Disusun Oleh :
Kelompok 3
Arin Azzah Atiqoh (22322299151)
Juwita (22322299127)
Tri Herbaning Tiyas W.N(22322299118)
Sekarang bangsa ini mulai menyadari kembali, bahwa karakter bangsa sebagai
pemersatu seluruh rakyat ini, kurang terawat dan kurang diperhatikan, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menurunkan wibawa bangsa ini, di samping
tuntutan zaman agar menjadi bangsa yang tangguh dalam menghadapi persaingan global
di dunia internasional, maka dirasakan perlunya kebijakan nasional pembangunan
kembali ke Karakter Bangsa.
Jati Diri bangsa akan tampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan
dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat
dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan
pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan
sosialitas. Membangun jati diri bangsa Indonesia berarti membangun jati diri setiap
manusia Indonesia, yang tidak lain adalah membangun manusia pancasila. Jati diri akan
menampakkan wajahnya dalam bentuk sikap dan perilaku subyek, individu atau entitas
terhadap tantangan yang dihadapinya. Membangun jati diri bangsa Indonesia berarti
membangun jati diri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun
karakter manusia Indonesia. Sasaran utama dalam pembangunan jatidiri bangsa dan
karakter adalah para pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat. Bila
para pendidik, tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki
karakter dan jatidiri seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera
mengikutinya
Masalahnya, ada kekhawatiran bahwa jatidiri kita sudah mulai tergerus baik
karena faktor eksternal yang merupakan konsekuensi dan globalisasi maupun karena
faktor internal yang berkembang dan proses-proses kehidupan bernegara dalam segala
bidang. Secara eksternal karena kita ini berada di tengah-tengah dunia internasional yang
jika dilihat dan sudut hubungan antar negara mempunyai geopolitiknya masing-masing
maka kita memang terkepung oleh situasi yang bisa mempengaruhi jati diri kita.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana ciri manusia indonesia?
2. Bagaimana kaitan jati diri orang indonesia dengan pancasila?
3. Bagaimana peran pendidikan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia yang lebih
baik?
4. Bagaimanakah Jati diri orang Indonesia dalam bhineka tunggal ika (adil inklusif) ?
5. Apa saja ciri-ciri guru indonesia ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui ciri manusia indonesia.
2. Mengetahui kaitan jati diri orang indonesia dengan pancasila?
3. Mengetahui pendidikan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia yang lebih
baik.
4. Mengetahui Jati diri orang Indonesia dalam bhineka tunggal ika.
5. Mengetahui Apa saja ciri-ciri guru indonesia.
BAB II
ISI
Secara harfiah, identitas adalah jati diri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat
pada seseorang, suatu organisasi, kelompok atau suatu negara yang membedakan dengan
yang lainnya. Identitas ini bisa secara fisik dan non fisik. Identitas bisa dinyatakan secara
sadar dengan menjelaskan tentang tentang dirinya atau diungkapkan oleh seseorang atau
kelompok lainnya. Artinya identitas nasional adalah identitas yang melekat pada
individu, suatu kelompok yang lebih besar dan diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya,
adat istiadat, agama dan bahasa daerah atau berupa kesamaan secara non fisik seperti
keinginan, harapan, cita- cita dan tujuan (Hilmi and Pati 2015).
Identitas nasional ini adalah sesuatu yang dinamis atau akan selalu berubah dan
terbuka untuk diberi suatu makna yang baru sesuai dengan perubahan dan tantangan
zaman. Identitas nasional merupakan suatu kelompok yang memiliki ciri dan melahirkan
tindakan secara kolektif yang disebut sebutan nasional. Identitas nasional itu sebagai jati
diri,ciri khas, sifat yang tumbuh dan berkembang di suatu negara bangsa sehingga
menjadikannya berbeda dengan negara bangsa lainnya. Berdasarkan hal tersebut setiap
bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional tersendiri yang sesuai dengan ciri khas
dari bangsa tersebut (Nasional 2007).
Jati diri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat esensial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jati diri bangsa sama saja dengan
kehilangan segalanya, bahkan berakibat terleminasi dari bangsa-bangsa lain. Oleh karena
itu, bila kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara oleh bangsa-
bangsa dalam peraturan internasional, perlu menjaga eksistensi dan kokohnya jatidiri
bangsa. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter
yang kokoh dan tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara dengan
berhasil baik. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jati diri setiap
manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun karakter manusia Indonesia.
Sasaran utama dalam - 237 - pembangunan jati diri bangsa dan karakter adalah para
pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat. Bila para pendidik,
tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki karakter dan jatidiri
seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera mengikutinya. Suatu realitas
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat ikutan. Jati diri bangsa, berarti
ciri-ciri atau identitas yang melekat pada suatu bangsa. Jati diri bangsa Indonesia adalah
ciri khas yang melekat dan merupakan identitas bangsa Indonesia, yang membedakannya
dengan bangsa lain. Jati diri bangsa Indonesia adalah pancasila. Kita ambil nilai-nilai,
budaya yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, kita tolak yang
bertentangan dengan Pancasila. Hanya dengan jalan mengimplementasikan Pancasila
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara,
A. Ciri Manusia Indonesia
Secara kontroversial pada tahun 1977 Mochtar Lubis menyebut manusia
Indonesia sebagai Munafik, enggan bertangggungjawab atas perbuatannya, feodal,
percaya takhyul, artistik, dan lemah karakternya. Setelah waktu berjalan lebih dari 30
tahun, dinilai perlu untuk mengkaji apakah benar ciri-ciri manusia Indonesia adalah
seperti itu. Namun pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah
berdasarkan pengalaman dan observasi serta prasangka yang digeneralisasi.
Ciri manusia Indonesia menurut pendapat Lubis(2013) :
1. Ciri pertama manusia Indonesia adalah hipokrit atau munafik.
Di depan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka, tapi
kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi prostitusi. Kalau ditawari
sesuatu akan bilang tidak namun dalam hatinya berharap agar tawaran tadi bisa diterima.
Banyak yang pura-pura alim, tapi begitu sampai di luar negeri lantas mencari nightclub
dan pesan perempuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi,
tapi dia sendiri seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap
asal bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive.
2. Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan
menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat
membela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.”
3. Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal.
Sikap feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam
hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi
ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini,
yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik
terhadap atasan.
4. Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul.
Manusia Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai
kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua
untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia, termasuk memberi
sesajen.
”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan baru, Tritura, Ampera, Orde
Baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan
pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita
membikin takhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul baru,
juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi takhayul dan
lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau
GDP.”
5. Ciri kelima, manusia Indonesia artistik.
Karena dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri,
dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang
dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.
6. Ciri keenam, manusia Indonesia, tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus
dan berpesta.
Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi miliuner
seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar sarjana supaya dapat
pangkat. Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat
dengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa.
Secara berimbang sebenarnya Lubis juga menyampaikan bahwa cukup banyak
juga ciri-ciri manusia Indonesia yang bersifat positif. Lemah lembut, sopan, penuh kasih
sayang, murah senyum, adalah beberapa diantara ciri positif yang dikemukakannya.
Namun Lubis lebih memberikan penekanan pada ciri-ciri yang dinilai perlu diperbaiki di
masa depan, agar secara sistenatik bangsa in benar-benar menuju pencitraan bangsa yang
memang dapat membawakan diri secara pantas di percaturan dunia. Hal ini terutama
mengingat kala itu sudah terindikasikan bahwa pada masa mendatang jejaring interaksi
yang bernuansa global akan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan adanya.
Terkait dengan pernyataan Lubis, Setiawan (2008) justru menemukan bahwa
banyak manusia Indonesia yang berkualitas tinggi, terutama mereka yang mendalami
bidang-bidang teknologi, sosial, dan budaya. Hal ini akan dapat menjadi modal bagi
manusia Indonesia untuk tampil di gelanggang ataupun percaturan internasional. Namun,
Setiawan juga mengakui bahwa mental “main Terabas” yang masih menjadi ciri
beberapa manusia Indonesia haruslah dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan.
Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Prayoto (2004) yang menyatakan bahwa tingkat
kesejahteraan suatu bangsa tampaknya sangat tergantung pada kemampuannya
menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan hal ini ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia.
Sukmadji (2010) menambahkan bahwa di Indonesia tidak kurang terdapat 316
suku bangsa. Dengan berbagai faktor pendorongnya, interaksi dari begitu banyak suku
bangsa itu dapat berjalan baik. Namun demikian gambaran sosial yang ada pada era
sekarang adalah jauh sekali dengan budaya Bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang
telah memiliki potensi yang besar sebagai bangsa yang santun. Diduga bahwa faktor
lingkunganlah yang telah menjadi pendorong terjadinya situasi itu.
Setelah waktu berjalan lebih dari 30 tahun sejak Lubis mengemukakan
pendapatnya, terjadi berbagai perubahan dan perkembangan di Indonesia maupun di
tataran global. Adanya perubahan dan perkembangan mendasar dalam bidang 3 T
(teknologi, transportasi, dan telekomunikasi) telah banyak mempengaruhi kehidupan
masyarakat, baik dalam pola hidup sehari-hari, maupun dalam berperilaku.
Berdasarkan adanya berbagai 74 perkembangan tersebut, apakah kemudian terjadi
pula perubahan dalam karakteristik atau ciri-ciri manusia Indonesia, apakah ciri-ciri
manusia Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Lubis betul adanya ataukah terjadi
perubahan ciri-ciri dalam pandangan manusia Indonesia sendiri. Menunjukkan bahwa
kehidupan manusia Indonesia berada dalam situasi yang sangat tidak menyenangkan.
Diperlukan langkah-langkah konkrit dan terpadu antara semua pihak yang terkait
untuk dapat mengembalikan citra kesopanan dan kesantunan yang dinilai telah memudar,
atau bahkan telah hilang dari kehidupan manusia Indonesia akhir-akhir ini. Diperlukan
upaya-upaya khusus untuk dapat mengembalikan ciri-ciri manusia Indonesia yang lebih
bersifat positif. Ciri-ciri yang bernuansa kesopanan dan kesantunan dinilai perlu
diprioritaskan untuk dapat kembali menjadi ciri manusia Indonesia.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. UU
Sisdiknas Pasal I tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
dan akhlak mulia. UU tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang
bernilai luhur bangsa serta agama.
Berbagai Upaya dilakukan pendidik melalui pembelajaran yang juga disertai
dengan pendidikan karakter di dalam penyampaiannya, diharapkan mampu membawa
pendidikan karakter untuk masuk ke dalam diri peserta didik dan merubah karakter
bangsa kita menuju jati diri orang Indonesia yang lebih baik.
1. Kebhinnekaan ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan
jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dari
Papua Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir
tebal dan kulit hitam. Ras weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang
Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil,
kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain itu ada Ras Malayan Mongoloid
berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan
Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo
matang.
Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan karena tiap ras
saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul. Kebhinnekaan Suku
Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau -
pulau terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau/wilayah memiliki
keunikan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa.
Adanya kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda
tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan persatuan.
2. Kebhinnekaan agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah
membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan agama di
Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu
serta aliran kepercayaan. KeBhinnekaan agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan
semangat persatuan dan semboyan Bhinneka tunggal ika konflik tersebut dapat dikurangi
dengan cara saling toleransi antar umat beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk
menganggap agamanya yang paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai
perbedaan sehingga dapat hidup rukun saling berdampingan dan tolong menolong di
masyarakat
3. Kebhinnekaan Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar. Budaya memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM kearah
yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinnekaan budaya
di Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern tanpa
menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun, kekeluargaan
dan gotong royong. Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat
tanpa saling merendahkan satu sama lain.
Walaupun bangsa kita berbeda dan beragam dalam hal suku bangsa, mata
pencaharian, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ras/keturunan
serta gender tetapi harus tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus dapat menerapkan persatuan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan
yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit
dan lain-lain. tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan
terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang setiap
orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli
kepentingan bersama. Bila hal tersebut terjadi di negara kita ini akan terpecah belah, oleh
sebab itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan
bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan
bangsa ini memerlukan perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu
kita dalam menyatukan wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.
1. Perilaku inklusif. salah satu prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau
kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari
masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam
kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang
lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna bagi
kehidupan bersama.
2. Sikap rukun dan damai Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan
masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat,
tidak memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok
dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar
mewujudkan kedamaian dan rasa aman.
3. Musyawarah untuk mencapai mufakat Dalam rangka membentuk kesatuan dalam
keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.”
Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini
hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan
cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4. Sikap kasih sayang dan rela berkorban Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang.
Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai
harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal
Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Ciri manusia Indonesia adalah munafik, enggan bertangggungjawab atas
perbuatannya, feodal, percaya takhyul, artistik, dan lemah karakternya.
Meskipun yang disebutkan adalah ciri negatif, namun cukup banyak juga
ciri-ciri manusia Indonesia yang bersifat positif seperti lemah lembut, sopan,
penuh kasih sayang, murah senyum, adalah beberapa diantara ciri positif
yang dikemukakannya.
2. Jati diri bangsa Indonesia dalam pancasila yaitu Bangsa indonesia mengakui
bahwa kehidupan bangsa ini berada dalam pemeliharaan tuhan yang maha
esa, manusia sebagai makhluk yang beradap memiliki tuhan dan
mengetahuinya dalam keyakinan dan kepercayaan, sebagai makhluk yang
memiliki tuhan dan mengakuinya dalam keyakinan, kepercayaan dan
memiliki martabat yang sama sebagai makhluk ciptaan tuhan maka perlu
diusahakan persatuan sebagai suatu bangsa dimana setiap manusia menjadi
pribadi yang dihormati, dijaga, dan lindungi oleh bangsanya sendiri, Jati Diri
Pancasila Keempat adalah diterangi oleh kebijaksanaan tuhan dan
terwujudnya dalam pengambilan keputusan yang benar dan kebijaksanaan
tanpa mengorbankan rakyat dan bangsa, Jati Diri Pancasila kelima adalah
seluruh rakyat indonesia yang memiliki Indonesia sebagai bangsa harus
merasakan perlindungi dan kesajahteraan yang sama.
B. Saran
Sudah seharusnya kita sebagai calon guru mencerminkan jati diri orang indonesia
berdasarkan pancasila. Agar nantinya kita dapat memberikan teladan yang baik
bagi peserta didik kita.
DAFTAR PUSTAKA