Anda di halaman 1dari 5

NIM : 2104001

Nama : Anggita Apriliani Putri Gustiansyah


Kelas : 2B - Teknik Komputer

Analisis Dinamika Pendidikan di Indonesia

Jika ditinjau secara historis pendidikan Indonesia ternyata tidak sedikit masih menganut
sistem feodalisme serta kolonialisme sesudah penjajahan selama beratus-ratus tahun oleh
bangsa lain. Sehingga hal tersebut berdampak terhadap mentalitas kolonialisme. Dilihat dari
sejarah selain Indonesia, Singapura dan Korea Selatan juga beberapa negara yang mulai dari
nol dengan sistem yang masih terbelenggu feodalisme serta mental kolonial tetapi mereka dapat
terbebas dan dapat merubah mentalitas bangsa menjadi lebih cerdas. Begitu pun dengan
Indonesia, coba mulai dari ilmu empiris, ilmu sosial yang dapat kita tingkatkan juga menurut Asian
value yaitu rasionalnya fasilitas yang dimasukkan kedalam sistem pendidikan untuk dapat
mengubahnya.

Bangsa Indonesia dengan banyak potensi juga sumber daya alam yang bisa
dimanfaatkan juga berkorelasi dengan pendidikan, sayangnya di zaman reformasi bangsa
Indonesia hanya dapat merubah kuantitas bukan berevolusi yang dapat memperbaiki kualitatif.
Bangsa Indonesia sudah banyak memiliki kemajuan, tetapi terkadang resiko under- performance
mestinya dicegah daripada non-performance yang berkorelasi dengan pendidikan serta penting
terhadap kehidupan masa depan Indonesia.

Indonesia dengan segala kekayaan sumber daya alam yang dimiliki ternyata sampai saat
ini masih sedikit dimanfaatkan warga Indonesia. Banyak sekali kekayaan di Indonesia yang belum
dimanfaatkan ataupun diolah dengan baik oleh warga ataupun pemerintah. Pemerintah juga yang
kurangnya konsistensi dalam sense of urgency menyebabkan adanya kesimpangan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan
merupakan hal yang sangat penting sebagai fondasi dalam membangun sebuah bangsa yang
maju. Tentu pendidikan yang menjadi fondasi pembangunan kemajuan bangsa harus di fasilitasi
sebaik mungkin.

Persoalan yang membedakan Indonesia dengan negara tetangga seperti Singapura dan
Korea adalah tidak adanya seleksi yang lebih tinggi dan ketat bagi tenaga pendidik. Hal itu
padahal sangat penting, karena korelasi antara bagusnya kualitas tenaga pendidik dengan murid
nya sangat menentukan hasil sumber daya manusia yang dilahirkan. Peran tenaga pendidik di
Indonesia yang masih disamaratakan dengan dokter serta pengacara dan melabeli mereka
sebagai ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’ yang padahal seharusnya tenaga pendidik diberikan
insentif yang sangat besar, menunjukan bahwa Indonesia masih kurang dalam menghargai
tenaga pendidik. Di negara maju, Institusi keguruan diciptakan kompetitif. Selain itu, kesadaran
tenaga pendidik juga sangat penting. Tenaga pendidik dapat menjadikan pahlawan kemerdekaan
sebagai contoh, di mana mereka memiliki pemikiran dalam memajukan bangsa. Meskipun
dengan keadaan yang berbeda, namun hal itu sepertinya menjadi dasar dalam membangun
kesadaran para tenaga pendidik agar dapat menjadi acuan dalam membangun bangsa dengan
masa depan yang cerah.
Indonesia tahun 2045 dianggap akan menjadi era robotiks, yang mana hal tersebut akan
dipimpin oleh generasi Z. Generasi Z dituntut untuk bersaing di zaman cybernetics biology
oncology. Sedangkan kondisi bangsa Indonesia sangat mengkhawatirkan, karena hal ini tidak
bisa dilakukan hanya dengan tuntutan kemampuan dan otak, tetapi harus dimulai dari regulasi di
Indonesia dan kebutuhan yang menunjang pembelajaran atau bahkan penelitian untuk
mewujudkan bangsa yang dapat bersaing di era robotiks ini. Saat ini kebanyakan orang hanya
membayangkan masa depan tetapi tidak melakukan langkah-langkah untuk merealisasikannya.
Pada akhirnya permasalahan ini perlu politik, dan untuk memenuhi kebutuhan politik harus
memperbaiki sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam politik. Dan cara agar orang
orang pendidikan mau terjun langsung ke dalam dunia politik perlu adanya kurikulum yang
mengatur idealisasi sumber daya manusia yang masuk kedalam partai. Masa depan Indonesia
akan maju jika sumber daya manusia-nya mau bersaing, tidak takut gagal, terus termotivasi dan
terus bercakap agar dapat menaikan taraf pikir serta narasi. Jika Indonesia tidak ikut bersaing,
bagaimana bisa bangsa Indonesia mencapai nalar kesuksesan di masa yang akan datang. Pada
saat ini terjadi paradoks demokrasi ide yang mana ini menyusutkan proses belajar, dari sekian
banyak ide yang didengar relatif sedikit. Sangat disayangkan, pemilik teknologi secara tidak
langsung dapat menyebabkan seseorang kehilangan psikologinya hingga menyebabkan bipolar.
Setiap partai terdapat oligarki dibelakangnya, jadi untuk apa multi partai jika masih dengan
kompetisi palsu. Pada kenyataannya oligarki itu dibutuhkan, tetapi bukan untuk di politikkan.
Masih banyak oligarki yang berpengaruh positif, selama fungsional oligarki ini baik, maka akan
tumbuh juga kesejahteraan. Tetapi banyak pula oligarki yang berpindah haluan karena keperluan
dan tawaran tertentu. Yang membuat oligarki menunggangi kekuasaan politik. Pada saat ini
kesenjangan ekonomi semakin sulit untuk diselesaikan, ditambah dengan kondisi pandemi yang
menyebabkan yang miskin semakin miskin. Kemudian orang-orang yang mendominasi
penghargaan ilmu dan teknologi itu orang yahudi, padahal persenan orang yang beragama islam
lebih besar dibanding dengan yahudi. Dari sini sudah terlihat bahwa dala pendidikan kita masih
belum dapat mengimbangi karena faktor yang menghalangi begitu banyak. Guru dikatakan
sebagai penggerak Indonesia maju, yang menggerakan guru siapa? Tentu adalah ide tentang
Indonesia maju. Tetapi ide Indonesia maju harus jernih terlebih dahulu. Bahkan guru
menanggung kegagalan dari ekonomi yang tidak tumbuh. Jadi bagaimana mungkin orang yang
menderita mau memajukan Indonesia. Ada kekacauan dalam cara kita berpikir dan memotret
persoalan.

Ada tiga prinsip dasar dan semboyan revolusi perancis yang seharusnya diterapkan kepada
para guru ataupun siswa, yaitu:

1) Egalite (kesetaraan)

2) Fraternité (persaudaraan)

3) Liberté (kebebasan)

Guru merupakan pilar dalam pendidikan suatu bangsa, saking pentingnya peran
seorang guru, saat Jepang kalah dalam perang dunia 2 dan luluh lantak nya Hiroshima dan
Nagasaki, kaisar Hirohito bukan bertanya berapa pasukan yang tersisa, akan tetapi berapa
banyak jumlah guru yang tersisa. Setelah itu jepang benar benar bangkit dari keterpurukannya,
saat ini pendidikan di Jepang merupakan salah satu pendidikan terbaik di dunia. Pendidikan kita
diukur berdasarkan kemampuan kita untuk membaca masa depan dengan alam pikiran.
Berbagai masalah Pendidikan:

1. “Sekolah me-reward nilai atau ipk, tetapi sayangnya kehidupan tidak me-reward nilai atau
ipk.” Yang dimana artinya sekolah kurang efektif dalam kehidupan kita.

Tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan manusia agar siap menjalani hidup.
Sayangnya sekolah yang ada belum bisa mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini
terjadi karena sekolah sekarang menghargai nilai yang tinggi yang dimana nilai yang tinggi
tidak menjamin seseorang akan siap menjalani kehidupan.

2. Sekolah hanya menjelaskan “apa”, tapi bukan “kenapa”. Kita belajar belasan pelajaran
disekolah dan tau apa yang dipelajari, tapi kita tidak tahu kenapa kita mempelajari pelajaran
itu disekolah dan tidak setiap guru dapat menjelaskan alasannya. Hal ini akan
memunculkan pemikiran “untuk apa saya mempelajari pelajaran ini disekolah, tidak akan
terpakai juga dikehidupan saya nanti juga”.

3. Sekolah itu membunuh kreativitas muridnya. Hal ini terjadi karena murid-murid disuruh
melakukan hal yang sama terus menerus dan memiliki standar yang sama dengan orang
lain. Jika hal ini terus terjadi, kretivitasnya seseorang akan perlahan mati karena mereka
tidak diberi ruang dan tidak diberi kesempatan untuk menuangkan apa yang ada didalam
pemikiran mereka karena dipaksa untuk melakukan hal yang sama terus menerus.

4. Hal yang dipelajari disekolah tidak relevan dengan hal yang dibutuhkan. Banyak dari
orang yang merasa apa yang mereka pelajari disekolah hanya terpakai sebagian kecilnya
saja pada saat dunia kerja.

Upaya mengatasi permasalahan Pendidikan:

1. Tetap optimis. Kita harus percaya bahwa kitab bisa memperbaiki ini sedikit demi sedikit.

2. Pelajari hal penting yang tidak ajarkan di sekolah. Cari tempat belajar yang lain dan cari
cara belajar yang baru.

3. Jadi contoh buat teman-teman dan anak-anak. Cari skill baru yang memang penting
dalam kehidupan.

4. Prioritaskan waktu untuk hal yang penting. Banyak hal yang bisa kita pelajari di dunia
ini. Utamakan pengetahuan dan wawasan.

5. Berbagi pengetahuan dengan orang lain. Karena sebaik-baiknya ilmu, adalah ilmu yang
bermanfaat bagi orang banyak.

Banyaknya permasalahan dalam pendidikan di Indonesia membuat semua hal dapat


tersangkut-paut atas apa yang terjadi dalam hal tersebut. Dalam menyelesaikan permasalahan
rasanya diperlukan sebuah inovasi yang merupakan sebuah pemikiran baru dan juga suatu hasil
juga penyelesaian dalam permasalahan. Inovasi sangat penting terutama dalam pendidikan,
karena inovasi bersifat linear dimana sesuatu yang kompleks pastinya memerlukan inovasi yang
tinggi, sebaliknya semakin tidak kompleks maka inovasi yang diperlukan juga rendah. Disini
pendidikan memiliki tugas yang kompleks karena menghasilkan subjek yang sangat penting yaitu
sumber daya manusia muda, maka inovasi sangatlah penting untuk hal ini.
Tetapi, untuk menciptakan inovasi pendidikan ini cukup sulit, karena kenyataannya
banyak regulasi dan sekat-sekat yang membuatnya sulit terjadinya inovasi, seperti
dibutuhkannya adaptasi juga personalisasi yang harus dilakukan didalam ruang kelas antara
pengajar dan murid. Untuk mencapai inovasi pendidikan yang berhasil diperlukan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi dan terjadi maka institusi pendidikan Indonesia dapat diperbaiki. Hal-
hal tersebut dimulai dari:

1) Adanya fleksibelitas dan kebebasan atau otonomi untuk bereksperimen juga menemukan titik
jalannya .

2) Diberikannya resource yang cukup pada sisi resource dari pelatihan, ilmu, financial juga
mentoring .

3) Dan yang terakhir ialah jelasnya tujuan hidup manusia.

Anda mungkin juga menyukai