
dengan kriteria hasil : 4. Lakukan pemeriksaan laboratorium dan diagnostic penunjang Tindakan
a. Pasien siap dan diagnostic penunjang 5. Melakukan persiapan fisik pasien pra anestesi
dilakukan 5. Lakukan persiapan fisik pasien pra anestesi//bedah :
tindakan anestesi//bedah : a) Mengkaji status nutrisi pasien dari
operasi. a) Kaji status nutrisi pasien dari BB BB O:
b. Pemeliharaan b) Kaji keseimbangan cairan dan b) Mengkaji keseimbangan cairan dan Pasien
teknik anestesi elektrolit elektrolit tampak
yang tepat c) Anjurkan pasien puasa selama 8 c) Menganjurkan pasien puasa selama 8 terbebas dari
sesuai kondisi jam jam aksesoris
pasien. d) Anjurkan pasien untuk d) Menganjurkan pasien untuk
TTV pasien dalam mengosongkan kandung kemih mengosongkan kandung kemih Persiapan
batas normal : /pemasangan DC /pemasangan DC pasien sudah
c. TD 80-90/50-70 e) Anjurkan pasien untuk melepas e) Menganjurkan pasien untuk melepas lengkap
mmHg, semua aksesoris yang digunakan semua aksesoris yang digunakan A : Masalah
d. N : 80- seperti cincin, anting-anting, dll seperti cincin, anting-anting, dll teratasi
120x/menit, f) Berikan Edukasi pasien terkait f) Memberikan Edukasi pasien terkait
e. S : 36,4-37,5’C, tindakan pembedahan dan anestesi tindakan pembedahan dan anestesi P : pertahankan
f. RR : 22- yang akan dilakukan yang akan dilakukan intervensi
24x/menit g) Anjurkan pasien untuk berdoa g) Menganjurkan pasien untuk berdoa
sebelum op sebelum op
6. Lakukan informed consent 6. Melakukan informed consent
1) Intra Anestesi
Nama : Ny KD No. CM : 14024436
Umur : 3 tahun Dx : Retinoblastoma
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK
No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama
(Masalah) Tujuan Intervensi &
Paraf
1. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring pre anestesi 1. Memonitoring pre anestesi S: -
Trauma kepenataan anestesi 2. Lakukan persiapan 2. Melakukan persiapan O:
Pembedah diharapkan tidak terjadi peralatan dan obat- peralatan dan obat-
an trauma pembedahan dengan obatan sesuai dengan obatan sesuai dengan Tidak ada tanda – tanda rauma
kriteria hasil: perencanaan teknik perencanaan teknik pembedahan
1. Tidak adanya tanda- tanda anestesi anestesi Pasien tampak rileks selama
trauma pembedahan 3. Lakukan pemasangan alat 3. Melakukan pemasangan alat operasi berlangsung
2. Pasien tampak rileks monitoring non invasif monitoring non invasif
selama operasi 4. Lakukan pemeliharaan 4. Melakukan pemeliharaan TTV dalam batas normal:
berlangsung jalan napas (oksigenasi) jalan napas (oksigenasi) TD 90/70 mmHg
3. TTV dalam batas normal 5. Pemberian posisi 5. Melakukan pemberian Team
- TD 80-90/50-70 6. asistensi dengan dokter posisi pasien Nadi 90x/menit
mmHg anestesi dalam pemberian 6. Melakukan asistensi dengan RR 22x/menit SpO2 100%
- Nadi 80- regional anestesi(obat- dokter anestesi dalam
120x/menit obat dengan dosis) pemberian regional Suhu 36,5˚C
- Suhu 36,4˚C 7. Lakukan pemasangan alat anestesi(obat- obat dengan Pasien telah
- RR 22-34x/menit ventilasi mekanik dosis) teranestesi,relaksasi otot
4. Pasien telah teranestesi, 8. Lakukan pengakhiran 7. Melakukan pemasangan alat cukup,tidak menunjukkan
relaksasi otot cukup, dan tindakan anestesi : ventilasi mekanik respon nyeri
tidak menunjukkan respon reverce dan ekstubasi 8. Melakukan pengakhiran A: Masalah teratasi/ rk trauma
nyeri 9. Kolaborasi dengan SpAn tindakan anestesi: reverse pembedahan tidak terjadi
5. Tidak adanya komplikasi apabila kondisi pasien dan ekstubasi
anestesi selama operasi memburuk 9. Melakukan kolaborasi P: Pertahankan intervensi
dengan SpAn apabila dengan cara pemasangan alat
berlangsung
kondisi pasien memburuk monitoring non invasive
6. Pasien tetap berada pada
stadium III (pembedahan)
2. Resiko 1. Lakukan persiapan alat- 1. Melakukan persiapan S:-
Setelah melakukan tindakan
Komplikasi alat monitoring TTV alat-alat, monitoring
Disfungsi kepenataan anestesi pasien TTV pasien
O:
Kardiovaskuler diharapkan RK disfungsi 2. Lakukan persiapa obat 2. Melakukan persiapa obat
anestesi sesuai dengan anestesi sesuai dengan EKG irama sinus normal/tidak
jantung / kardiovaskular
teknik anestesi teknik anestesi ada distritmia yang mengancam
tidak terjadi dengan kriteria nyawa
3. Lakukan monitoring intra 3. Melakukan monitoring
hasil; operasi intra operasi 1) TTV dalam batas normal
1) EKG irama sinus 4. Monitoring kardivaskular 4. Memonitoring
normal/tidak ada (tekanan darah, irama kardivaskular (tekanan TD: S : 90 mmhg/ D: 70 Team
distritmia yang dan frekuensi nadi, map) darah, irama dan mmhg
mengancam nyawa frekuensi nadi, map)
5. Monitoring lead ekg
2) TTV dalam batas 5. Melakukan monitoring RR : 22 x/ menit
normal 6. Monitoring balance lead ekg
cairan N : 90
TD: S : 80-90 mmhg/ 6. Melakukan monitoring
D: 50-70 mmhg 7. Lakukan kolaborasi balance cairan
dengan dokter dalam S: 36,4
RR : 22-34 x menit pemberian cairan 7. Melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam MAP : 80 mmhg
N : 80-120 x/mnt 8. Kolaborasi dengan
pemberian cairan
dokter dalam pemberian Palsasi nadi teraba kuat
S: 36,4-37,5°c
obat life saving 8. Melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam A : RK disfungsi KVS tidak
MAP : 60-80 mmhg
pemberian obat life terjadi
Palsasi nadi teraba kuat saving P : pertahankan intervensi
3 RK Setelah melakukan tindakan 1. Pantau tanda 1. Memantau tanda S:- Team
Disfungsi tanda vital tiap tanda vital tiap
kepenataan anestesi diharapkan O :
neuromskuler jam dan catat jam dan catat
(Peningkatan RK disfungsi neuromuskuler hasilnya hasilnya TTV dalam batas normal
TIO) tidak terjadi dengan kriteria hasil; 2. Kaji respon 2. Mengkaji respon
motoric motoric TD: S : 80-90 mmhg/ D: 50-
TTV dalam batas normal 70 mmhg
3. Pantau status 3. Memantau status
TD: S : 80-90 mmhg/ D: 50- neurologis neurologis secara
RR : 22-34 x menit
secara teratur teratur
70 mmhg
4. Kolaborasi 4. Melakukan N : 80-120 x/mnt
RR : 22-34 x menit pemberian local kolaborasi
anestesi pemberian local S: 36,4-37,5°c
N : 80-120 x/mnt lidokain dengan anestesi lidokain
dokter anestesi dengan dokter MAP : 60-80 mmhg
S: 36,4-37,5°c anestesi
Terdapat Respon motoric baik
MAP : 60-80 mmhg
Status neurologis : tidak
Terdapat Respon motoric terdapat system saraf yang
baik terganggu sesuai dengan
keadaan
Status neurologis : tidak
terdapat system saraf yang A : masalah RK disfungsi
neuromuskuler tidak terjadi
terganggu sesuai dengan
P : Pertahankan Kondisi Pasien
keadaan pasien
4. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengobservasi TTV pasien S:-
kepenataan anestesi resiko setiap saat setiap saat
O:
Resiko Komplikasi disfungsi respirasi dapat di 2. Monitor ekspansi dada 2. Memonitor ekspansi dada
Disfungsi Respirasi cegah dengan Kriteria Hasil setiap saat setiap saat 1. Frekuensi nafas: 22-34
x/mnt
(Ketidak Efektifan 1. Frekuensi nafas: 22- 3. Berikan oksigen dengan 3. Memberikan oksigen dengan
Pola Napas) 34 x/mnt simple mask simple mask 2. Nafas vesikuler +/+
2. Nafas vesikuler +/+ 4. Lakukan analisa gas darah 4. Melakukan analisa gas darah 3. Inspirasi : Ekspirasi = 1 :
arteri: pH, PaCO2, dan arteri: pH, PaCO2, dan PaO2 2
3. Inspirasi : Ekspirasi = PaO2
1:2 5. Melakukan persiapan 4. Ekspansi dada simetris
5. Lakukan persiapan peralatan dan obat-obatan Team
4. Ekspansi dada peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan 5. Penggunaan otot bantu
simetris sesuai dengan perencanaan teknik anestesi nafas (-)
5. Penggunaan otot teknik anestesi
6. Melakukan monitoring
bantu nafas (-) 6. Lakukan monitoring perianestesi
perianestesi A: Masalah tidak terjadi
7. Melakukan pemeliharaan
7. Lakukan pemeliharaan jalan napas P: Pertahan intervensi
jalan napas
8. Melakukan pemasangan alat
8. Lakukan pemasangan alat ventilasi mekanik dan alat
ventilasi mekanik dan alat nebulisasi
nebulisasi
9. Melakukan kolaborasikan
9. Kolaborasikan pemasangan pemasangan ETT
ETT
1) Pasca Anestesi
Nama : Ny KD No. CM : 14024436
Umur : 3 tahun Dx : Retinoblastoma
Jenis kelamin: Perempuan Ruang : OK
No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &
(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1. Resiko Team
Setelah dilakukan tindakan S: Pasien mengatakan tidak
PONV
1. Monitoring TTV
kepenataan anastesi selama 1 1. Monitor ttv 2. Monitoring volume merasa mual atau ingin muntah
jam diharapkan tidak terjadi cairan O: TTV dalam batas normal
2. Monitor volume
3. Memberikan posisi
masalah risiko mual muntah cairan yang nyaman kepada (TD : 110/70 mmHg, N :
dengan kriteria hasil : pasien 100x/mnt, S: 36,5ºC, RR: 16
3. Berikan posisi
4. Delegasi dengan
1. ttv dalam batas normal yang nyaman dokter spesialis x/menit), wajah tidak terlihat
( tekanan darah 120/80 anastesi terkait pucat, bibi tidak kering
kepada pasien
pemberian antiemetik
mmhg suhu 36.5-37.5) 4. Kolaborasikan (ondasetron) tidak ada tanda-tanda risiko
2. tidak adanya tanda-tanda mual muntah
dengan dokter
risiko mual muntah spesialis anastesi A: Risiko mual muntah tidak
(ondasetron)
2. PK Setelah dilakukan tindakan S: Team
Disfungsi
termogulasi kepenataan anestesi, 1. Monitoring TTV pasien 1) Monitoring TTV Keluarga pasien mengatakan
diharapkan hipotermi dapat pasien
2. Berikan selimut hangat pasien sudah tidak merasa
teratasi dengan kriteria
2) Berikan selimut kedinginan
3. Naikkan suhu ruangan
hasil:Suhu tubuh pasien dalam
hangat O:
rentang normal (36 o C-36,5° 4. Kolaborasi dengan
3) Naikkan suhu - kulit pasien tampak tidak
C) dokter dalam pemberian
ruangan pucat
cairan hangat
4) Kolaborasi dengan - akral hangat
dokter dalam
- Suhu 36,5˚C
pemberian cairan
hangat A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Monitoring TTV S: - Team
Thank You