Karakter Bangsa
Oleh :
Afrizal Muhammad Lazuardi
151220040
1. Pengertian Karakter
Karakter ini berasal dari kata Yunani “kasiro” yang berarti “rencana”, “format dasar”,
“cetak” seperti sidik jari. Dalam hal ini, karakter diberikan atau sesuatu yang sudah ada dari
alam. Mounier (1956) mengusulkan dua interpretasi untuk mendefinisikan karakter. Dia
menganggap karakter ada dua hal, yang pertama adalah seperangkat kondisi yang diterima
begitu saja, atau hanya ada dalam diri kita, karakter tersebut dianggap sudah ada atau esensial
(sudah ada). Kedua, kepribadian juga dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan yang
dengannya seseorang dapat mengendalikan situasi. Karakterisasi seperti itu disebut proses
menginginkan (menginginkan).
Karakter seseorang dapat memiliki arti psikologis dan etis yang dapat kita lihat dari
tingkah lakunya. Dalam psikologis, karakter adalah sifat-sifat yang terlihat jelas dan seolah-
olah mewakili pribadinya. Berkarakter berarti memiliki prinsip dalam arti moral di mana
perbuatannya atau tingkah lakunya dapat dipertanggungjawabkan dan teguh.
Karakter juga dikenal sebagai watak, adalah segala dari semua ciri kepribadian
permanen seseorang sehingga menjadi "karakteristik" khusus untuk membedakan satu orang
dari yang lain. Watak atau budi pekerti muncul dari perkembangan dasar yang telah
dipengaruhi oleh pengajaran. Makanya disebut pendidikan karakter. Yang disebut dasar
adalah potensi dasar atau bakat yang diperoleh seseorang yang menjadi esensial. Sedangkan
yang disebut “pengajaran” adalah seperangkat ciri pendidikan dan pengajaran yang dapat
menghasilkan kecerdasan. Menurut Ki Hadjar Dewantara (1977: 408) dalam jiwa karakter ini
terdapat keseimbangan yang konstan antara kehidupan batinnya. Seseorang dengan segala
macam perbuatannya. Karena itu, ia tampil sebagai "tangga" atau "sendi" dalam hidupnya,
yang kemudian menciptakan kepribadian manusia yang unik.
2. Pengertian Karakter Bangsa
Dapat disimpulkan bahwa karakter bangsa adalah ciri khas dan sikap suatu bangsa
yang tercermin pada tingkah laku dan pribadi warga suatu negara. Ciri khas dan sikap
tersebut dapat muncul atau terpengaruhi karena oleh sesuatu yang sudah ada atau oleh
sesuatu yang di dapat dengan sengaja yang diusahakan negara/pemerintah) demi kemajuan
bangsanya. Oleh karena itu, karakter bangsa sangat bergantung pada kemauan politik
pemerintah atau pemimpin suatu negara, karena keberanian nasional selain karena apa yang
diberikan tetapi juga karena ingin memiliki, yaitu mendapatkan dan dibangun sejalan dengan
visi suatu negara. Sejarah telah menuntut para founding fathers untuk meletakkan dasar dan
dasar negara yang sudah menjadi ciri bangsa, yang penting berkembang dan bertransformasi
menjadi milik seluruh warga negara Indonesia.
Menurut Wibison (1998:8) Karakter bangsa meliputi nasionalisme dan cinta tanah air.
Untuk eksis sebagai bangsa, warga negara harus memiliki apa yang disebut rasa memiliki dan
nasionalisme tertentu. Oleh karena itu, dari segi fungsional, bangsa ini lebih baik. Artinya,
setiap warga negara harus memiliki pengetahuan umum bahwa ia membentuk komunitas
politik tertentu, yang kehadiran dan perannya dibutuhkan oleh warga negara dan sebaliknya,
mereka tidak dapat memenuhi tugasnya tanpa warga negara lainnya. Dapat dikatakan pula
bahwa dinamika kehidupan berbangsa harus mencakup nilai-nilai partisipasi dan adaptasi.
B. Dasar-Dasar Aturan Hukum yang Terkait dengan Pembangunan Karakter Bangsa
Indonesia
Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan kedua yang harus
menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma konstitusional UUD 1945.
Nilai-nilai universal yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan
menjadi norma konstitusional bagi negara Republik Indonesia.
Dalam Batang Tubuh UUD 1945 juga terdapat norma-norma konstitusional yang
mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, pengaturan hak asasi manusia
(HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan tentang perubahan UUD 1945 yang
semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh warga negara Indonesia. Oleh karena itu,
dalam pengembangan karakter bangsa, norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi
landasan yang harus ditegakkan untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.
Landasan selanjutnya dalam pembangunan karakter bangsa adalah semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan itu bertujuan menghargai perbedaan/keberagaman, tetapi
tetap bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki kesamaan sejarah
dan kesamaan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang ―adil dalam kemakmuran‖ dan
―makmur dalam keadilan‖ dengan dasar negara Pancasila dan dasar konstitusional UUD
1945. Keberagaman itu harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan
yang bersifat kodrati dan alamiah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa bukan untuk
dipertentangkan, apalagi dipertantangkan (diadu antara satu dengan lainnya) sehingga
terpecahbelah. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus dapat menjadi
penyemangat bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan karakter bangsa adalah
komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karakter yang dibangun
pada manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh
komitmen terhadap NKRI, bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi
menggoyahkan NKRI. Oleh karena itu, rasa cinta terhadap tanah air (patriotisme) perlu
dikembangkan dalam pembangunan karakter bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan
menjunjung tinggi HAM sebagai bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam
bingkai menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk
memecah belah bangsa dan NKRI. Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi
pijakan dalam pembangunan karakter bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.
Mounier, Emmanuel. 1956. The Character of Man. Translate Into English by Cynthia
Rowland. New York: Harper dan Brothers.