Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Filosofi Pendidikan Indonesia


“JATI DIRI ORANG INDONESIA”

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Arin Azzah Atiqoh (22322299151)
Juwita (22322299127)
Tri Herbaning Tiyas W.N(22322299118)

Bidang Studi Pendidikan Biologi


Program Studi Pendidikan Profesi Guru
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika
Universitas Negeri Yogyakarta
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering mendengar pertanyaan yang mendalam: apakah Pancasila masih
menjadi jati diri kita sebagai bangsa? Jati diri bangsa merupakan cerminan atau tampilan
karakter bangsa Indonesia. Setiap individu memiliki jati diri yang dipancarkan dari dalam
dirinya. Jati diri masing-masing individu beraneka ragam yang dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Bangsa Indonesia sejak
dahulu dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan adiluhung. Masyarakat
Indonesia hidup rukun, saling gotong royong dan mempunyai semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” yang diambil dari sesanti pada zaman Majapahit “Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangroa” menunjukkan toleransi antar warga negara yang berbeda-beda.
Hubungan sosial dihiasi perilaku sopan santun dalam berbahasa dan saling tenggang rasa.
Hal ini menunjukkan tingginya karakter yang patut diteladani.

Sekarang bangsa ini mulai menyadari kembali, bahwa karakter bangsa sebagai
pemersatu seluruh rakyat ini, kurang terawat dan kurang diperhatikan, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menurunkan wibawa bangsa ini, di samping
tuntutan zaman agar menjadi bangsa yang tangguh dalam menghadapi persaingan global
di dunia internasional, maka dirasakan perlunya kebijakan nasional pembangunan
kembali ke Karakter Bangsa.

Jati Diri bangsa akan tampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan
dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat
dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan
pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan
sosialitas. Membangun jati diri bangsa Indonesia berarti membangun jati diri setiap
manusia Indonesia, yang tidak lain adalah membangun manusia pancasila. Jati diri akan
menampakkan wajahnya dalam bentuk sikap dan perilaku subyek, individu atau entitas
terhadap tantangan yang dihadapinya. Membangun jati diri bangsa Indonesia berarti
membangun jati diri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun
karakter manusia Indonesia. Sasaran utama dalam pembangunan jatidiri bangsa dan
karakter adalah para pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat. Bila
para pendidik, tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki
karakter dan jatidiri seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera
mengikutinya

Masalahnya, ada kekhawatiran bahwa jatidiri kita sudah mulai tergerus baik
karena faktor eksternal yang merupakan konsekuensi dan globalisasi maupun karena
faktor internal yang berkembang dan proses-proses kehidupan bernegara dalam segala
bidang. Secara eksternal karena kita ini berada di tengah-tengah dunia internasional yang
jika dilihat dan sudut hubungan antar negara mempunyai geopolitiknya masing-masing
maka kita memang terkepung oleh situasi yang bisa mempengaruhi jati diri kita.

Negara Republik Indonesia dengan geopolitik di atas dilandasi oleh kesepakatan


untuk menjadikan Pancasila baik sebagai dasar negara maupun selain sebagai dasar
negara. Sebagai dasar negara Pancasila melahirkan aturan-aturan hukum yang tersusun
secara berjenjang dalam bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan sedangkan selain
sebagai dasar negara Pancasila melahirkan norma-norma non hukum seperti pandangan
hidup bersama, pedoman pergaulan, moral, etika, dan sebagainya. Perbedaan pokok
antara Pancasila sebagai dasar negara dan selain sebagai dasar negara atau Pancasila yang
melahirkan hukum dan yang melahirkan pedoman nonhukum seperti norma agama (yang
isinya belum dihukumkan), norma kesusilaan, dan norma kesopanan atau moral dan etika
terletak pada pemberlakuan dan sanksinya
Pada saat ini kita dapat menyaksikan sendiri baik lewat tayangan televisi, media
massa maupun dalam kehidupan sehari-hari banyak sosok manusia Indonesia yang tampil
penuh pamrih, tidak tulus ikhlas, tidak bersungguh-sungguh, senang yang semu, semakin
lekat dengan konsumerisme, tampil berbagai gaya dan sifat-sifat buruk lainnya. Sifat dan
sikap yang demikian itu akan termanifestasikan pada perilaku yang suka pamer,
menyalahgunakan orang lain, senang menghujat dan tidak dapat dipegang janjinya,
menjadi sosok pemarah, pendendam, tidak toleran, berperilaku buruk dalam berkendara,
praktik korupsi, premanisme, perang antar kampung dan suku dengan tingkat kekejaman
yang sangat biadab, menurunnya penghargaan pada pemimpin.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. UU
Sisdiknas Pasal I tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
dan akhlak mulia. UU tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang
bernilai luhur bangsa serta agama.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana ciri manusia indonesia?
2. Bagaimana kaitan jati diri orang indonesia dengan pancasila?
3. Bagaimana peran pendidikan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia yang lebih
baik?
4. Bagaimanakah Jati diri orang Indonesia dalam bhineka tunggal ika (adil inklusif) ?
5. Apa saja ciri-ciri guru indonesia ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui ciri manusia indonesia.
2. Mengetahui kaitan jati diri orang indonesia dengan pancasila?
3. Mengetahui pendidikan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia yang lebih
baik.
4. Mengetahui Jati diri orang Indonesia dalam bhineka tunggal ika.
5. Mengetahui Apa saja ciri-ciri guru indonesia.
BAB II
ISI
Secara harfiah, identitas adalah jati diri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat
pada seseorang, suatu organisasi, kelompok atau suatu negara yang membedakan dengan
yang lainnya. Identitas ini bisa secara fisik dan non fisik. Identitas bisa dinyatakan secara
sadar dengan menjelaskan tentang tentang dirinya atau diungkapkan oleh seseorang atau
kelompok lainnya. Artinya identitas nasional adalah identitas yang melekat pada
individu, suatu kelompok yang lebih besar dan diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya,
adat istiadat, agama dan bahasa daerah atau berupa kesamaan secara non fisik seperti
keinginan, harapan, cita- cita dan tujuan (Hilmi and Pati 2015).
Identitas nasional ini adalah sesuatu yang dinamis atau akan selalu berubah dan
terbuka untuk diberi suatu makna yang baru sesuai dengan perubahan dan tantangan
zaman. Identitas nasional merupakan suatu kelompok yang memiliki ciri dan melahirkan
tindakan secara kolektif yang disebut sebutan nasional. Identitas nasional itu sebagai jati
diri,ciri khas, sifat yang tumbuh dan berkembang di suatu negara bangsa sehingga
menjadikannya berbeda dengan negara bangsa lainnya. Berdasarkan hal tersebut setiap
bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional tersendiri yang sesuai dengan ciri khas
dari bangsa tersebut (Nasional 2007).
Jati diri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat esensial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jati diri bangsa sama saja dengan
kehilangan segalanya, bahkan berakibat terleminasi dari bangsa-bangsa lain. Oleh karena
itu, bila kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara oleh bangsa-
bangsa dalam peraturan internasional, perlu menjaga eksistensi dan kokohnya jatidiri
bangsa. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter
yang kokoh dan tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara dengan
berhasil baik. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jati diri setiap
manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun karakter manusia Indonesia.
Sasaran utama dalam - 237 - pembangunan jati diri bangsa dan karakter adalah para
pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat. Bila para pendidik,
tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki karakter dan jatidiri
seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera mengikutinya. Suatu realitas
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat ikutan. Jati diri bangsa, berarti
ciri-ciri atau identitas yang melekat pada suatu bangsa. Jati diri bangsa Indonesia adalah
ciri khas yang melekat dan merupakan identitas bangsa Indonesia, yang membedakannya
dengan bangsa lain. Jati diri bangsa Indonesia adalah pancasila. Kita ambil nilai-nilai,
budaya yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, kita tolak yang
bertentangan dengan Pancasila. Hanya dengan jalan mengimplementasikan Pancasila
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara,
A. Ciri Manusia Indonesia
Secara kontroversial pada tahun 1977 Mochtar Lubis menyebut manusia
Indonesia sebagai Munafik, enggan bertangggungjawab atas perbuatannya, feodal,
percaya takhyul, artistik, dan lemah karakternya. Setelah waktu berjalan lebih dari 30
tahun, dinilai perlu untuk mengkaji apakah benar ciri-ciri manusia Indonesia adalah
seperti itu. Namun pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah
berdasarkan pengalaman dan observasi serta prasangka yang digeneralisasi.
Ciri manusia Indonesia menurut pendapat Lubis(2013) :
1. Ciri pertama manusia Indonesia adalah hipokrit atau munafik.
Di depan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka, tapi
kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi prostitusi. Kalau ditawari
sesuatu akan bilang tidak namun dalam hatinya berharap agar tawaran tadi bisa diterima.
Banyak yang pura-pura alim, tapi begitu sampai di luar negeri lantas mencari nightclub
dan pesan perempuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi,
tapi dia sendiri seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap
asal bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive.
2. Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan
menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat
membela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.”
3. Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal.
Sikap feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam
hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi
ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini,
yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik
terhadap atasan.
4. Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul.
Manusia Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai
kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua
untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia, termasuk memberi
sesajen.
”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan baru, Tritura, Ampera, Orde
Baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan
pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita
membikin takhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul baru,
juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi takhayul dan
lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau
GDP.”
5. Ciri kelima, manusia Indonesia artistik.
Karena dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri,
dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang
dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.
6. Ciri keenam, manusia Indonesia, tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus
dan berpesta.
Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi miliuner
seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar sarjana supaya dapat
pangkat. Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat
dengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa.
Secara berimbang sebenarnya Lubis juga menyampaikan bahwa cukup banyak
juga ciri-ciri manusia Indonesia yang bersifat positif. Lemah lembut, sopan, penuh kasih
sayang, murah senyum, adalah beberapa diantara ciri positif yang dikemukakannya.
Namun Lubis lebih memberikan penekanan pada ciri-ciri yang dinilai perlu diperbaiki di
masa depan, agar secara sistenatik bangsa in benar-benar menuju pencitraan bangsa yang
memang dapat membawakan diri secara pantas di percaturan dunia. Hal ini terutama
mengingat kala itu sudah terindikasikan bahwa pada masa mendatang jejaring interaksi
yang bernuansa global akan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan adanya.
Terkait dengan pernyataan Lubis, Setiawan (2008) justru menemukan bahwa
banyak manusia Indonesia yang berkualitas tinggi, terutama mereka yang mendalami
bidang-bidang teknologi, sosial, dan budaya. Hal ini akan dapat menjadi modal bagi
manusia Indonesia untuk tampil di gelanggang ataupun percaturan internasional. Namun,
Setiawan juga mengakui bahwa mental “main Terabas” yang masih menjadi ciri
beberapa manusia Indonesia haruslah dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan.
Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Prayoto (2004) yang menyatakan bahwa tingkat
kesejahteraan suatu bangsa tampaknya sangat tergantung pada kemampuannya
menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hal ini ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia.
Sukmadji (2010) menambahkan bahwa di Indonesia tidak kurang terdapat 316
suku bangsa. Dengan berbagai faktor pendorongnya, interaksi dari begitu banyak suku
bangsa itu dapat berjalan baik. Namun demikian gambaran sosial yang ada pada era
sekarang adalah jauh sekali dengan budaya Bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang
telah memiliki potensi yang besar sebagai bangsa yang santun. Diduga bahwa faktor
lingkunganlah yang telah menjadi pendorong terjadinya situasi itu.
Setelah waktu berjalan lebih dari 30 tahun sejak Lubis mengemukakan
pendapatnya, terjadi berbagai perubahan dan perkembangan di Indonesia maupun di
tataran global. Adanya perubahan dan perkembangan mendasar dalam bidang 3 T
(teknologi, transportasi, dan telekomunikasi) telah banyak mempengaruhi kehidupan
masyarakat, baik dalam pola hidup sehari-hari, maupun dalam berperilaku.
Berdasarkan adanya berbagai 74 perkembangan tersebut, apakah kemudian terjadi
pula perubahan dalam karakteristik atau ciri-ciri manusia Indonesia, apakah ciri-ciri
manusia Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Lubis betul adanya ataukah terjadi
perubahan ciri-ciri dalam pandangan manusia Indonesia sendiri. Menunjukkan bahwa
kehidupan manusia Indonesia berada dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan.
Diperlukan langkah-langkah konkrit dan terpadu antara semua pihak yang terkait
untuk dapat mengembalikan citra kesopanan dan kesantunan yang dinilai telah memudar,
atau bahkan telah hilang dari kehidupan manusia Indonesia akhir-akhir ini. Diperlukan
upaya-upaya khusus untuk dapat mengembalikan ciri-ciri manusia Indonesia yang lebih
bersifat positif. Ciri-ciri yang bernuansa kesopanan dan kesantunan dinilai perlu
diprioritaskan untuk dapat kembali menjadi ciri manusia Indonesia.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. UU
Sisdiknas Pasal I tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
dan akhlak mulia. UU tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang
bernilai luhur bangsa serta agama.
Berbagai Upaya dilakukan pendidik melalui pembelajaran yang juga disertai
dengan pendidikan karakter di dalam penyampaiannya, diharapkan mampu membawa
pendidikan karakter untuk masuk ke dalam diri peserta didik dan merubah karakter
bangsa kita menuju jati diri orang Indonesia yang lebih baik.

B. Jati Diri dalam Pancasila


Pancasila adalah dasar dan ideologi negara ini sebagai hasil dari perjanjian untuk
pendiri nasional ketika negara Indonesia telah diciptakan dan sejauh ini di era globalisasi,
Indonesia selalu mematuhi di Pancasila sebagai basis nasional. Sebagai pusat negara,
Pancasila harus menjadi acuan bagi negara yang menyadari pertumbuhan global dan
tantangan global. Di era globalisasi ini, peran pancasila tentunya sangat penting untuk
menopang eksistensi kepribadian bangsa Indonesia karena dengan adanya globalisasi
antar negara seolah tidak kasat mata karena berbagai budaya yang berbeda dapat dengan
mudah diakses oleh masyarakat sebagai berikut:
1. Jati Diri Pancasila Pertama adalah Bangsa indonesia mengakui bahwa kehidupan
bangsa ini berada dalam pemeliharaan tuhan yang maha esa. pengakuan atas tuhan
yang melindungi dan menjaga bangsa indonesia dalam seluruh perjalanan hidupnya
dengan keimanan dan ketakwaan, yakni bahwa pendidikan harus memberikan
atmosfer religiusitas kepada peserta didik.
2. Jati Diri Pancasila Kedua adalah manusia sebagai makhluk yang beradap memiliki
tuhan dan mengetahuinya dalam keyakinan dan kepercayaan. setiap manusia
memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga keberlangsungan hidup bangsa
indonesia. selain, itu berusaha untuk menjujung tinggi martabat setiap manusia.
pendidikan jati diri pancasila kedua dalam kemerdekaan yakni kebebasan dan
pengembangan gagasan pemikiran dan kreativitas dalam peserta didik.
3. Jati Diri Pancasila Ketiga sebagai makhluk yang memiliki tuhan dan mengakuinya
dalam keyakinan, kepercayaan dan memiliki martabat yang sama sebagai makhluk
ciptaan tuhan maka perlu diusahakan persatuan sebagai suatu bangsa dimana setiap
manusia menjadi pribadi yang dihormati, dijaga, dan lindungi oleh bangsanya
sendiri, yakni bahwa pendidikan harus mengetahui kebangsaan, yakni komitmen
kepada kesatuan kebangsaan dengan sekaligus menghormati pluralitas.
4. Jati Diri Pancasila Keempat adalah diterangi oleh kebijaksanaan tuhan dan
terwujudnya dalam pengambilan keputusan yang benar dan kebijaksanaan tanpa
mengorbankan rakyat dan bangsa, yakni bahwa pendidikan keseimbangan dalam
perkembangan kepribadian dan kecerdsan anak dengan pembudayaan yakni
memiliki ketahanan budaya dalam ekspansi budaya global.
5. Jati Diri Pancasila kelima adalah seluruh rakyat indonesia yang memiliki Indonesia
sebagai bangsa harus merasakan perlindungi dan kesajahteraan yang sama. keadilan
bagi seluruh rakyat berarti tidak adanya ketimpangan pelayana dan kesejahteraan
dalam hidup berbangsa. dalam dunia pendidilan sila kelima kemanusiaan yakni
menghormati nilai-nilai kemanusiaan akhlak, budi pekerti dan keadaban. dalam
sebuah keluarga ialah ikatan yang erat antara komponen sekolah, keluarga dan
masyarakat.

C. Implementasi Jati diri Pancasila dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan bentuk bisnis yang sangat mendasar dalam pengembangan


sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting
untuk meningkatkan sumber daya manusia suatu negara, sebagaimana tercantum dalam
UndangUndang Dasar Pendidikan 2003 dalam Bab II Pasal 3 yang dengan jelas
menyatakan “pendidikan nasional” Rakyat mempunyai fungsi pengembangan kapasitas
dan pembentukan kepribadian. dan beradab”. bermartabat dalam rangka pendidikan
untuk kehidupan bangsa, guna berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
dalam keadaan sehat, baik, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. (Rachman, 2013). Pada titik ini, dapat
dipastikan bahwa suatu negara harus mewujudkan nilai-nilai terbaik dari ideologi
nasionalnya agar mampu mengatasi tantangan Peran penting guru yang merupakan
pendidik di lembaga pendidikan dasar dan menengah karena pendidikan terlalu jelas,
dapat dikatakan bahwa kedudukan guru tidak tergantikan. Dalam pengantar bukunya, dia
mengatakan: “Semua orang percaya bahwa guru memiliki peran besar dalam
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru memegang peranan yang sangat penting
dalam membantu siswa berkembang untuk mencapai tujuan hidupnya secara optimal.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa guru merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses pembelajaran dan tidak dapat dipisahkan dari sistem pembelajaran di
masyarakat, khususnya di sekolah seperti implementasi sebagai berikut: . (Khusus et al.,
n.d.)

1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa:


Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada
Tuhn Yang Maha Esa; (2) kebebasan beragama dan berkepercayaan pada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai hak yang paling asasi bagi manusia; (3) toleransi di
antara umat beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan (4)
Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan, khususnya makhluk manusia.
implementasinya adalah guru menanam kan kepercayaan kepada seng pencipta
sebelum peserta didik memulai pembelajaran agar supaya selalu senantiasa
berdoa untuk kelancaran kegiatam pembelajaran.
2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kecintaan kepada sesama manusia
sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan adalah satu adanya; (2) Kejujuran; (3)
Kesamaderajatan manusia; (4) Keadilan; dan (5) Keadaban.implementasinya
adalah setiap guru harus mengerti hak - hak kebutuhan peserta didik dalam
kegiatan yang dilakukan diperlukan untuk tidak membeda -bedakan status peserta
didik fisik dan sosial sesama peserta didik.
3. Nilai-nilai Persatuan Indonesia:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Persatuan; (2) Kebersamaan; (3)
Kecintaan pada bangsa; (4) Kecintaan pada tanah air; dan (5) Bhineka Tunggal
Ika. implementasinya adalah untuk selalu kompak antar peserta didik yang
berbeda -beda tempat asal. dalam peran guru menerapkan pada siswa untuk
memahami kalau di indonesia memiliki perbedaan dari agama, lidah, kebiasaan,
suku dan budaya.
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kerakyatan; (2) Musyawarah
mufakat; (3) Demokrasi; (4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).
implementasinya adalah guru selalu melakukan diskusi tentang pembelajaran
atau materi sudah diberikan. bagaimana pendapat mereka tentang materi tersebut
, dari situ guru bisa menilai bagaimana keefetifan pembelajaran yang sudah di
berikan . seperti guru membuat kelompok diskusi dengan tugas tertentu agar
peserta didik mampu dan membiasakan diri tentang bagaimana cara
musyawarah , menyapaikan pendapat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Keadilan; (2) Keadilan sosial; (3)
Kesejahteraan lahir dan batin; (4) Kekeluargaan dan kegotongroyongan; (5) Etos
kerja implementasinya adalah guru selalu adil dalam bersikap pada siswa dan
guru harus bersikap adil dalam pembelajaran terutama dalam hal nilai, guru
harus menjadi contoh yang baik bagi peserta didik seperti datang tempat waktu
membuang sampah pada tempaynya dan berbicara dengan halus dan sopan
D. Jati Diri Bangsa Indonesia Dalam Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu faktor pembentuk identitas nasional
Indonesia. Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau dengan belasan ribu juga kebudayaan,
adat istiadat dan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Perbedaan ini bukanlah suatu
persaingan tetapi harus dimaknai sebagai potensi dan kekayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga dan melestarikan sebagai bentuk
identitas bangsa Indonesia, yang terdapat pada lambing Garuda Pancasila “Bhinneka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu (Rahma Aulia, dkk, 2021).
Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa
mencantumkan kalimat ―Bhinneka Tunggal Ika‖ sebagai semboyan pada lambang
negara Garuda Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah Nusantara yang sejak
jaman Kerajaan Majapahit. Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
diterjemahkan dengan kalimat berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemudian terbentuklah
Bhineka Tunggal Ika menjadi jati diri bangsa Indonesia. Ini artinya, bahwa sudah sejak
dulu hingga saat ini kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh
dan menjadi jiwa serta semangat bangsa di negeri ini.
Hingga saat ini dengan kesadaran baru yang ada pada tingkat kecerdasan,
keintelektualan, serta kemajuan bangsa kita sekarang ini, bangsa ini dibangun dengan
pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang telah mengantarkan kita menjadi sebuah
bangsa yang terus semakin besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini, yaitu
bangsa Indonesia, meskipun berbeda-beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa Indonesia).
Kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa
Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa
Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda -beda
tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.Saat Indonesia
merdeka oleh para pendiri bangsa mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan bangsa Indonesia yang dapat dilihat pada lambang negara Garuda Pancasila
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Berikut merupakan beberapa contoh
kebhinnekaan Bangsa Indonesia :

1. Kebhinnekaan ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan
jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dari
Papua Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir
tebal dan kulit hitam. Ras weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang
Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil,
kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain itu ada Ras Malayan Mongoloid
berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan
Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo
matang.
Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan karena tiap ras
saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul. Kebhinnekaan Suku
Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau -
pulau terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau/wilayah memiliki
keunikan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa.
Adanya kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda
tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan persatuan.

2. Kebhinnekaan agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah
membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan agama di
Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu
serta aliran kepercayaan. KeBhinnekaan agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan
semangat persatuan dan semboyan Bhinneka tunggal ika konflik tersebut dapat dikurangi
dengan cara saling toleransi antar umat beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk
menganggap agamanya yang paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai
perbedaan sehingga dapat hidup rukun saling berdampingan dan tolong menolong di
masyarakat

3. Kebhinnekaan Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar. Budaya memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM kearah
yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinnekaan budaya
di Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern tanpa
menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun, kekeluargaan
dan gotong royong. Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat
tanpa saling merendahkan satu sama lain.
Walaupun bangsa kita berbeda dan beragam dalam hal suku bangsa, mata
pencaharian, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ras/keturunan
serta gender tetapi harus tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus dapat menerapkan persatuan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan
yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit
dan lain-lain. tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan
terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang setiap
orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli
kepentingan bersama. Bila hal tersebut terjadi di negara kita ini akan terpecah belah, oleh
sebab itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan
bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan
bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu
kita dalam menyatukan wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti : inklusif, terbuka,


damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan penghargaan
terhadap pihak lain yang berbeda.

1. Perilaku inklusif. salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau
kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari
masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam
kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang
lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi
kehidupan bersama.
2. Sikap rukun dan damai Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan
masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat,
tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok
dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar
mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3. Musyawarah untuk mencapai mufakat Dalam rangka membentuk kesatuan dalam
keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.”
Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini
hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan
cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4. Sikap kasih sayang dan rela berkorban Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang.
Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai
harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal
Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.

E. Nilai Kemanusiaan khas Indonesia


Manusia Indonesia berarti identitas manusia yang menghayati nilai-nilai
kemanusiaan khas Indonesia. Istilah kemanusiaan Indonesia dipilih mengingat tidak
mudahnya mendeskripsikan apa dan siapa manusia Indonesia yang sesungguhnya.
Kemanusiaan Indonesia dimaksudkan untuk menyampaikan pengertian luas dan
mendalam tentang pengalaman manusia Indonesia yang terbentuk secara rasional-
dialogal-historis sejak sebelum adanya Negara Republik Indonesia sampai dengan kini
dan masa depan.
a. Nilai Kebhinekaan
Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan
menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia Pertama, keragaman Indonesia
merupakan anugrah alamiah (tanpa dirancang) yang sudah ada sejak sebelum
terbentuknya negara Indonesia. Dalam arti ini keragaman merupakan kekayaan
masyarakat Indonesia. Kedua, masyarakat Indonesia beragam dalam hal
pengalaman hidup, budaya, Bahasa, ras, suku, budaya, kepercayaan, tradisi, dan
berbagai ungkapan simbolik. Semuanya itu memuat nilai-nilai yang menjiwai
dinamika hidup Bersama dengan corak yang berbeda-beda. Karenanya, di dalam
nilai keragaman terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang amat kaya dan layak
untuk terus digali dan dilestarikan.
b. Nilai Pancasila
Tujuan perumusan Pancasila adalah untuk menemukan perekat dan
penyatuan hidup berbangsa bagi segala suku dan bangsa di nusantara ini. Dengan
menggali nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan
nusantara, Soekarno menjadikan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dan
sekaligus manusia Indonesia. Segala kekayaan melengkapi masyarakat Indonesia
yang berbhineka di kristalisasi dalam Pancasila. Karenanya, Pancasila berisi “jiwa
bangsa Indonesia”. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa
dan semangat yang dihidupi oleh orang-orang Indonesia yang selalu menjunjung
tinggi nilai gotong-royong. Hal ini juga ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara
c. Nilai Religiusitas
Religiusitas merupakan salah satu aspek insani berupa getar hati dan
kualitas manusia yang mendorong bertumbuhnya sikap atau kecenderungan hidup
yang bernilai.Religiusitas merupakan hal yang mendasar atau esensial dalam
hidup manusia. Dalam pengertian lain, religiusitas merupakan daya-daya insani
yang bersifat batiniah yang ada di dalam kedalaman hati. Religiusitas merupakan
“ibu dari cinta kepada kebenaran, kesukaan pada gejala yang wajar, sederhana,
jujur dan sejati”.

F. Ciri Guru Indonesia Berdasarkan Jati Diri Bangsa Indonesia


Guru sebagai sosok panutan yang digugu dan ditiru, banyak harapan besar
dialamatkan kepadanya untuk membawa majunya bangsa melalui pembangunan SDM
yang dihasilkan dari proses pendidikan. Mengingat posisi guru berada di garda terdepan
yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam pembelajaran, meskipun
katakanlah teknologi informasi begitu pesat berkembang sehingga begitu banyak
menyediakan sumber pengetahuan yang berlimpah, namun tugas guru 5M
(merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melaksanakan tugas), terutama
fungsi pembimbingan tetap tidak tergantikan oleh teknologi informasi. Artinya fungsi
guru tidak sebatas hanya mentransfer ilmu semata, akan tetapi justru yang lebih utama
pada peran pendidiknya sebagai ciri khas yang melekat pada jati diri guru dalam
membentuk integritas kepribadian peserta didik yang berbasis pendidikan karakter.
Ditegaskan pada Pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005, bahwa guru harus memiliki
empat (4) kompetensi, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
Sebagai seseorang yang diguguh dan ditiru guru harus mempunyai kode etik.
Adapun kode etik guru adalah

1. Nilai-nilai agama dan Pancasila


2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
3. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual
Menjadi guru Indonesia harus menjunjung tinggi keseluruhan kode etik tersebut.
Jadi ciri guru Indonesia adalah guru yang menjunjung tinggi jati Bangsa Indonesia dan
menunjukan ciri-ciri orang Indonesia yang sesungguhnya berdasarkan pancasila dan
bhinneka tunggal ika, agar dapat memberikan contoh kepada para muridnya.

G. Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah Krisis Jati Diri


a. Tempatkan Kebudayaan sebagai Panglima Kebudayaan
Indonesia yang terbuka terhadap dunia luar bisa hilang ditelan aliran kebudayaan
asing jika tidak cermat menghadapinya. Keterpurukan Indonesia saat ini salah satu
sebabnya juga faktor budaya, termasuk lemahnya karakter. Karena itu, demi masa
depan, semua pihak harus bergandengan tangan untuk menempatkan “kebudayaan
sebagai panglima” di Indonesia.
Demikian benang merah seminar kebudayaan bertema “Belajar dari Bangsa Lain:
Perspektif Cross Cultural Fertilization”, di Universitas Gadjah Mada(UGM),
Yogyakarta. Seminar diselenggarakan kerjasama Nabil Society dengan jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM, harian Kompas, dan LP3ES. Pembicara dalam
seminar tersebut ialah Guru Besar Sejarah UGM, Bambang Purwanto, antropolog
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dewi Candraningrum, dan sejarawan Yayasan
Nabil, Didi Kwandana.
Menurut Candraningrum, dengan terbuka terhadap dunia luar, kebudayaan bisa
jadi tak lagi orisinal. Meskipun demikian, kebudayaan akan meramu, bercampur, dan
mengawinkan beragam unsur menjadi budaya hibrida. Bahkan, kebudayaan hibrida itu
terus tumbuh dan berkembang membangun identitas nasional.
Sesuatu yang hibrid adalah orisinal. “Lagi pula tidak ada kebudayaan dan
peradaban yang memulai dirinya dari nol. Peradaban saling memengaruhi, sambung-
menyambung, dan saling meninggalkan jejak,” kata Candraningrum.
Hanya saja, menurut Didi Kwandana, di Indonesia kebudayaan belum menjadi
panglima dalam menyelesaikan masalah bangsa. Beberapa negara seperti Korea
Selatan, Jepang, dan China telah memulainya dan menunjukkan hasil yang positif.
Selain bangsa lain mempelajari budaya mereka, kebudayaan tersebut mampu
memberikan nilai tambah ekonomi pada bidang industri kreatif dan pariwisata.
Penyerbukan Silang Antarbudaya(Cross Cultural Fertilization), menurut Didi,
bisa diusulkan sebagai strategi kebudayaan untuk memperbaiki karakter bangsa. Kita
memulainya dengan menggali berbagai budaya positif suku-suku bangsa di Indonesia.
Contohnya orang Kawanua yang luwes bergaul, orang Jawa yang rajin dan tahan
menderita, dan orang Padang yang hemat dan pekerja. “Dicampur dengan
mempelajari budaya-budaya positif dari China, Korsel, Jepang, maupun budaya barat
akan terbangun sebuah karakter bangsa Indonesia yang kuat,” tegasnya. Negara-
negara maju menyadari arti penting budaya sebagai “softpower” diplomasi. Maka
dibangunlah pusat-pusat kebudayaan - 241 - seperti Goethe-Institus(Jerman), Erasmus
Husi(Belanda), British Council(Inggris), Institut Francais Indonesia(Perancis), serta
Confucius Institute(China). “Negara lain juga mendirikan pusat kebudayaan di
Indonesia, seperti Italia, India, Jepang, Koreal Selatan, dan Amerika Serikat”.
b. Menegakkan pendidikan karakter baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat
Beberapa faktor penyebab rendahnya pendidikan karakter adalah pertama, sistem
pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih menekankan
pengembangan intelektual, misalnya sistem evaluasi pendidikan menekankan aspek
kognitif/ akademik seperti Ujian Nasional(UN). Kedua, kondisi lingkungan yang
kurang mendukung pembangunan karakter yang baik
1) Menegakkan pendidikan karakter di rumah
Melalui keteladanan dari ayah dan ibu di rumah. Begitu pentingnya keteladanan
sehingga Tuhan menggunakan pendekatan dalam mendidik umatnya melalui model
yang harus layak dicontoh. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keteladanan
merupakan pendidikan yang ampuh. Dalam lingkungan keluarga misalnya, orang
tua yang diamanahi berupa anak-anak, maka harus menjadi teladan yang baik bagi
anak-anak. Orang tua harus menjadi figur yang ideal bagi anak-anak dan harus
menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini. Jadi,
jika orang tua menginginkan anak-anaknya rajin beribadah, maka orang tua harus
rajin beribadah. Menginginkan anak tidak merokok, maka orang tua terlebih dahulu
memberi contoh seorang yang tidak perokok. Menginginkan anakanak rajin
membaca, maka orang tua terlebih dahulu rajin membaca. Tidaklah mudah untuk
menjadikan anak-anak gemar mencari ilmu(,) jika kedua orang tua lebih suka
melihat televisi daripada membaca, dan akan terasa susah untuk membentuk anak
yang mempunyai jiwa yang berkarakter. Keteladanan lebih mengedepankan aspek
perilaku dalam bentuk tindakan nyata daripada sekadar berbicara tanpa aksi.
Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak untuk melakukannya ke
arah hal itu
2) Menegakkan pendidikan karakter di sekolah
Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh
karena itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka
dan terbiasa membaca, meneliti, disiplin, ramah, berakhlak misalnya akan menjadi
teladan yang baik bagi siswanya, demikian juga sebaliknya. Sebagaimana telah
dikemukakan, yang menjadi persoalan adalah bagaimana menjadi sosok guru yang
bisa diteladani, karena agar bisa diteladani dibutuhkan berbagai upaya agar seorang
guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga ia memang patut dicontoh
siswanya. Memberi contoh atau memberi teladan merupakan suatu tindakan yang
sudah dilakukan guru, tetapi untuk menjadi contoh atau menjadi teladan tidaklah
mudah. Ada 7 hal yang perlu diperhatikan untuk bisa menjadi teladan:
a. Bisa diteladani baik dari cara bersikap, berpakaian, maupun bertutur kata.
b. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi. Kesiapan untuk dinilai berarti adanya
kesiapan menjadi cermin bagi dirinya maupun orang lain. Kondisi ini akan
berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat, karena ucapan, sikap, dan
perilaku menjadi sorotan dan teladan.
c. Memiliki kompetensi minimal Seseorang akan dapat menjadi teladan jika
memiliki ucapan, sikap, dan perilaku yang layak untuk diteladani. Oleh
karena itu, kompetensi yang dimaksud adalah kondisi minimal ucapan,
sikap, dan perilaku yang harus dimiliki seorang guru sehingga dapat
dijadikan cermin bagi dirinya maupun orang lain. Demikian juga bagi
seorang guru, kompetensi minimal sebagai guru harus dimiliki agar dapat
menumbuhkan dan menciptakan keteladanan, terutama bagi peserta
didiknya.
d. Memiliki integritas moral Integritas moral adalah adanya kesamaan antara
ucapan dan tindakan atau satunya kata dan perbuatan. Inti dari integritas
moral adalah terletak pada kualitas istiqomahnya. Sebagai pengejawantahan
istiqomah adalah berupa komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang
diembannya.
e. Guru sebagai cermin Guru yang dapat diteladani berarti ia dapat juga
menjadi cermin orang lain. Cermin secara filosofi memiliki makna yaitu,
tempat yang tepat untuk introspeksi. Jika kita bercermin, maka kita akan
melihat potret diri kita sesuai dengan keadaan yang ada. Sebagai guru, kita
harus siap menjadi tempat mawas diri, koreksi diri, atau introspeksi. Untuk
itu, kita harus siap menjadi curahan. Menerima dan menampakkan apa
adanya Cermin memiliki karakteristik bersedia menerima dan
memperlihatkan apa adanya. Untuk iu, hal ini dapat dimaknai sebagai
pribadi yang memiliki sifat-sifat, seperti sederhana, jujur, objektif, jernih,
dan lain-lain. Menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun Cermin
memiliki karakteristik bersedia menerima kapanpun dan dalam keadaan
apapun. Artinya, sebagai pendidik harus memiliki sifat-sifat, seperti jiwa
pengabdian, setia, sabar, dan lain-lain. Tidak pilih kasih atau tidak
diskriminatif Cermin memiliki sifat tidak pernah pilih-pilih, siapa saja yang
mau bercermin pasti diterima. Artinya cermin memiliki sifat tidak pilih
kasih, tidak membeda-bedakan, atau tidak pernah diskriminatif. Oleh karena
itu, sebagai guru harus memiliki jiwa mendidik kepada siapapun tanpa
pandang bulu, semua anak(manusia) apapun kondisinya harus dididik, tanpa
kecuali. Bahkan kita tidak dibenarkan memisah-misahkan atau memilih-
milih kondisi siswa(exclusive), tetapi kita dalam mendidik harus bersifat
inklusif(inclusive). Pandai menyimpan rahasia Cermin tidak pernah
memperlihatkan siapa yang telah bercermin kepadanya, baik yang
bercermin itu kondisinya baik atau buruk. Berarti cermin memiliki sifat
pandai menyimpan rahasia. Sebagai guru yang pandai menyimpan rahasia
berarti ia juga memiliki sifat-sifat(,) seperti ukhuwah atau persaudaraan,
peduli, kebersamaan, tidak menjatuhkan, tidak mempermalukan orang lain,
mengorangkan, dan lainlain.

3) Sopan santun berbahasa


Pentingnya sopan santun berbahasa (Masnur Muslich 06 Maret 2010). Pepatah
mengatakan bahasa menunjukkan bangsa, bahasa menunjukkan identitas kita.
Dalam UUD 1945 pasal 36 mengamanatkan dengan jelas bahwa “Bahasa negara
adalah Bahasa Indonesia. Jangan sampai kita mengingkari amanat tersebut.
Sekarang saat yang tepat untuk mengampanyekan kembali sopan santun berbahasa,
baik dalam media elektronik, media cetak, atau dalam kehidupan sehari-hari. Jati
diri bangsa bisa terlihat dari pengguna bahasa Indonesia, rasa memiliki sehingga
apabila ada pengguna bahasa Indonesia yang mencampuradukkan dengan bahasa
asing kita hendaknya bisa menegur atau memperbaiki. Namun dalam kehidupan
sehari-hari kita melihat orang lebih suka menggunakan bahasa asing atau bahasa
gaul yang cenderung tidak santun. Sopan santun berbahasa merupakan sikap
hormat penutur kepada mitra tutur yang diwujudkan dalam tuturan yang sopan dan
tuturan yang sopan dan tuturan yang sopan dilahirkan dari sikap yang hormat pada
orang lain. Hal ini yang dapat mengembalikan jati diri bangsa Indonesia sehingga
terwujud bangsa yang kuat, bersatu, sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Karena
jati diri bangsa adalah proses penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur
yang tercermin dari sikap sopan dalam penggunaan bahasa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Ciri manusia Indonesia adalah munafik, enggan bertangggungjawab atas
perbuatannya, feodal, percaya takhyul, artistik, dan lemah karakternya.
Meskipun yang disebutkan adalah ciri negatif, namun cukup banyak juga
ciri-ciri manusia Indonesia yang bersifat positif seperti lemah lembut, sopan,
penuh kasih sayang, murah senyum, adalah beberapa diantara ciri positif
yang dikemukakannya.
2. Jati diri bangsa Indonesia dalam pancasila yaitu Bangsa indonesia mengakui
bahwa kehidupan bangsa ini berada dalam pemeliharaan tuhan yang maha
esa, manusia sebagai makhluk yang beradap memiliki tuhan dan
mengetahuinya dalam keyakinan dan kepercayaan, sebagai makhluk yang
memiliki tuhan dan mengakuinya dalam keyakinan, kepercayaan dan
memiliki martabat yang sama sebagai makhluk ciptaan tuhan maka perlu
diusahakan persatuan sebagai suatu bangsa dimana setiap manusia menjadi
pribadi yang dihormati, dijaga, dan lindungi oleh bangsanya sendiri, Jati Diri
Pancasila Keempat adalah diterangi oleh kebijaksanaan tuhan dan
terwujudnya dalam pengambilan keputusan yang benar dan kebijaksanaan
tanpa mengorbankan rakyat dan bangsa, Jati Diri Pancasila kelima adalah
seluruh rakyat indonesia yang memiliki Indonesia sebagai bangsa harus
merasakan perlindungi dan kesajahteraan yang sama.
B. Saran
Sudah seharusnya kita sebagai calon guru mencerminkan jati diri orang indonesia
berdasarkan pancasila. Agar nantinya kita dapat memberikan teladan yang baik
bagi peserta didik kita.
DAFTAR PUSTAKA

Furqon, Hidayatullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.


Yuma Pustaka : UNS Press.
Handayani, Utami. Membangun Jati Diri Bangsa Melalui Budaya, Pendidikan, Karakter,
dan Sopan Santun Berbahasa. SMPN 2 Sukoharjo.
Kusningsih, Sri Heny. Kontribusi Pendidikan Karakter Bangsa dalam Membangun Jati
Diri Siswa.
Lubis, Mochtar. 2013. Manusia Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
http://www.asepsetiawan.com/archives /450
Pranadji, Tri. 2003. Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan. PSE. Bogor.
Praptomo, Baryadi. 2011. Teori-teori Sopan Santun dalam Berbahasa. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol.4. nomor 1. Hal 1-2.
Setiawan, Asep. 2008. Memperkuat Kualitas Manusia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai