Anda di halaman 1dari 7

SUB TEMA : PENDIDIKAN

JUDUL ESSAY :

“ MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS 2024 DENGAN


PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER ”

DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI KOMPETISI

NATIONAL ESSAY COMPETITION

PUBLIC HEALTH PROJECT 2020

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DIUSULKAN OLEH:

1. NURIL ISKANDAR (8081 / 9988053295)


2. JOFAN HERBIYANTO (7891 / 9991271027)

SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO


SITUBONDO JAWA TIMUR
2020
NATIONAL ESSAY COMPETITION
PUBLIC HEALTH PROJECT 2020
SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO

 Pendahuluan
Saat ini, kita sering mendengar berita tentang kekerasan, pembunuhan,
pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kriminal lainnya.
Korupsi pun telah merajalela di Indonesia. Pada tanggal 30 Januari 2016,
Transparency International merilis indeks korupsi negara-negara dunia tahun 2015
dan Indonesia menempati peringkat 86 dari 168 negara (www.rmol.com). Akhir-
akhir ini kita juga diresahkan dengan kasus LGBT (Lesbian Gay Biseksual
Transgender) yang mulai masuk ke Indonesia dan menyuarakan persamaan HAM
kepada pemerintah di negara kita. Padahal hal tersebut tidak sesuai dengan norma
adat, agama dan sosial bangsa kita serta merupakan suatu perilaku penyimpangan
seksual. Masalah-masalah tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh
terkikisnya karakter bangsa dimana warga negara kita kurang menjunjung tinggi
dan mulai melupakan nilai dan norma yang ada. Jika kita membiarkan karakter
bangsa semakin melemah dan semakin terbawa arus globalisasi yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa maka bukannya tidak mungkin negara kita
akan semakin terpuruk dan hancur.
Generasi muda khususnya siswa dan mahasiswa merupakan aset yang
akan menentukan bagaimana kondisi negara ini nantinya, apakah akan tetap
berada dalam keterpurukan moral dan karakter dimana penyimpangan terjadi
dimana-mana ataukah menjadi negara yang penduduknya aman, tentram dan
sejahtera. Jika kita tengok kembali sejarah perjalanan bangsa Indonesia dulu,
gerakan mahasiswa memiliki andil besar dalam peristiwa sumpah pemuda 1928,
gerakan-gerakan menuju kemerdekaan 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966
dan Reformasi tahun 1998. Kini di tengah zaman dimana terkikisnya karakter
telah melanda bangsa kita, siswa dan mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang
berat untuk memantapkan karakter dan jati dirinya sebagai agen perubahan,
sebagai generasi penerus yang akan menyampaikan nilai-nilai dan menyebarkan
kebaikan pada masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai
generasi yang akan menggantikan generasi terdahulu yang karakter dan
perilakunya sudah rusak, serta sebagai generasi yang akan memperbaharui
kerusakan dan penyimpangan negatif yang telah mengancam sendi-sendi
kehidupan di negara kita.
 Pembahasan
Berbicara tentang karakter, kita perlu memahami istilah karakter
terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Donie Koesumo A. memahami
karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik atau gaya serta sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima oleh lingkungan (Muslich: 2011).
NATIONAL ESSAY COMPETITION
PUBLIC HEALTH PROJECT 2020
SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO

Dengan demikian, karakter merupakan watak atau kepribadian


seseorang dan dapat dibentuk dari lingkungan. Karakter yang diharapkan oleh
negara pada setiap warganya ialah karakter yang baik. Seorang tokoh pendidikan
karakter, Thomas Lickona (2004) mengemukakan ciri orang yang memiliki
karakter yang baik antara lain mereka mengetahui hal yang baik (knowing the
good), menginginkan hal yang baik (desiring the good), dan melakukan hal yang
baik (doing the good). Karakter bangsa yang diharapkan oleh negara Indonesia
mengacu pada nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, peraturan pemerintah dan prinsip
Bhinneka Tunggal Ika. Lalu pendidikan Karakter seperti apa yang diharapkan
oleh negara kita? Mengacu pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional, watak atau karakter yang
diharapkan ialah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, demi terwujudnya Indonesia
emas 2024 mendatang dibutuhkan sebuah langkah progresif dalam membangun
keemasan bangsa Indonesia salah satunya adalah menjadikan pendidikan
Indonesia berbasis karakter.
Pendidikan begitu sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang. Negara maju tentunya tidak terlepas
dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka
semakin tinggi pula kualitas SDM yang akan didapat. Tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan SDM di Indonesia dengan
semaksimal mungkin. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara
agar dapat berperan aktif dalam seluruh bagian di kehidupan, cerdas, aktif, kreatif,
terampil, jujur, berdisiplin, bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan
mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan. Ada Empat point
pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh
lembaga pendidikan formal, yaitu:
1.learning to Know (belajar untuk mengetahui)
2.learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu)
3.learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
4.learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam mewujudkan pendidikan karakter tak lepas halnya dengan
adanya sebuah media penunjang seperti halnya buku. Buku, demikian besar
pengaruhnya dalam menentukan arah dan kebesaran sebuah peradaban. Tidak
heran bila banyak negara begitu peduli terhadap minat baca bangsanya. Berbagai
langkah dan upaya dilakukan agar minat baca warganya meningkat. Berbagai
stimulus diberikan untuk mendorong agar warganya memiliki kebiasaan atau
budaya membaca. Kita bisa mencontoh Jepang dalam membangun budaya baca
warganya. Di Jepang ada program atau gerakan yang bernama 20 minutes reading
of mother and child. Gerakan atau program ini mengharuskan seorang ibu untuk
mengajak anaknya membaca buku 20 menit sebelum tidur. Ini merupakan salah
NATIONAL ESSAY COMPETITION
PUBLIC HEALTH PROJECT 2020
SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO
satu contoh dari upaya Jepang dalam
meningkatkan budaya baca warganya.
Di Indonesia banyak para tokoh kemerdekaan bangsa yang memiliki
pemikiran yang visioner dalam membangun bangsa ini. Memiliki langkah-
langkah yang strategis dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Kemampuan mengorganisir perjuangan kemerdekaan itu diperoleh dari bahan
mereka yang beraneka ragam. Gagasan brilian dalam melawan segala tipu
muslihat penjajah merupakan rangkuman dari intisari buku-buku yang mereka
baca. selama 70 tahun sampai saat ini, kita telah menelantarkan kewajiban
membaca sebagai media dalam membina karakter di sekolah-sekolah. Kita tidak
lagi mewajibkan siswa-siswa untuk membaca lagi. Membaca turun derajatnya
dengan menjadi sekedar anjuran, himbauan, dan ajakan.
Hal tersebut sangat beralasan, didukung oleh sebuah fakta atau temuan
dari berbagai lembaga yang melakukan studi tentang hal tersebut. Programme for
International Student Assessment (PISA) tahun 2009 melakukan studi tentang
minat baca terhadap 65 negara. Dari studi PISA tersebut, Indonesia menempati
urutan ke-57 dari 65 negara yang di survei tentang minat baca. Indonesia masih
kalah dengan Thailand, yang menempati posisi ke-50. Begitupun bila
dibandingkan dengan Jepang, jarak Indonesia semakin lebih jauh. Jepang
menempati posisi ke-8 dalam hasil survei tersebut. Studi yang sama juga
dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) terhadap minat
baca beberapa negara di dunia. Tidak jauh berbeda dengan temuan PISA
sebelumnya, dari temuan UNDP tersebut, Indonesia menempati posisi ke-96.
Urutan tersebut memaksa dahi kita berkerut. Memaksa kita mengelus dada. Minat
baca kita berada pada posisi titik nadir.
Disinilah seharusnya para siswa bisa mengambil peran penting. “Beri
aku 10 pemuda maka akan kugoncangkan dunia,” itulah sepenggal pidato
Soekarno, founding father bangsa ini, yang mengisyaratkan begitu penting peran
para pemuda dalam mengubah kehidupan bangsa ini. Siswa adalah orang yang
belajar di Sekolah. Tetapi pada dasarnya makna siswa tidak sesempit itu.
Terdaftar sebagai siswa di sebuah lembaga pendidikan hanyalah syarat
administratif menjadi seorang siswa, tetapi menjadi seorang siswa mengandung
pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang gelar siswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan.
Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh siswa begitu
besar.
Siswa sebagai generasi muda yang memiliki peranan penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya pembinaan karakter. Siswa adalah
insan akademis yang juga sebagai makhluk sosial. Dengan tingkat intelektual
yang dimiliki seorang siswa, diharapkan dapat memberikan perubahan yang
berarti terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Siswa yang sebenar-benarnya
adalah siswa yang tidak sekedar memikirkan kepentingan akademis semata.
Namun jauh tersirat dalam benaknya tentang arti dan kualitas hidupnya sebagai
pribadi yang mampu mengabdi terhadap masyarakat. Pribadi yang diharapkan
dalam hal ini adalah pribadi yang mampu melihat permasalahan disekitarnya serta
menjadi bagian penentu arah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Suatu keadaan yang sangat menyedihkan terhadap rendahnya minat baca di
NATIONAL ESSAY COMPETITION
PUBLIC HEALTH PROJECT 2020
SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO
Indonesia sebagai upaya dalam membina karakter
hendaknya menjadi perhatian para siswa.
Fungsi agent of social change yang melekat pada jati diri seorang siswa,
hendaklah bukan sebatas slogan-slogan demontrasi saja. Namun suatu pemikiran
yang rekonstruktif dan solutif terhadap permasalahan minat baca. Sebagai
seorang siswa ada beberapa peran penting seperti yang dikemukakan oleh Isjoni
dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini meningkatkan karakte
yakni: (1) berperan sebagai petugas knowledge transfer dari dunia sekolah
menuju luar sekolah dalam upaya mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang
terutama kalangan menengah ke bawah; (2) sebagai pelopor dalam pembentukan
community development untuk memacu dinamisasi kehidupan masyarakat kelas
menengah ke bawah.
Pendidikan merupakan hal paling esensi dalam upaya memanusiakan
manusia. Dalam proses pendidikan terdapat banyak komponen-komponen yang
penting dan saling melengkapi satu sama lain. Salah satu komponen yang paling
penting dalam pendidikan adalah pendidik. Pendidik bertanggung jawab untuk
membantu pengembangan potensi anak didik mulai dari sisi spiritual, intelektual,
karakter, akhlak, maupun keterampilan hidup lainnya.
Mengutip helmawati (2014) pendidik dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok. Pertama, pendidik dalam keluarga. Pendidik dalam keluarga tentu
terdiri dari ayah dan ibu. Ayah dan ibu merupakan pendidikan pertama dan utama
yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Kedua,
pendidik disekolah atau lembaga pendidikan disebut ibu dan bapak guru. Ketiga,
pendidik dimasyarakat. Pendidik yang seharusnya berperan dimasyarakat
misalnya adalah tokoh masyarakat, ulama, dan aparat pemerintah.
Pendidik terutama orang tua dan guru merupakan model, teladan atau
panutan yang akan dilihat dan dicontoh anak. Sejak usia dini anak akan
mendengarkan, melihat dan meniru apa-apa yang dilakukan orang tua. Sifat yang
dimiliki orang tua, perkataan yang diucapkan, dan perbuatan atau perilaku yang
ditampakkan akan direkam dan dijadikan sebagai patokan anak dalam
pembentukan sifat, penggunaan perkataan atau bahasa, dan realisasi perbuatannya.
Ayah dan ibu yang ideal (yang mengetahui dan menjalankan fungsi serta tugasnya
dengan baik) pastinya akan menjadi model dan idola bagi anak-anaknnya.
Memahami akan pentingnnya posisi dan peran pendidik dalam membina
karakter anak sejak usia dini sangat direkomendasikan untuk para pendidik
terutama orang tua. Posisi orang tua sebagai “trend center” (pusat perhatian) atau
model (teladan) menjadi sangat urgen keberadaanya. Jika tepat model yang
diperlihatkan dan diiterapkan dalam pembentukan karakter anak, maka akan
tumbuhlah generasi yang diharapkan sebagai harapan bangsa yang mampu
menjadikan bangsa Indonesia menuju keemasan 2024 mendatang, yakni generasi
yang beriman, bertakwa, cerdas, berakhlak dan bertanggung jawab.
Pernyataan diatas diperkuat oleh pernyataan William J. Goode (1995)
yang mengemukakan bahwa keberhasilan pendidikan dan prestasi yang diperoleh
anak sesungguhnya memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan
anak-anak pendidikan awal. Setiap saat ada masa pertumbuhan dan perkembangan
yang krusial pada anak. Masa ini kadang disebut masa kritis atau masa peka
NATIONAL ESSAY COMPETITION
PUBLIC HEALTH PROJECT 2020
SMK IBRAHIMY 1 SUKOREJO
(jendela kesempatan). Jika orang tua sebagai
pendidik tidak mendampingi anaknya pada masa kritisnya tiba, maka
perkembangan anak tentu tidak akan optimal.
Suyadi (2014) menyatakan bahwa jendela kesempatan adalah periode-
periode sensitif, di mana otak anak mulai merespon berbagai input tertentu dari
lingkungan untuk menciptakan atau mengonsolidasikan jaringan-jaringan neural
(syaraf). Beberapa jendela kesempatan (masa peka) yang berkaitan dengan
perkembangan fisik bersifat kritis. Atas dasar ini, para ahli ilmu kesehatan anak
(pediatrik) menyebutnya dengan istilah periode kritis.
 Penutup
Pendidikan karakter harus dilakukan secara menyeluruh.
Pembentukan karakter harus dimulai sedini mungkin, orang tua harus mampu
mendidik dan membina anak-anaknya, agar kelak menjadi generasi penerus yang
dapat membanggakan bangsa dan negara. Pendidikan karakter juga harus tetap
diterapkan dalam lingkungan sekolah. Para guru dan para pendidik harus mampu
mengajarkan dan membina cikal bakal pemimpin Indonesia di masa mendatang.*

 DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Pustaka Agung Harapan. 2010. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Pustaka
Agung Harapan.
Dr. Helmawati, SE., M.Pd.I. 2017. Pendidik sebagai Model. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-
indonesia-mengalami-peningkatan
https://www.viva.co.id/arsip/845115-dari-1-000-hanya-1-anak-indonesia-yang-
punya-minat-baca
http://dayatmbojo.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-pendidikan-karakter.

Anda mungkin juga menyukai