Disusun oleh :
1. Agustian
2. Endri
3. Husen
4. Naila
5. Nursih
6. Siti Khodijah
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
Dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia makalah ini
berisi tentang kedatangan bangsa barat ke indonesia
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kita semua terutama bagi saya. Saya Menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman Dan
pengetahuan penulis yang terbatas.oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang
Akhir kata kami sampaikan terima kasih. Apabila ada kekeliruan kata atau kalimat kami mohon
maaf sebesar-besarnya
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap warga negara berhak memiliki pendidikan setinggi mungkin, namun
kadang kala pendidikan di negara kita masih kalah jauh dengan negara-negara
tetangga seperti se ASEAN. Menurut UNESCO pada tahun 2000, indeks
pengembangan manusia di Indonesia menurun dari tahun ke tahunnya. Dari 174
negara di dunia, Indonesia terdapat pada urutan ke 109 di tahun 1999.
Kualitas pendidikan yang rendah menurut data Balitbang 2003 bahwa di seluruh
nusantara dan hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia, begitu juga SMP
hanya memiliki 8 sekolah yang diakui dunia, sedangkan untuk SMA terdapat 7
sekolah yang mendapatkan pengakuan.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Penulisan karya tulis ini bisa dijadikan sumbangsih untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia
2. Bagi Guru
Agar bisa menjadi acuan bagi guru agar lebih semangat dalam belajar mengajar di sekolah
3. Bagi Mahasiswa
PEMBAHASAN
Melaksanakan pendidikan merupakan tujuan suatu pendidikan, maka dari itu Indonesia harus
meningkatkan pendidikan untuk kepentingan bangsa. Melalui pendidikan bebagai aspek
kehidupan seperti agama bisa dikembangkan dengan melalui pelajaran-pelajaran di sekolah.
Selain itu juga pendidikan juga menjadi tempat pengembangan pikiran seperti belajar
menganalisis, memecahkan masalah, menyimpulkan dan lain sebagainya.
Seperti yang telah penulis sebutkan di latar belakang, bahwa pendidikan di Indonesia sangatlah
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Kini kualitas pendidikan di Indonesia
semakin memburuk. Hal tersebut bisa dilihat dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-
muridnya.
Guru-guru sekarang banyak sekali guru-guru yang hanya sebatas mengajar, kecuali bagi guru-
guru lama yang yang sudah berdedikasi di dunia pendidikan. Gaji guru menjadi permasalahan
saat ini, banyak sekali guru yang resign mengajar dan lebih menjadi buruh pabrik hal ini karena
gaji guru yang begitu rendah. Selain staf pengajar, masalah sarana belajar perlu diperhatikan
agar proses belajar mengajar lebih berkuallitas.
Dibawah ini ada beberapa penyebab rendahya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya:
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya efektifnya
pendidikan di Indonesia. Misalnya tidak adanya sasaran ketika mengajar sehingga
mengakibatkan peserta didik tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai proses
pendidikannya.
Masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan atau sekolah yang lebih tinggi modal utama
untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang diambil tidak sesuai bakat dan minat murid,
dan masih banyak staf pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Hal tersebut
menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan.
2. Efisiensi Pendidikan Di Indonesia
Masalah efisiensi pendidikan di Indonesia yang sering terjadi yaitu mahalnya biaya pendidikan,
waktu yang digunakan dalam proses pengajaran, dan kualitas staf pengajar. Di Indonesia
mahalnya biaya pendidikan masih sempat dikeluhkan oleh sebagian masyarakat, walaupun
harga pendidikan di Indonesia relative rendah dibandingkan negara-negara lain.
Kualitas pendidikan di Undonesia diukur oleh standard dan kompetensi, salah satunya Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). kadang kala standardisasi dan kompetensi ini
memiliki bahaya yang tersembunyi yaitu seperti hanya memikirkan bagaimana caranya agar
mencapai standar pendidikan saja, sehingga lupa akan pendidikan efektif dan dapat digunakan.
Sayang sekali hal ini menjadi pendidikan seperti kehilangan makna dikarenakan terlalu
menuntun standar kompetensi.
Berdasarkan data Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 272,23 juta
jiwa pada Juni 2021. Berdasarkan jenjang pendidikannya, sebanyak 59,19 ribu
jiwa atau hanya 0,02% penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga jenjang
S3.
Kemudian, sebanyak 822,47 ribu jiwa atau 0,03% penduduk yang
berpendidikan hingga S2. Lalu, penduduk yang berpendidikan hingga S1
sebanyak 11,58 juta (4,25%).
Selanjutnya, penduduk yang menempuh pendidikan jenjang D3 sebanyak 3,46 juta jiwa (1,27%),
serta berpendidikan D1 dan D2 mencapai 1,15 juta jiwa (0,42%). Total, sebanyak 17,08 juta jiwa
(16,7%) penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga ke perguruan tinggi. Sementara itu,
total penduduk yang berpendidikan hingga sekolah lanjutan pertama dan atas sebanyak 95,82
juta jiwa (35,2%). Secara rinci, penduduk yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA) mencapai 56,15 juta jiwa (20,63%) dan yang berpendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) sebanya 39,67 juta jiwa (14,57%). Sedangkan yan tamat Sekolah Dasar
(SD) sebanyak 64,84 juta jiwa (23,82%). Sebanyak 31 juta jiwa (11,39%) penduduk yang belum
tamat SD, serta 63,49 juta jiwa (23,32%) yang tdak/belum sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA