Anda di halaman 1dari 6

Abstract

Ekonomi global saat ini sedang berada pada titik puncak perubahan besar yang sebanding besarnya dengan
munculnya revolusi industri pertama atau perkembangan perakitan produksi, atau bahkan penemuan mikrocip.
Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Sementara itu, kepemilikan
perangkat pintar di berbagai bagian dunia mengarah pada tingkat keterkaitan satu sama yang lain yang tak
terbayangkan sebelumnya. Di antara berbagai tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini, mungkin yang
paling besar adalah bagaimana membentuk Revolusi Industri keempat (disebut juga sebagai Industri 4.0) yang
dimulai pada permulaan abad ini. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan
biologi dengan cara yang fundamental akan mengubah umat manusia. Ada banyak pendapat bahwa sektor
kesehatan dan bioteknologi sangat diuntungkan oleh transformasi ini. Sejauh mana transformasi ini akan
berdampak positif bergantung pada bagaimana kita menavigasi risiko dan peluang yang muncul di sepanjang
jalan.

Beranda General Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip, dan Tantangan Generasi Milenial

Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip, dan


Tantangan Generasi Milenial
Oleh

Guest Post
Pengertian Revolusi Industri 4.0

Daftar Isi

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0? Secara singkat, pengertian
industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber.

Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan
pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik, internet of things (IoT),
komputasi awan, dan komputasi kognitif.

Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia
kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Singkatnya, revolusi 4.0 menanamkan
teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.

Prinsip Rancangan Industri 4.0


Dikutip dari Wikipedia, revolusi industri 4.0 memiliki empat prinsip yang
memungkinkan setiap perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan
berbagai skenario industri 4.0, diantaranya adalah:

1. Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia


untuk terhubung dan saling berkomunikasi satu sama lain melalui
media internet untuk segalanya (IoT) atau internet untuk khalayak (IoT).
2. Transparansi Informasi; kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan
dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data
sensor.
3. Bantuan Teknis; pertama kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia
mengumpulkan data dan membuat visualisasi agar dapat membuat keputusan yang
bijak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia melakukan
berbagai tugas yang berat, tidak menyenangkan, atau tidak aman bagi manusia.
4. Keputusan Mandiri; kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan dan
melakukan tugas semandiri mungkin.
Sudah Siapkah Menghadapi Revolusi Industri
4.0?

Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya,
industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula risiko yang mungkin muncul,
misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena digantikan oleh mesin atau robot.

Dunia saat ini memang tengah mencermati revolusi industri 4.0 ini secara saksama.
Berjuta peluang ada di situ, tapi di sisi lain terdapat berjuta tantangan yang harus
dihadapi.

Apa sesungguhnya revolusi industri 4.0? Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi dan ekonom
Jerman, yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum, yang pertama
kali memperkenalkannya. Dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2017), ia
menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara
fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain.

Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial. Perubahan yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan di banding era revolusi industri sebelumnya. Pada
revolusi Industri 1.0, tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air menjadi
penanda.
Tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Mesin uap pada abad ke-
18 adalah salah satu pencapaian tertinggi. Revolusi 1.0 ini bisa meningkatkan
perekonomian yang luar biasa. Sepanjang dua abad setelah revolusi industri pendapatan
perkapita negara-negara di dunia meningkat enam kali lipat.

Revolusi Industri 2.0 perubahannya ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan
motor penggerak. Manufaktur dan produksi massal terjadi. Pesawat telepon, mobil, dan
pesawat terbang menjadi contoh pencapaian tertinggi.

Perubahan cukup cepat terjadi pada revolusi Industri 3.0. Ditandai dengan tumbuhnya
industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta otomatisasi. Teknologi digital
dan internet mulai dikenal pada akhir era ini. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan
berkembangnya Internet of/for Things, kehadirannya begitu cepat.

Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru,
serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan
sistem ride-sharing seperti Go-jek, Uber, dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak
terpikirkan sebelumnya.

Pendapat Ahli Tentang Revolusi Industri 4.0


Ada beberapa pendapat para ahli tentang revolusi industri 4.0, yang pertama
menurut Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, yang
dirilis McKinsey Global Institute (Desember 2017), pada 2030 sebanyak 400 juta sampai
800 juta orang harus mencari pekerjaan baru, karena digantikan mesin.

Pendapat yang kedua, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang


P.S. Brodjonegoro, mempunyai pendapat yang sama dengan McKinsey & Co. Menurutnya,
memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan 50 juta peluang kerja.

Pendapat yang ketiga, menurut menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sebaliknya.


Revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi Indonesia untuk berinovasi.
Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai menguntungkan bagi
Indonesia. Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia
memiliki keduanya. Ia tidak sependapat bahwa revolusi industri 4.0 akan mengurangi
tenaga kerja, sebaliknya malah meningkatkan efisiensi.
Program Making Indonesia 4.0
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan meluncurkan program Making Indonesia
4.0 yang merupakan peta jalan (roadmap) terintegrasi dan kampanye untuk
mengimplementasikan strategi menghadapi era revolusi industri ke-4 (Industry
4.0). Roadmap tersebut akan diluncurkan pada 4 April 2018.

Sebagai langkah awal dalam menjalankan Making Indonesia 4.0, terdapat lima industri
yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu:

1. Makanan dan minuman


2. Tekstil
3. Otomotif
4. Elektronik
5. Kimia
Lima industri ini merupakan tulang punggung, dan diharapkan membawa pengaruh yang
besar dalam hal daya saing dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10
besar ekonomi dunia di 2030. Kelima sektor inilah yang akan menjadi contoh bagi
penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi baru berbasis
teknologi.

Industri 4.0 di Indonesia akan menarik investasi luar negeri maupun domestik di
Indonesia, karena industri di Indonesia lebih produktif dan sanggup bersaing dengan
negara-negara lain, serta berusaha semakin baik yang disertai dengan peningkatan
kemampuan tenaga kerja Indonesia dalam mengadopsi teknologi. Revolusi mental juga
harus dijalankan, mulai dari mengubah mindset negatif dan ketakutan terhadap industri
4.0 yang akan mengurangi lapangan pekerjaan atau paradigma bahwa teknologi itu sulit.

Kita harus berusaha untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan belajar,


ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan era industri 4.0, sehingga kita akan
mempunyai daya saing yang lebih kuat. Kita tentu berharap industri 4.0 tetap dalam
kendali. Harus tercipta kesadaran bersama baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun
masyarakat, bahwa perubahan besar dalam industri 4.0 adalah keniscayaan yang tidak
bisa dihindari.

Dengan segala potensi yang ada kita harus menjadi pelaku aktif yang mendapat manfaat
atas perubahan besar itu. Tantangan ke depan adalah meningkatkan skill tenaga kerja di
Indonesia, mengingat 70% angkatan kerja adalah lulusan SMP. Pendidikan sekolah
vokasi menjadi suatu keharusan agar tenaga kerja bisa langsung terserap ke industri.

Selain itu Pemerintah perlu meningkatkan porsi belanja riset baik melalui skema APBN
atau memberikan insentif bagi Perguruan Tinggi dan perusahaan swasta. Saat ini porsi
belanja riset Indonesia hanya 0,3% dari PDB di tahun 2016, sementara Malaysia 1,1%
dan China sudah 2%. Belanja riset termasuk pendirian techno park di berbagai daerah
sebagai pusat sekaligus pembelajaran bagi calon-calon wirausahawan di era revolusi
industri 4.0.

Harapannya tingkat inovasi Indonesia yang saat ini berada diperingkat 87 dunia bisa
terus meningkat sehingga lebih kompetitif di era transisi teknologi saat ini.
Kesimpulannya revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, justru
peluang makin luas terbuka bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap
perekonomian nasional.

Anda mungkin juga menyukai