Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERSPEKTIF GLOBAL

TINGGINYA BIAYA PENDIDIKAN DI INDONESIA BAGI


MASYARAKAT YANG MAMPU MAUPUN TIDAK MAMPU

Mata kuliah : Perspektif Global


Dosen Pengampu : Fitrotul Choiriyah M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Ila Nur Aeni (200404061)
Auliyatun Nuha (200404047)
Sisilia Dwi Noralita Aprilin (200404087)
Gilang Suryani Putri Al Fitri (200404095)
Tiara Ayu Saniyah (200404099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa shalawat
serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, dan sahabat-sahabatnya.
Makalah ini membahas tentang tingginya biaya pendidikan dan tujuan pendidikan antara
yang mampu dan yang tidak mampu dari perspektif global. Pendidikan merupakan salah
satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
namun sayangnya biaya pendidikan yang semakin tinggi seringkali menjadi hambatan
bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai perbedaan
tujuan pendidikan antara kelompok masyarakat yang mampu dan yang tidak mampu
serta dampak dari tingginya biaya pendidikan terhadap terwujudnya tujuan tersebut.
Penulis juga akan membahas beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi
masalah ini dari perspektif global.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan kualitas makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan baru
bagi pembaca dalam memahami isu global mengenai tingginya biaya pendidikan dan
tujuan pendidikan antara yang mampu dan yang tidak mampu.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN............................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA SAAT INI.............................................6
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHALNYA BIAYA
PENDIDIKAN......................................................................................................................7
C. DAMPAK BURUK AKIBAT BIAYA PENDIDIKAN YANG TINGGI.................8
D. CARA MENGATASI MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN..................................9
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini sudah banyak sekolah-sekolah yang didirikan di Indonesia yang bisa
dibilang elite. Sekolah-sekolah elite banyak ditemukan di daerah seperti perkotaan
dan minim ditemukan di daerah pedesaan. Namun meski begitu, di perkotaan yang
cenderung lebih maju dari pada pedesaan, masyarakatnya juga masih banyak yang
tidak bersekolah karena tingginya biaya pendidikan. Masalah seperti ini tidak terlepas
dari peran pemerintahan yang minim akan memberikan perhatian sekaligus tindakan
pada masyarakat yang kurang mampu. Karena kemiskinan masih menjadi masalah
paling serius tidak bisanya masyarakat dengan minim ekonomi bisa mengenyam
pendidikan.
Tidak hanya di area perkotaan saja, di daerah pedesaan juga makin banyak
dijumpai masyarakat yang tidak bisa bersekolah, bahkan tidak hanya orang tua yang
tidak bisa memberikan biaya anaknya untuk bersekolah. Banyak faktor lain juga yang
menghambat anak-anak tidak bersekolah seperti fasilitas yang kurang memadai untuk
bersekolah, jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal hingga rasa malas dari diri
sendiri.

Dalam persoalan seperti ini, perhatian pemerintah sangat diperlukan agar


masyarakat bisa mendapat pendidikan yang merata tanpa kendala yang terlalu sulit
supaya mereka mampu bersekolah dengan nyaman dan baik. Agar kebodohan tidak
semakin parah dan negara kita tidak dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain.
Sehingga tingkat pendidikan kita seimbang dan kita pun telah memberi peluang bagi
calon penerus bangsa untuk pergi bersekolah. Marilah kita wujudkan Negara kita itu
menjadi Negara yang berpendidikan dan ucapkan selamat tinggal kepada kebodohan.
Karena pendidikan saat  ini Negara kita sangat terperosok dan tingkat pendidikannya
pun perbedaannya sangat jauh dari Negara-negara lain.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini?


2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab mahalnya pendidikan?
3. Apa saja dampak dari mahalnya pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia saat ini
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mahalnya biaya pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja dampak buruk yang menjadi penyebab mahalnya
biaya pendidikan

D. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
rangka menciptakan suatu konsep pendidikan murah namun berkualitas sebagai
bentuk keberpihakan kepada masyarakat yang kurang mampu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA SAAT INI

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas


pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih
menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Berdasarkan
data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-
109 (1999).
Mahalnya pendidikan masih menjadi perbincangan dan permasalahan
masyarakat setiapkali pergantian tahun ajaran, bukan hanya terjadi pada sekolah
swasta tetapi juga sekolah yang berstatus negeri. Orangtua siswa harus berfikir
kembali untuk melanjutkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi akibat
semakin tingginya biaya pendidikan. Sehingga muncul kata dalam salahsatu buku
Eko Prasetyo kalau “orang miskin dilarang sekolah”.
Padahal pendidikan adalah suatu bentuk hak asasi yang harus dipenuhi dari
lembaga atau institusi yang berkewajiban memenuhinya secara merata, sehingga
semua masyarakat dalam suatu bangsa tersebut dapat menikmatinya. Bukannya
hanya ditujukan untuk orang yang mampu membayarnya. Mengingat pentingnya
pendidikan untuk semua warga, sehingga posisinya sebagai salah satu bidang
yang mendapat perhatian serius dalam konstitusi Negara kita, dan menjadi salah
satu tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Negara
dalam hal ini pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan secara murah dan
bahkan gratis untuk masyarakatnya.
Ditinjau secara perspektif ideologis (prinsip) dan perspektif teknis (praktis),
berbagai masalah berdasarkan data-data tentang rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia dapat dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu :
1. Masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari
keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan.
2. Masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek
praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti
mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik,
rendahnya kesejahteraaan guru, dan sebagainya.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHALNYA BIAYA


PENDIDIKAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan Menurut Iskandar


(2011), lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya
pada bidang usaha lainnya menghadapi masalah yang sama, yaitu dalam hal biaya
produksi, tetapi ada beberapa ke suli tan khusus mengenai penerapan perhitungan
biaya produksi. Produksi pendidikan diartikan sebagai unit pelayanan khusus
(units of specific services). Unit output harus meliputi dimensi waktu, seperti
tahun belajar atau jam belajar agar biaya-biaya dalam mempersiapkan output
dibandingkan input. Input meliputi barang-barang yang dibeli dan orang-orang
yang disewakan untuk menyediakan jasa. Di antara masukan (input) yang penting
dalam sistem bidang pendidikan ruang , peralatan, buku, material, dan waktu para
guru dan karyawan lain. Output menjadi hasil tambahan yang diakibatkan oleh
suatu kenaikan biaya pendidikan yang diterima di sekolah, sepanjang masukan
(input) menjadi bagian dari biaya kenaikan. Suatu unsur biaya tambahan, yang ada
dalam fungsi produksi yang terdahulu, menjadi biaya kesempatan dari peserta
didik (Iskandar, 2011).

Analisis mengenai biaya produksi pendidikan pada dasarnya menggunakan


model teori “inputproses-output” di mana sekolah dipandang sebagai suatu sistem
industri jasa. Menurut Blaug (1992) dan (Idochi dan Anwar, 2004), kita
menghadapi suatu kelemahan yang merembes pada fungsi produksi pendidikan,
bahwa hubungan antara input sekolah di satu pihak, dan output sekolah di lain
pihak secara konvensional diukur melalui skors-skors achievement.”
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan pendidikan sekolah dipengaruhi oleh:
1) kenaikan harga (rising prices);
2) perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries);
3) perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di sekolah negeri;
4) meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5) meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah; dan
6) meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).
C. DAMPAK BURUK AKIBAT BIAYA PENDIDIKAN YANG TINGGI
Secara umum, dampak dari mahalnya biaya pendidikan adalah :

1. Lemahnya Sumber Daya Manusia

Salah satu sektor strategis dalam usaha pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) di Indonesia adalah sektor pendidikan. Sektor pendidikan ini memberikan
peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas dan standar SDM di
Indonesia untuk membangun Indonesia yang lebih baik kedepannya. Sebagai
salah satu entity atau elemen yang terlibat secara langsung dalam dunia
pendidikan, pelajar merupakan pihak yang paling merasakan seluruh dampak dari
perubahan yang terjadi pada sektor pendidikan di Indonesia. Tak peduli apakah
dampak tersebut baik atau buruk.

Permasalahan yang ikut membawa dampak sangat besar pada pelajar adalah
permasalahan mengenai mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. Permasalahan
ini dinilai sebagai permasalahan klasik yang terus muncul kepermukaan dan
belum selesai hingga sekarang. Padahal, tingginya biaya pendidikan saat ini tidak
sesuai dengan mutu atau kualitas serta output pendidikan itu sendiri. Kenyataan
tersebut dapat dilihat dari masih tingginya persentase pengangguran terdidik
(Sarjana) yaitu sekitar 1,1 juta orang (Data BPS - 2009). Penyebab banyaknya
pengangguran terdidik ini terlihat beragam dan menjadi semakin ironis jika dilihat
dari mahalnya seorang pelajar (terdidik) telah membayar uang kuliah atau uang
sekolah mereka.

2. Lemahnya Taraf Ekonomi Masyarakat

Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi.


Tyler mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja
seseorang, yang kemudia akanmeningkatakan pendapatannya. Peningkatan
pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang
bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones melihat pendidikan
sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan


siswa menjadi tenaga kerja potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam
pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang secara
langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara
pendidikan dengan pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang
membangun. Sementara itu Vaizey melihat pendidikan menjdi sumber utama
bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam
penyediddan tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan,
karena pranata ekonomi membutuhkan tenaga- tenaga terdidik dan terlatih.
Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada ekuivalensi yang kuat antara
pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya
pengangguran terdidik dant erlatih. Oleh karena itu, pendidikan perlu
mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi
kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan
sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan
ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari
pemerintah.

3. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Kesehatan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya


kesehatan. Pada jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam
menghasilkan output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan
pengetahuan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kesehatan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Untuk mereflesikan dan
mengimplementasikan manajeman kesehatan yang berkualitas, saat ini telah
banyak pendidikan-pendidikan tinggi baik universitas maupun institusi yang telah
membuka program kesehatan seperti jurusan kedokteran, manajemen kesehatan,
keperawatan, dan sebagainya. Dengan adanya program seperti ini diharapkan
terlahir generasi-generasi baru yang paham dan memiliki kemampuan serta
kredibiolitas dalam menguapayakan penyelenggaraan kesehatan bagi masyarakat
Indonesia.

Selain itu, pendidikan tinggi diantaranya universitas merupakan pendidikan


tertinggi yang bertugas memberikan pengabdian kepada masyarakat dalam
berbagai bentuk yang bermanfaat. Dalam hal ini, jurusan dari berbagai pendidikan
kesehatan dalam melakukan program pengabdian masyarakat seperti pengobatan
gratis dan sebagainya yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan
dalam membantu masyarakat yang membutuhkan mendapatkan pemeriksaan
kesehatan.

D. CARA MENGATASI MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN

Besar dan kecilnya subsidi pemerintah itulah yang membuat mahal atau murahnya
biaya pendidikan yang harus dibayarkan oleh orang tua atau masyarakat. Kalau
kita ingin biaya pendidikan tidak mahal maka subsidi pemerintah harus
besar.Kecuali Jepang, Australia memiliki pengalaman bagus untuk membuat biaya
pendidikan tidak mahal bagi masyarakat. Dengan mengembangkan konsep CBE,
Community-Based Education, maka pemerintah melibatkan tokoh masyarakat,
kaum bisnis, pengusaha, dan kaum berduit lainnya dalam urusan pendidikan.
Mereka diminta membantu pemikiran, gagasan, dan dana untuk mengembangkan
pendidikan baik melalui komite sekolah (school committee), dewan pendidikan
(board of education), atau secara langsung berhubungan dengan pihak sekolah.
Banyak hasil yang dipetik dari program ini.

Usaha untuk menjadikan pendidikan tidak mahal untuk 'dikonsumsi' orang tua dan
masyarakat sebenarnya sudah dilaksanakan pemerintah Indonesia, baik dengan
meningkatkan subsidi maupun membangkitkan partisipasi masyarakat. Dalam
Pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN
dan APBD. Ketentuan semacam ini juga ada dalam Pasal 31 ayat (4) UUD 1945.
Sayangnya, pemerintah sendiri tidak konsisten dalam menjalankan ketentuan ini.
Seandainya saja ketentuan UU dan UUD tersebut direalisasi maka sebagian
permasalahan tentang mahalnya biaya pendidikan di negara kita tentu akan
teratasi.

Usaha kedua yang sudah dicoba oleh pemerintah ialah membangkitkan peran serta
masyarakat melalui dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan komite
sekolah/madrasah di tingkat sekolah.

Dalam Pasal 56 ayat (2) dan (3) dijamin eksistensi dan perlunya dewan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah untuk membantu sekolah, termasuk mengatasi
mahalnya pendidikan bagi rakyat banyak. Sekarang hampir di seluruh
kabupaten/kota dan provinsi sudah dibentuk lembaga yang disebut dewan
pendidikan; di samping komite sekolah/madrasah yang dibentuk pada banyak
sekolah. Sayangnya, banyak dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah yang
tidak dapat menjalankan fungsinya secara benar. Celakanya, banyak dewan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah hanya menjadi aksesori saja. Lagi-lagi
kita tidak konsisten menjalankan konsep.

Sebenarnya kita sudah memiliki konsep yang bagus untuk mengatasi mahalnya
biaya pendidikan. Namun, karena kita tidak bisa menghilangkan penyakit 'tidak
konsisten', akhirnya biaya pendidikan kita pun tetap mahal bagi masyarakat
kebanyakan.

Sekarang hampir di seluruh kabupaten/kota dan provinsi sudah dibentuk lembaga


yang disebut dewan pendidikan; di samping komite sekolah/madrasah yang
dibentuk pada banyak sekolah. Sayangnya, banyak dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah yang tidak dapat menjalankan fungsinya secara benar.
Celakanya, banyak dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah hanya menjadi
aksesori saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Mahalnya pendidikan di Indonesia akan berpengaruh secara langsung terhadap:


a. Lemahnya sumber daya manusia
b. Lemahnya taraf ekonomi masyarakat.
c. Ketidaksadaran masyarakat akan kesehatan.
2. Untuk menangani masalah mahalnya biaya pendidikan, dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
a. Memperbesar dana APBN untuk pendidikan, yaitu sesuai dengan undang-
undang sebesar 20% dari total APBN.
b. Melibatkan unsur masyarakat, terutama mereka yang mampu secara ekonomi.
3. Pada dasarnya kedua solusi di atas telah dilakukan, namun kurangnya komitmen
masyarakat dan pemerintah maka mengakibatkan kedua solusi di atas tidak
berjalan sesuai dengan harapan.

B. Saran
Mahalnya pendidikan bukan berarti menghalangi untuk terus melanjutkan
sekolah. Jika seorang anak berprestasi dan memiliki kemauan yang kuat, maka akan
selalu ada jalan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai