Anda di halaman 1dari 25

Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Pancasila

DISUSUN OLEH :
1.Asih Wilanda (G1011201262)

2. Ilham Maulana Widyapradana (G101120311)


3. Julianus (G1011171315)
4. Meisi Kurniati (G1011201157)
5. Nurlita Lestari (G1011201059)
6. Sity Renalda (G1011201366)
7. Yuci Ramanda (G1011201213)
8. Yuli Asih (G1011201012)
9. Vandhito Pandu E.M ( G1011201180)

Prodi/kelas: KEHUTANAN/ C
Mata kuliah : PANCASILA
Dosen pengampu : Riani Septi Hertini S.HI., M.H.I
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
Pancasila"

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila Dalam
makalah ini mengulas tentang Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Pancasila Kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia, setiap

bangsa di dunia selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya,

yang pada akhirnya untuk meningkatkan kualitas bangsa. Maju dan tidaknya

suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan warganegaranya.

Pendidikan yang bermutu tidak hanya diukur dari aspek kognitif tetapi

pendidikan yang memadukan seluruh potensi manusia menyangkut kognitif,

afektif dan psikomotorik. Selain pendidikan yang berkualitas eksistensi suatu

bangsa juga sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Bangsa yang

memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang

bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi

bangsa bangsa yang berkarakter adalah suatu keharusan.


Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan sudah meletakan landasan

yang kokoh untuk membentuk karakter bangsa, yaitu dalam Pembukaan UUD

1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, ―...mengantarkan rakyat

Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Para founding fathers

menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan

dihormati bangsa-bangsa lain.


Sejarah perkembangan Pendidikan karakter yang dilakukan bangsa Indonesia pada era orde

lama, dengan dicanangkannya untuk menjadi bangsa yang berkarakter dan berdikari, yaitu

berdiri di atas kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Soekarno Presiden Republik Indonesia

yang pertama mengajak bangsa dan seluruh rakyat Indonesia untuk tidak bergantung pada

bangsa lain, melainkan harus menjadi bangsa yang mandiri. Semangat untuk menjadi bangsa

yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno dengan mencanangkan nation and character

building dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna

mewujudkan cita-cita bangsa, seperti yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu,

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. serta untuk mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik Soekarno menegaskan dalam

amanat Pembangunan Semesta Berencana tentang pentingnya karakter ini sebagai mental

investment, yang mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam

pelaksanaan pembangunan dan mental yang dimaksud adalah mental Pancasila.

Pendidikan karakter pada masa pemerintahan presiden Soeharto yang

dikenal era orde baru, menghendaki bangsa Indonesia senantiasa

bersendikan pada nilai-nilai Pancasila dan ingin menjadikan warga negara


Indonesia menjadi manusia Pancasila melalui penataran P-4 (Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Secara filosofis penataran ini sejalan

dengan kehendak pendiri negara, yaitu ingin menjadikan rakyat Indonesia

sebagai manusia Pancasila, namun secara praksis penataran ini dilakukan

dengan metodologi yang tidak tepat karena menggunakan cara-cara

indoktrinasi dan tanpa keteladanan yang baik dari para penyelenggara negara

sebagai prasyarat keberhasilan penataran P-4. Sehingga bisa dipahami jika

pada akhirnya penataran P-4 ini mengalami kegagalan, meskipun telah diubah

pendekatannya dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Pada masa reformasi keinginan membangun karakter bangsa terus

berkobar bersamaan dengan munculnya euforia politik sebagai dialektika

runtuhnya rezim orde baru. Keinginan menjadi bangsa yang demokratis,

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum

merupakan beberapa karakter bangsa yang diinginkan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada

justeru menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Konflik horizontal dan

vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-

mana, diiringi mengentalnya semangat kedaerahan dan primordialisme yang

bisa mengancam instegrasi bangsa; praktik korupsi, kolusi dan nepotisme

tidak semakin surut malahan semakin berkembang; demokrasi penuh etika

yang didambakan berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus

pada anarkisme; kesantuan sosial dan politik semakin memudar pada


berbagai tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

kecerdasan kehidupan bangsa yang diamanatkan para pendiri negara semakin

tidak tampak, semuanya itu menunjukkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.

Dikalangan pelajar dan mahasiswa dekadensi moral ini tidak kalah

memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan

sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa.

Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan.

Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian

nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak

beretika. Mereka mencari bocoran jawaban dari berbagai sumber yang tidak

jelas. Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional

karena direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara

sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan

tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak

beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa. Plagiarisme atau penjiplakan karya

ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang

dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya ini menunjukkan

kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa. Perilaku yang tidak

terpuji yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa yaitu tawuran antar

pelajara, unjuk rasa dengan anarkisme, kebut-kebutan di jalan raya serta

penyalah gunaan obat-obatan dan narkotika.


Fenomena degradasi moral yang melanda para generasi muda Indonesia,

harus segera diwaspadai dan diantisipasi. Menurut Thomas Lickona (dalam

Ratna Megawangi, 2009: 7-8) mengungkapkan:

Ada 9 tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah
ada, itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, tanda-
tanda yang dimaksud antara lain :
1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja seperti tawuran
2. Penggunaan bahasa, dan kata yang memburuk, seperti mengolok-olok
teman sebayanya, atau berkata tidak sopan pada pendidik/guru.
3. Pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan
4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol
dan sek bebas.
5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk.
6. Menurunya etos kerja.
7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
8.Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara,
membudayanya ketidak jujuran.
9. Adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.

Jika dicermati, ternyata tanda-tanda jaman seperti tersebut sudah ada

di Indonesia yang melanda generasi muda, baik pelajar maupun mahasiswa

dan diantaranya juga melanda para orang tua, yaitu sebagai berikut :

1. Terjadinya tawuran antar pelajar atau mahasiswa, bahkan sampai ada yang

meninggal dunia.

2. Penggunaan bahasa prokem dan bahasa kasar dikalangan generasi muda

yang tidak sesuai dengan norma etika pergaulan.

3. Adanya gank-gank remaja yang memiki loyalitas yang tinggi terhadap

kelompoknya.

4. Terjadinya tindak asusila dan pelecehan seksual dikalangan pelajara dan

mahasiswa.
5. Melakukan tindakan curang ketika Ujian Nasional dengan cara mencontek

dan perjokian ketika seleksi masuk perguruan tinggi.

6. Rendahnya semangat belajar dikalangan pelajar dan lemahnya etos kerja

dikalnagan generasi muda.

7. Sikap tidak menghormati orang tua atau orang yang lebih tua dan pendidik/

guru.

8. Banyaknya coretan-coretan di tempat-tempat umum atau pagar tembok

yang mereka anggap sebagai seni “graffiti”

9. Sering terjadinya adu mulut yang berakhir dengan perkelahian bahkan

sampai terjadinya kematian.

Fenomena diatas menciptakan suasana yang kurang sehat dan kurang

nyaman dikalangan generasi muda, maka sangat tepat pendidikan karakter

perlu segera direalisasi sebagaimana amanat dalam Undang-undang sistem

pendidikan nasional yaitu Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 yang

berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung

jawab.
Susilo Bambang Yudoyono Presiden Republik Indonesia, pada

peringatan hari nyepi tahun 2010 menyampaikan pesannya:

Pembangunan watak (Charakter building) amat penting, Kita ingin


membangun manusia Indonesia yang berakhlaq, berbudi pekerti, dan
berperilaku teruji. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan
mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga
merupakan masyarakat yang baik. (good Society). Dan, masyarakat idaman
seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia
merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan
beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula.
(Kemendiknas. 2010 : 3)

Karakter adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap

pikiran dan perbuatannya, ada pula yang mengartikan karakter identik dengan

kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek kepribadian seseorang.

Karakter tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instan), tetapi

harus melewati suatu proses yang panjang, cermat dan sistematis. Menurut

tokoh psikologi Kohlberg (1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Locheed

ada empat tahap pendidikan karakter, yaitu :

1. Pembiasaan sebagai awal perkembangan karakter awal


2. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap perilaku dan
karakter siswa.
3. Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan nyata dalam kenyataan
sehari-hari.
4. Tahap pemahaman yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui
penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami
dan lakukan dan bagaimana dampak dan manfaatnya dalam kehidupannya
baik bagi dirinya maupun orang lain. (Abdul Majid dan Dian Andayani. 2012
: 109).

Pada sarasehan Nasional pendidikan budaya dan karakter bangsa yang

dilaksanakan di Jakarta tanggal 14 Januari 2010 telah dicapai kesepakatan


Nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang

dinyatakan sebagai berikut :

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang

tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.

2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara

komprehensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan

dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.

3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab

bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah,dan orang tua. Oleh

karena itu, pelaksanaan pendidikan budaya karakter harus melibatkan

keempat unsur tersebut.

4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa

diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan

dalampelaksanaan di lapangan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional melalui website

http://www. Kemdiknas.go.id. telah dilansir ada sembilan pilar pendidikan

karakter , kesembilan pilar tersebut adalah :

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,

2. kemandirian dan tanggung jawab,

3. kejujuran/amanah dan diplomatis

4. hormat dan santun

5. dermawan, suka tolong menolong dan gotong-royong/kerja sama,


6. percaya diri dan kerja keras

7. kepemimpinan dan keadilan

8. baik dan rendah hati, serta

9. toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Pendidikan Karakter adalah adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter

kepada siswa/ peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, keadaran

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai karakter tersebut.

Fungsi pendidikan karakter menurut Pusat kurikulum badan penelitian dan

pengembangan Kementrian pendidikan Nasinal adalah sebagai berikut :

1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikiran baik, dan

berperilaku baik.

2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur

3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang

merupakan hasil kajian empirik pusat kurikulum. Nilai pembentuk karakter

yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan

nasional adalah :

a. Religius

b. Jujur

c. Toleransi

d. disiplin

e. kerja keras
f. kreatif

g. Mandiri

h. Demokratis

i. Rasa ingin tahu

j. Semangat kebangsaan

k. Cinta tanah air

l. Menghargai prestasi

m. bersahabat/ komunikatif

n. Cinta damai

o. gemar membaca

p. peduli lingkungan

q. peduli sosial

r. Tanggung jawab.

Penerapan pendidikan karakter di semua jenis dan jenjang pendidikan

diharapkan para siswanya atau outputnya dari hasil pendidikan tersebut, akan

melahirkan siswa-siswa yang berkarakter baik dan pada akhirnya akan dapat

mewujudkan manusia-manusia yang beriman dan berkarakter baik.

Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan di SD Muhammadiyah 1

Wonogiri, maka peneliti memiliki kesimpulan sementara bahwa SD

Muhammadiyah 1 Wonogiri adalah salah satu SD yang menyelenggarakan

pendidikan karakter kepada para siswanya, baik melalui kegiatan

pembelajaran dikelas yang diintegrasikan dengan proses pembelajaran di


kelas, pendidikan karakter yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan

diri, maupun pendidikan karakter yang dilakukan melalui kegiatan

pembiasaan di sekolah. Penerapan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah

1 diharapkan akan menghasilkan peserta didik yang berkarakter yaitu peserta

peserta didik yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur dan

berkepribadian. SD Muhammadiyah 1 Wonogiri menerapkan fullday school

dengan memadukan kegiatan intrakurikuler dan pengembangan diri. Kegiatan

Intrakurikuler dilaksanakan sampai jam 13 00 kemudian dilanjutkan kegiatan

ko kurikuler dan pengembangan diri. Pelaksanaan pendidikan karakter di SD

Muhammadiyah 1 Wonogiri dilakukan dengan kegiatan pembiasaan-

pembiasaan baik yang dilakukan di Sekolah yaiitu :

1. Pembiasaan bersalaman ketika datang dan pulang sekolah dengan

bapak/ibu guru

2. disiplin dalam kegiatan sekolah

3. Shalat wajib berjamaah luhur dan asar

4. Pembiasaan berdoa membaca Al-Qur’an sebelum memulai pelajaran

5. Meletakan sepatu dan sandal pada tempatnya

6. mengucapkan salam jika bertemu pada guru dan karyawan

7. makan dan minum secara tertib, dan diawali dengan berdo’a.

8. Pembiasaan lingkungan yang bersih dan nyaman.

Selain kegiatan pembiasaan diatas penanaman karakter juga

ditanamkan dalam kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri,


yaitu kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan

tersebut dilaksanakan didalam atau diluar lingkungan sekolah dalam rangka

memperluas pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dan menginternalisasi

nilai-niai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial, baik lokal,

nasional maupun global untuk membentuk insan yang paripurna.

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat, dan

minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan

peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri

adalah sebagai berikut :

1. Tapak suci putra Muhammadiyah

2. Kepanduan Hizbul Wathan

3. Karawitan

4. Baca Tulis Al-Quran

5. Olah raga.

6. Seni Rebana

Kegiatan pengembangan diri tersebut dimaksudkan untuk

mengembangkan bakat dan minat siswa, dan yang utama untuk menanamkan

dan mengembangkan nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa. Nila-nilai

karakter tersebut diintegrasikan pada pelaksanaan kegiatan pengembangan

diri.
Berdasarkan pada latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan diatas,

maka menarik untuk dikaji dan dilakukan penelitian tentang pendidikan

karakter dalam kegiatan pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1

Wonogiri, maka penulis mengambil judul; “ Pengelolaan pendidikan karakter

pada kegiatan pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri”.

B. Permasalahan

Memperhatikan uraian di atas, maka perlu untuk dikaji permasalahan-

permasalahan berikut ini

1. Bagaimanakah merencanakan pendidikan karakter pada kegiatan

pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan

pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri

3. Bagaimanakah pelaksanaan evaluasi pendidikan Karakter pada kegiatan

pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendiskripsikan perencanakan pendidikan karakter pada kegiatan

pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri

2. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan

pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri.

3. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter pada

kegiatan pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri.


D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh beberapa manfaat antara lain :

1. Manfaat teoritis.

Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu menejemen

pendidikan terutama berkaitan dengan menejemen pendidikan sekolah dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru dalam pengelolaan

pendidikan karakter di sekolahnya masing-masing.

b. Bagi SD Muhammadiyah 1 Wonogiri, sebagai masukan yang konstruktif dalam

mengelola program pendidikan karakter di sekolah.

c. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan dalam upaya melakukan

pembinaan terhadap sekolah dasar terutama dalam pengembangan dan

upaya peningkatan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik bagi

guru-guru;

d. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengawas sekolah, LPMP, Kementrian

pedidikan nasional dan kebudayaan serta untuk mempersiapkan dan

pengembangan sumber daya manusia ( SDM ) khususnya kompetensi para guru.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SD Muhammadiyah 1 Wonogiri sebagai sekolah yang berbasis


keagamaan yang melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dasar
menyelenggarakan pendidikan karakter, model pendidikan karakter yang
diselenggarakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri melalui tiga strategi
yaitu terintegrasi kedalam mata pelajaran, melalui kegiatan pengembangan
diri dan dengan kegiatan pembiasaan dan keteladanan. Penelitian ini hanya
memfokuskan pendidikan karakter pada kegiatan pengembangan diri.
Perencanaan pendidikan karakter di SD muhammadiyah 1 Wonogiri
dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1) menyusun analisis
kontek, dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan dan
hambatan yang ada di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri, komponen yang
dianalisis meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. 2). Menyusun rencana aksi
sekolah, rencana aksi sekolah disusun melalui penelaahan terhadap
rencana kerja sekolah yang telah disusun secara komprehensip
sebelumnya, pada rencana aksi sekolah unsur-unsur yang berkaitan dengan
pendidikan karakter di programkan dan dintegrasikan secara khusus. 3).
Menyusun dokumen kurikulum, nilai-nilai yang akan dikembangkan secara
terstruktur dan terprogram dituangkan dalam visi, misi, tujuan sekolah dan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dengan tersusunya dokumen
kurikulum yang berkarakter maka akan lebih efektif dalam mewujudkan
pendidikan karakter. Fitriyah menyatakan, pembentukan karakter perlu
dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya kerjasama antar warga sekolah
dan masyarakat luas, namun dari struktur kurikulumpun harus di setting
dengan holistik. ( Fitriyah, 2009:182).
Perlunya memasukan pendidikan karakter ke dalam kurikulum
sekolah juga sesuai yang disampaikan oleh megawangi, Pendidikan karakter
di sekolah yang dianggap efektif adalah dengan menggunakan kurikulum
pendidikan karakter yang formal, atau kurikulum secara eksplisit memiliki
tujuan pembentukan karakter. (Megawangi, 2009:116).
Adeyemi dalam jurnal ilmiah Kamla raj menyatakan, pendidikan
karakter merupakan bagian dari kurikulum sekolah, diakui bahwa
pengembangan karakter siswa merupakan tanggung jawab seluruh
masyarakat luas, dan peran sekolah juga tidak bisa diabaikan. (Adeyemi,
2009: 97).
Perencanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri memiliki landasan yang kuat karena pada
dasarnya segala aspek yang akan dilakukan dalam kegiatan pendidikan di
sekolah sudah sepantasnya dituangkan dalam kurikulum, kurikulum
merupakan bagian yang sangat penting disekolah. Penataan dan
perencanaan kurikulum yang baik akan lebih mudah dalam pelaksanaan
penerapan pendidikan karakter. Demikian juga dengan pendidikan karakter
yang di selenggarakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri, perencanaan
dimulai dari membuat analisis konteks untuk mengetahui kekuatan dalam
kelemahan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter, menyusun
rencana aksi sekolah dan menyusun dokumen kurikulum sekolah,
penyusunan kurikulum sekolah dengan melibatkan komite sekolah, hal ini
dimaksudkan agar komite sekolah juga memiliki tanggung jawab untuk
terlaksanan program pendidikan yang diselenggarakan di sekolah.
Penyusunan kurikulum berkarakter yang baik akan mempermudah dalam
pelaksanaan pendidikan karakter yang diselenggarakan di SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri dan dapat berhasil sesuai yang telah
ditetapkan.untuk dapat berhasil dalam pelaksanaan perlu di tetapkan
kurikulum sekolah yang berkarakter.
Pelaksanaan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri
diawali dengan penataan lingkungan sekolah yang kondusif, lingkungan dan
suasana di sekitar SD Muhammadiyah 1 Wonogiri tertata dengan rapi dan
nyaman, hal ini terlihat dari lingkungan sekolah yang bersih dan asri, juga
suasana kelas yang nyaman dan bersih. Sebagai sekolah yang berbasis
keagamaan, sudah terlihat sejak memasuki halaman SD Muhammadiyah 1
Wonogiri bangunan masjid yang terlihat kokoh dan bersih, dibeberapa
tempat ada beberapa kalimat motivasi yang terpajang didinding sekolah
misalnya janji pelajar Muhammadiyah, lima tertib waktu, sikap disiplin yang
pada dasarnya sangat mendukung untuk pengembangan pendidikan
karakter. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan John dewey dalam
Megawangi menyatakan bahwa, Sekolah yang tidak mempunyai program
pendidikan karakter tetapi dapat memberikan suasana lingkungan sekolah
yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang kemudian disebut “hidden
curriculum”. (Megawangi, 2009: 116)
Dilts dalam Fitriyah menyatakan, belajar dan berfikir sangat terkait
dengan pandangan dan pendengaran serta kinestik yang terjadi diluar. Oleh
karena itu, jika lingkungan sekitar kondusif untuk proses belajar mengajar,
maka proses belajar dan berfikir siswa akan menjadi baik, (Fitriyah, 2009:
187).
Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran terlebih
kaitannya dengan pendidikan karakter, siswa yang terbiasa hidup
dilingkungan sekolah yang bersih dan tertata rapi, maka akan dapat
menjadi sikap hidup kebiasaan siswa, sesuatu yang dilakukan secara terus
menerus dan berulangulang maka akan menjadi sikap perilaku siswa,
terutama dalam hal sikap hidup yang berkaitan dengan kebersihan,
keindahan dan kenyamanan di lingkungan sekolah, maka akan terbawa ke
lingkungan rumah dan akhirnya menjadi sikap budaya siswa.
Pendidikan karakter yang diselenggarakan SD Muhammadiyah 1
Wonogiri dalam upaya untuk membentuk siswa-siswi yang berkarakter,
lulusan dari SD Muhammadiyah 1 Wonogiri diharapkan menjadi siswa yang
berkelaikan baik dalam upaya untuk mempersiapkan calon pemimpin
dimasa mendatang. Hal ini sejalan dengan pendapat Alex Agbola dalam
jurnal ilmiahnya yang diterbitkan European journal of education research
pada tahun 2012 menyatakan: character education is growing discipline
with the deliberate attempt to optimize students ethical behavior. The
outcame of character education has always been, solidly, and continually
preparing the leaders of tomorrow. (Agbola, 2012: 163). Pendidikan
karakter untuk menumbuhkan disiplin dengan usaha yang disengaja untuk
mengoptimalkan siswa berperilaku baik. Hasil yang diharapkan dari
pendidikan karakter agar selalu dapat mempersiapkan generasi pemimpin
masa depan yang kokoh dan bermoral.
Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diselenggarakan di SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri, mencakup dua hal yaitu kegiatan bimbingan
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan bimbingan dan
penyuluhan dilakukan oleh guru kelas dalam rangka untuk membantu
peserta didik mengatasi permasalahan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kesulitan belajar, dan perencanaan pengembangan karir. Bimbingan dan
penyuluhan pada peserta didik ditanamkan nilai-nilai karakter kemandirian,
percaya diri, kerja sama, demokratis, peduli sosial, komunikatif dan jujur.
Bimbingan diberikan kepada semua siswa akan tetapi tidak dilaksanakan
secara klasikal tetapi secara individual, karena setiap siswa memiliki
permasalahan yang berbeda-beda maka cara penyelesaian dan saran yang
diberikan juga berbeda.
Pelaksanaan pendidikan karakter dengan Ekstrakurikuler, yang
diselenggarakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri dalam rangka
menanamkan nilia-nilai karakter adalah seperti berikut:1). Kepanduan
Hizbul Wathan. 2). Baca tulis Al-Qur’an. 3). Tapak suci putra
Muhammadiyah. 4).Olah raga. 5). Seni Budaya. Nilai-nilai karakter yang
akan ditanamkan dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah, religius,
kepedulian sosial, empati, sportifitas, keberanian, kerjasama, patriotisme,
menghargai alam, tolong menolong, kritis, kretif dan inovatif.
Tasripin dalam penelitiannya menyatakan, pengembangan
pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berkontribusi positif
terhadap pembentukan dan pengembangan karakter siswa. (Tasripin, 2011:
2)
Muclas Samani menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler selalu
ada nilai-nilai karakter yang dikembangkan. Dalam kegiatan olah raga ada
nilai sportifitas, mengikuti aturan main, kerja sama, keriangan, keberanian,
dan kekompakan. Dalam kegiatan kelompok ilmiah remaja dipupuk jiwa
kuriositas, kreatif, kritis, inovatif. Dalam kelompok PMR dipupuk nilai
kepedulian sosial, empati, dan keberanian dalam kegiatan ekstrakurikuler
pramuka kegiatan outdoor akan terbentuk karakter keberanian, kerja sama,
patriotisme, menghargai alam dan tolong menolong, sedangkan pada
kegiatan dalam ruangan (indoor activity) difokuskan pada pembentukan
jiwa kepemimpinan, manajemen dan memupuk jiwa kewirausahaan.
Sedangkan bernyanyi akan meningkatkan keriangan (joyfulness) dan
semangat kehidupan yang dinamis. (Samani, 2012: 147).
Penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah 1 Wonogiri sangat tepat, karena
ekstrakurikuler selain dalam upaya untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan siswa juga bisa bermanfaat untuk melatih siswa disiplin, tepat
waktu, konsekwen dan mengikuti aturan yang berlaku. Maka siswa akan
memiliki kebiasaan yang baik.
Untuk memperkuat pendidikan karakter dan memberikan
pengalaman secara langsung di sekolah, maka dilakukan kegiatan
pembiasaan dan keteladanan secara rutin di sekolah yang berupa kegiatan,
Bersalaman setiap pagi masuk pintu gerbang sekolah dengan bapak dan ibu
guru yang sudah menunggu dipintu gerbang, Pengajian mentari pagi,
Wudlu secara antri, Shalat Dhuha, Shalat wajib berjamaah, meletakan
Sepatu secara tertib, mengambil jatah makan dengan antri dan makan
secara tertib.
Menurut Narvaez dan Daniel K. Lapsely dalam jurnal ilmiah
University of Notre Dame menyatakan: Two teacher education strategies
are presented. A minimalist strategy requires teacher educators to make
explicit the hidden moral education curriculum and reveal the inextricable
linkage between best practice instruction and moral character outcames.
The maximalist approach requires preservice teachers to learn a tool kit of
pedagogical strategies that target moral character directly as curriculer
goal.( Narvaez, 2010:1)
Pelaksanaan pendidikan karakter yang dilaksanakan di SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri, sejalan dengan pemikiran Darcia Narvaez,
karena selain kerangka acuan pendidikan karakter dimasukan dalam
kurikulum sekolah, sekolahpun juga melaksanakan hal-hal yang tidak
tercantum dalam kurikulum tetapi menjadi kegiatan kebiasaan yang
dilaksanakan secara rutin disekolah dalam upaya memperkuat pendidikan
karakter yang berupa kegiatan pembiasaan dan keteladanan misalnya
berjabat tangan pagi hari dengan Bapak atau Ibu guru, pengajian mentari
pagi, berdoa sebelum memulai kegiatan dan Salat wajib berjamaah.
Evaluasi pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk
menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara
terencana, sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas. Tujuan
evaluasi pendidikan karakter adalah mengetahui kemajuan hasil belajar
dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter, mengetahui
kelebihan dan kekurangan desain pembelajaran yang telah dilakukan, dan
mengetahui efektifitas pembelajaran.
Fungsi evaluasi pendidikan karakter adalah: 1). Berfungsi untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran (instruksional)
yang didesain oleh guru, 2). Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam
konteks manajemen sekolah, 3). Berfungsi untuk menjadi bahan
pembinaan lebih lanjut bagi guru kepada peserta didik. (Kesuma, 2012:
139).
Pelaksanaan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri
berhasil dan tidaknya perlu dilaksanakan penilaian atau evaluasi terhadap
program yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Untuk melihat
keberhasilan dan peningkatan karakter yang dilakukan siswa, SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri melakukan hal-hal berikut: 1). Pertemuan
Rutin guru kelas dengan Orang tua siswa, 2). Menerbitkan buku bina ibadah
dan buku Penghubung, 3). Kunjungan Rumah ( Home Visit), 4).Pengamatan
perkembangan karakter siswa.
Pendidikan tidak sekedar membentuk siswa menjadi cerdas dan
pintar tetapi pendidikan yang berupaya untuk mewujudkan siswa
berkelakuan baik, berdisiplin dan memiliki karakter yang kuat jauh lebih
penting, karena pada dasarnya pendidikan yang dilaksanakan pada saat
sekarang untuk mempersiapkan generasi mendatang calon pemimpin di
masa yang akan datang, maka sangat tepat yang dilakukan oleh SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri yang mengedapankan pendidikan.
Kegiatan penilaian pendidikan karakter sekolah melibatkan orang
tua/wali siswa, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang
dilaksanakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri, menjadi tanggung jawab
bersama antara sekolah dan orang tua/wali siswa, sehingga pendidikan
karakter yang ditanamkan di sekolah akan menjadi suatu kebiasaan baik
yang dilaksanakan oleh siswa pada saat di rumah dan dipantau oleh orang
tua. Alex Agbola dan Kaun Chen Tsai menyatakan: In order words education
policy should take the lead to actualize moral education. Taken together,
parents, teachers, and administrators as stakeholders, should join this
camp to encourage students to manifest those good values in their lives.
The outline of this paper is that first the definition of character education is
provided. Then the historical perspective of character education is
reviewed.( Agbola, 2010:163) Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab
semua warga sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan termasuk
pegawai kantin. Dengan keterlibatan semua stake holder maka
keberhasilan pendidikan karakter akan mudah terwujud. SD
Muhammadiyah 1 Wonogiri menerbitkan buku bina ibadah dan buku
penghubung, untuk mengetahui pelaksanaan ibadah siswa yang dipantau
oleh orang tua dan dilaporkan kepada guru kelas, sehingga pelaksanaan
pendidikan karakter yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri
membutuhkan partisipasi aktif orang tua siswa, perkembangan siswa dalam
melaksanakan nilainilai karakter adalah tanggung jawab bersama antara
sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
SIMPULAN
Berdasarkan pada permasalahan, paparan data, hasil pembahasan dan
temuan penelitian, penulis dapat menyimpulkan tentang pengelolaan pendidikan
karakter pada kegiatan pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri.
Perencanaan pendidikan karakter yang diselenggarakan di SD Muhammadiyah 1
Wonogiri dimulai dengan menyusun analisis kontek, membuat rencana aksi
sekolah dan menyusun kurikulum yang berkarakter. Pelaksanaan pendidikan
karakter dimulai dengan pengkondisian lingkungan sekolah, pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri meliputi bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler,
serta kegiatan pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan secara rutin, yang
diselenggarakan di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri. Evaluasi pendidikan karakter
di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri dengan melakukan beberapa hal yaitu:
pertemuan rutin guru kelas dengan orang tua siswa, menerbitkan buku bina
ibadah dan buku penghubung, kunjungan ke rumah siswa dan pengamatan
perubahan perilaku karakter siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, B. Michael. (ed), (2009). Teaching Character Education Across the Curriculum and
the role of Stakeholders at the Junior Secondary level in Bostwana, Kamla Raj
Agboola, Alex dan Kaun Chen Tsai,(2012). Bring Character Education into Classroom,
Europena journal of educational research.
Fitriyah, Eka Anggraheni (2011), Manajemen pendidikan karakter di Sekolah Dasar ( Studi
kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Tesis. Malang. Universitas Isloam Negeri
Maulana Malik Ibrahim
Kesuma, Darma. Cepi Triatna, Johar Permana, (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktek di sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Megawangi, Ratna. (2009), Pendidikan karakter; Solusi tepat membangun Bangsa, Jakarta:
Indonesia Heritage Foundation
Miles dan Huberman, (2007), Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI,Press.
Moleong, (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
Narvaez, Darcia. and Daniel K. Lapsey, (2010). Teaching Moral Character: Two Strategies for
Teacher Education, Centre for Ethical education, University of Notre Dome.
Samani, Muclas dan Hariyanto,MS.(2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Sukardi,(2006). Penelitian Kualitatif, Naturalistik dalam Pendidikan, Jogjakarta : Usaha
Kelurga Perum UNY
Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Alfabeta.
Tasripin, (2011). Pengembangan Pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler berbasis
pembiasaan. (studi kasus di SD Negeri 01 Caringin Kabupaten Garut. Bandung. UPI
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai