Anda di halaman 1dari 2

WAJAH PENDIDIKAN NEGERIKU

Pendidikan merupakan suatu elemen penting dari pembagunan suatu bangsa. Bangsa yang
hebat dapat dilihat dari kualitas pendidikan di negeri tersebut. Pendidikan itulah yang akan membentuk
sumber daya manusia suatu bangsa. Sejenak kita merenung tentang pendidkan di Indonesia. Sudah
sejauh manakah pendidikan itu memberi dampak positif bagi bangsa ini atau justru pendidikan yang ada
di negeri ini tak mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan dapat bermanfaat bagi bangsa dan
negara.

Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia pada tahun 2007 tercatat ada 11,7 juta jiwa anak putus
sekolah. Pengamat Pendidikan, Muhammad Zuhdan, sebagaimana dilansir suaramerdeka.com,
09/03/2013, menyebutkan bahwa tercatat ada 1,3 juta anak usia 7-15 tahun di Indonesia terancam
putus sekolah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperkirakan ada lebih dari 11,7 juta anak
usia sekolah di Indonesia yang belum bisa baca tulis alias BUTA AKSARA. Menurut Sekjen Komnas
Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait,kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun 2013 terjadi di
tingkat SMP,yaitu 48 %. Adapun di tingkat SD tercatat 23%. Sedangkan presentase jumlah putus sekolah
di tingkat SMA adalah 29%.Badan Program Pembangunan di bawah PBB (United Nations Development
Programme/UNDP) dalam laporan Human Development Report 2016 mencatat, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia pada 2015 berada di peringkat 113, turun dari posisi 110 di 2014. Semua fakta
yang telah dipaparkan diatas menjadi bukti belum terwujudnya suatu sistem pendidikan yang memadai.
Fakta diatas menunjukkan bahwa pendidikan masih menjadi barang komersil yang diperjual belikan. Hal
itu dapat terlihat dari banyaknya angka putus sekolah akibat factor ekonomi. Selain itu dari data IPM
yang menempatkan Indonesia pada urutan 113 menunjukkan bahwa pendidikan belum mampu
membangun manusia bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Hal ini juga senada dengan data jumlah
pengangguran di Indonesia pada Agustus 2013 tercatat naik menjadi 7,39juta dibandingkan periode
yang sama di 2012 sebanyak 7,24 juta. Dari 7,39 juta jumlah penggangguran Indonesia
sebanyak360.000-nya merupakan sarjana lulusan universitas masih menganggur. Lantas dari semua data
diatas apa yang salah dengan sistem pendidikan di negeri ini ???.

Sistem pendidikan di Indonesia masih merupakan sistem kuno. Mengapa saya bisa megatakan
demikian??. Bayangkan saja kita liat suasana belajar di sekolah dari tahun ke tahun tak pernah berubah
siswa selalu duduk manis dan mendengarkan serta mengangkat tangan jika ingin berbicara. Lantas kalau
seperti itu sistem pendidikan ini disiapkan untuk masa depan atau masa lampau?. Sekarang mari kita
coba bayangkan semua siswa diperintahkan untuk harus duduk teratur belajar hampir 9 jam sehari
dengan istirahat 2 kali dan hanya mendengar dan sesekali mengacungkan tangan jika ingin berbicara.
Dengan cara seperti itu bukankah sama saja dengan kita mengajarkan siswa untuk menjadi orang yang
pasif atau bekerja sebagai pesuruh. Lantas jika demikian apakah bangsa ini akan terus menghasilkan
generasi dengan mental pesuruh?? Bukankah kita yang kita butuhkan sekarang adalah generasi yang
berjiwa revolusioner dan dapat membawa perubahan untuk bangsa ini??. Jika sistem seperti itu masih
terus dilanjutkan rasanya akan sulit bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Suatu hal yang sangat
mengherankan negeri ini sangat mengemakan revolusi mental tapi nyatanya sistem pendidikan hanya
mendewakan nilai akademis. Siswa lebih di tuntut untuk mendapat nilai akademis yang baik dengan
suatu tuntutan agar mereka bisa naik kelas. Lantas mengapa itu semua terjadi?. Itu semua bisa terjadi
karena ada suatu kesalahan resep didalam sistem pendidikan di bangsa ini. Bayangkan saja jika ada
sekelompok orang yang sakit dengan keluhan berbeda dan di berikan obat yang sama maka yang terjadi
orang itu tidak akan sembuh melainkan akan tambah parah. Begitulah yang terjadi saat ini setiap anak
datang ke sekolah dengan keluhan yang berbeda dan masalah yang berbeda serta dengan tujuan akhir
(cita-cita) yang berbeda tapi mereka semua di berikan resep yang sama yaitu dapat menyelesaikan
semua tugas dan pelajaran yang diberikan dan di tuntut untuk mendapat nilai baik di setiap pelajaran.
Itulah wajah pendidikan kita saat ini. Banyak siswa pintar tapi bingung dan banyak siswa pintar tapi
menganggur . Itu semua terjadi karena kesalahan resep saat meramu sistem pendidikan yang ada. Hal
itu terjadi karena mereka yang membuat sistem ini tidak pernah merasakan menjadi objek dari sistem
ini . Mereka hanyalah orang orang yang katanya ahli di bidangnya. Mereka hanya mengamati dan
bersama sama membahas untuk membuat sebuah sistem . Padahal mereka tidak pernah merasa
menjadi objek atau orang yang ditugaskan untuk menjalankan sistem itu . Mereka hanya orang yang
mengamati dan kemudian membuat suatu resep. Atas dasar itulah sistem pendidikan menjadi salah
resep.

Semua yang sudah dituliskan diatas sebenarnya bisa sama-sama kita ubah dengan
mengembalikaan pendidikan Indonesia sesuai dengan filosofi yang telah diajarkan oleh KI HAJAR
DEWANTARA. Ada tiga filosofi yang wajib ditanamkan dalam pendidkan di Indonesia yaitu Ing Ngarsa
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa , Tut Wuri Handayani. Ing Ngarsa Sung Tuladha mengandung
makna yang sangat mendalam bahwasanya seorang guru dan semua pendidik harus bisa menjadi
teladan dan contoh yang baik bagi muridnya. Ing Madya Mangun Karsa berartikan bahwa
siswa,guru,dan semua orang yang terlibat dalam pendidikan harus bersama-sama berada ditengah
masyarakat untuk dapat aktif menjadi pelopor dan pencetus berbagai ide-ide kreatif untuk kemajuan
bangsa ini. Tut Wuri Handayani memiliki suatu makna bahwasanya pemerintah dan berbagai lembaga
yang ada dibelakang sistem pendidikan di Indonesia harus bisa memberikan dorongan dan arahan baik
dalam hal pembagunan sarana utama dan pendukung jalannya pendidikan serta memberikan dorongan
dan arahan untuk pemerataan pendidikan di Indonesia. Jika ketiga hal tersebut dapat dipadukan dengan
baik tentunya kita semua akan yakin dan percaya bahwa pendidikan di negeri ini akan lebih baik lagi dan
mampu menghasilkan generasi yang dapat mengubah bangsa ini dan dapat mengunjangkan dunia
dengan karya-karya hebatnya.

Anda mungkin juga menyukai