BAB II
IDENTITAS NASIONAL
Komptensi
Mahasiswa dapat memahami makna identitas nasional
Indonesia yang mempunyai ciri khas, yang membedakannya
dengan bangsa lainnya.
Dengan mempelajari Identitas Nasional ini , Mahasiswa
akan dapat kompetensi :
a. Memahami, dapat menjelaskan dan menilai karakteristik
identitas nasional melalui berbagai asal usul bangsa, agama
dan budaya Indonesia.
b. Memahami dan dapat menjelaskan perjuangan menjadi
bangsa dan Negara Indonesia.
c. Memahami dan dapat menjelaskan nasionalisme dalam
upaya integrasi bangsa dan menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta mengetahui
perkembangan identitas nasional dalam menghadapi
globalisasi.
d. Mahasiswa trampil dalam menyatakan buah pikirannya
mengenai pelbagai aspek tentang identitas nasional, mampu
menganalisa keadaan masyarakat dan bangsanya, dalam
suatu kerangka berpikir nasionalisme Indonesia
63
IDENTITAS NASIONAL
1. Latar belakang
Jauh sebelum di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, di kepulauan nusantra ini telah berdiri
kerajaan-kerajaan yang sangat kuat dan bahkan terkenal ke luar pulau
nusantara, kerajaan tersebut antara lain Sriwijaya dan majapahit,
bahkan kerajaan majapahit itulah yang mecetuskan suatu pernyataan
politik tentang konsep kewilayahan yang menyatakan kekuasaan
wilayah kerajaan majapahit yang sangat luas, yaitu mencakup kerajaankerajaan yang terdapat di kepulauan nusantara sendiri, yang terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa dan adat istiadat. Juga mencakup
hingga ke Negara-negara di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sekarang, walaupun diakui bahwa wilayah NKRI secara sah
menurut hukum bukan merupakan konsep politik tentang wilayah
Negara seperti apa yang dicetuskan kerajaan Majapahit. Pada tanggal
20 Mei 1908 yang ditandai lahirnya Budi Utomo, rakyat Negara
kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa dan berbagai
macam perbedaan lainnya tersebut, telah menampakkan ciri dan sifat
perjuangan yang menasional, yang disebut pula sebagai era
kebangkitan nasional, karena pada saat itu rakyat dan bangsa
Indonesia tumbuh kesadarannya sebagai bangsa dengan dimulainya
perjuangan bangsa melalui kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa
dalam wadah organisasi secara modern yaitu Budi Utomo. Lebih jauh,
pada kongres Pemuda II yang berlangsung dari tanggal 27-28 Oktober
1928 dicetuskanlah Sumpah Pemuda yang memperlihatkan wawasan
kebangsaan dalam tekad dan keinginan membangun persatuan dan
kesatuan, karena menyadari adanya kebhinekaan dan keragaman
budaya, agama, etnis dan suku yang akhirnya menuju kepada
perjuangan kemerdekaan nasional.
Setelah melalui kurun sejarah,
dengan berbagai tahap pewrjuangan yang sangat gigih mengusir
penjajah, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia
menyatakan Kemerdekaannya dan berikrar untuk bersatu dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
dan berdaulat.
64
65
66
berasal dari bangsa itu sendiri atau meliputi diri bangsa. Dengan
demikian maka Identitas nasional merupakan Jatidiri dari Bangsa itu.
2.1 Jatidiri
Jatidiri yang merupakan terjemahan identity adalah suatu kualitas
yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa
sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan
individu atau entitas yang lain. Kualitas yang menggambarkan suatu
jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau
entitas dimaksud. Jatidiri akan mempribadi dalam diri individu atau
entitas yang akan selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan
perilaku individu dalam menghadapi setiap permasalahan.
Dalam mengadakan reaksi terhadap suatu stimulus, individu tidak
secara otomatis mengadakan respons terhadap stimulus tersebut,
tetapi organisme atau individu yang bersangkutan memberikan warna
bagaimana respons yang akan diambilnya. Setiap organisme memiliki
corak yang berbeda dalam mengadakan respons terhadap stimulus
yang sama. Hal ini disebabkan oleh jatidiri yang dimiliki setiap
organisme, individu atau entitas, meskipun dapat saja respons ini
disadari atau tidak.
Meskipun diakui dalam perjalanan hidupnya suatu individu dalam
menghadapi permasalahan mengalami perkembangan dan perubahan
dalam mengadakan reaksi terhadap suatu permasalahan yang
berulang, tetapi pada hakikatnya selalu bersendi pada kualitas dasar
yang telah mempribadi, yang menjadi jatidiri individu dimaksud.
Adanya jatidiri pada suatu individu, khususnya manusia, memang
merupakan karunia Tuhan. Suatu bukti menunjukkan bahwa setiap
manusia memiliki ciri khusus secara fisik dalam bentuk sidik jari, dan
DNA . Sehingga dianggap wajar dalam segi mental manusia juga
memiliki ciri khusus yang membedakan manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Sehingga mendudukkan manusia sesuai dengan
67
Negara-Bangsa
Konsep negara-bangsa diduga baru lahir sekitar abad kesembilanbelas, mulai berkembang di Eropa, dan Amerika Utara,
melebarkan sayapnya ke Amerika Latin dan Asia, dan kemudian ke
Afrika. Bangsa, baru dikenal pada abad ke 19. Memang sebelum masa
itu telah terdapat masyarakat yang mungkin sangat maju dan sangat
berkuasa, tetapi tidak mencerminkan adanya suatu bangsa. Yang
dikenal pada waktu itu adalah faham keturunan yang kemudian
menciptakan dinasti-dinasti dan wangsa, yang berarti keluarga. Baru
68
69
70
2)
3)
4)
2)
3)
71
72
73
74
75
76
77
4.
Kepribadian
(identity)
yang
lenyap
disebabkan
ditiadakandimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah kolonial
Belanda.
5.
Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan
inspirasi dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit
semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan
martabatnya di tengah bangsa Konsepnya itu didasarkan atas
pengamatannya terhadap sejarah Indonsia khususnya sejak masa
penjajahan. Ia jelas sekali menerima beberapa pandangan yang
dikemukakan oleh Ernest Renan.
Notonagoro, seorang ahli falsafah dan hukum terkmuka dari Universitas
Gajah Mada, mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks
Pancasila bersifat majemuk tunggal (bhinneka tunggal ika). Unsurunsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam
perjalanan sejasrahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya,
Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga akhirnya
muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka
nasionalisme mula pertama dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
78
b.
Kesatuan Nasib. Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki
persamaan nasib, yaitu penderitaan selama masa penjajahan dan
perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan bersamasama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat
memproklmasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya masa
pendudukan tentara Jepang.
c.
Kesatuan Kebudayaan. Walaupun bangsa Indonesia memiliki
keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda,
namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang
serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar
yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.
d.
Kesatuan Wilayah. Bangsa ini hidup dan mencari
penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.
e.
Kesatuan Asas Kerohanian. Bangsa ini memiliki kesamaan
cia-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu
maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau negara,
Soepomo dan Mohamad Yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia
menganut paham integralistik, dalam arti bahwa negara yang didiami
bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur
yang menyusunnya. Paham integralistik mengandaikan bahwa negara
harus mengatasi semua golongan. Notonagoro di lain hal mengusulkan
agar NKRI menjadi negara yang berasaskan kekeluargaan, tetapi
diartikan keliru oleh Suharto dan rezimnya selama lebih 30 tahun.
Sampai sekarang tampaknya kita masih gamang akan memilih paham
yang mana untuk menentukan masa depan negara kita. Kita juga belum
tahu bagaimana menempat kebudayaan penduduk Nusantara yang
bineka itu, yang multi-etnik, multi-budaya dan multi-agama, dalam
rangka negara persatuan.
3.5
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yaitu rasa
persatuan dan kesatuan yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan social yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan
aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam
menghadapi tantangan sejarah masa kini.
Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita kebangsaan berkembang
79
80
5)
81
b.
82
pertanyaan mengapa Pancasila yang mengandung prinsipprinsip dan nilai-nilai yang baik dan benar, dalam prakteknya
membawa berbagai bencana?
c. Terjadinya fobi dalam masyarakat terhadap pengalaman masa
lampau yang mengangkat Pancasila menjadi ideologi bangsa
untuk kemudian disakralkan dan dijadikan tameng bagi para
penguasa. Pancasila dipergunakan oleh penguasa untuk
mempertahankan kemapanan dan status quo. Sebagai akibat
terjadilah penyimpangan-penyimpangan tindakan pada para
penguasa dalam menentukan kebijakannya yang tidak sesuai
lagi dengan hakikat Pancasila itu sendiri.
Hal-hal tersebut di atas yang di antaranya menyebabkan orang
enggan untuk membicarakan ideologi, termasuk ideologi Pancasila.
Sebagian orang beranggapan bahwa yang penting, pada dewasa
ini, adalah bagaimana membawa rakyat dan bangsa Indonesia
mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Yang diperlukan adalah
langkah nyata untuk mencapai maksud tersebut. Nampaknya
mereka lupa, bahwa sikap semacam itu berdasar pada suatu
ideologi tertentu juga.
Namun dewasa ini orang mulai memasalahkan Pancasila lagi,
karena dengan berlangsungnya reformasi yang dilanda oleh
berbagai faham atau ideologi seperti demokrasi yang bersendi pada
faham kebebasan yang individualistik, dan hak asasi manusia
universal, justru mengantar rakyat Indonesia kepada disintegrasi
bangsa dan dekadensi moral. Orang mulai menilai lagi bahwa
kejatuhan dari orde-orde terdahulu bukan karena orde tersebut
menetapkan
Pancasila
sebagai
dasar
bagi
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tetapi diduga karena
orde-orde tersebut menyalah-gunakan Pancasila sekedar sebagai
alat untuk mempertahankan hegemoninya, sehingga Pancasila tidak
dilaksankan secara konsisten.
Analisis
berbagai
pihak
juga
berkesimpulan,
apabila
penyelenggaraan pemerintahan tidak melaksanakan Pancasila
83
84
85
PEMANTAPAN
86
87
membedakan yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk,
yang adil dan zalim, dsb. Manusia selalu mengusahakan yang
terbaik bagi dirinya, menghendaki perlakuan yang adil. Untuk
mencapai hal tersebut manusia berusaha untuk menciptakan polapola fikir dan tindak yang bermanfaat bagi dirinya tanpa merugikan
atau mengganggu pihak lain. Manusia didudukkan dalam
kesetaraan; hak-haknya dihormati tanpa mengabaikan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang wajib mengemban missi yang
dilimpahkan oleh Tuhan kepadanya. Manusia didudukkan sesuai
dengan harkat dan martabatnya sesuai dengan bekal-bekal dan
kemampuan-kemampuan yang dikaruniakan oleh Tuhan. Hanya
dengan cara demikian maka manusia diperlakukan dengan
sepatutnya secara beradab.
3) Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia
akan berhadapan dengan manusia lain sebagai individu, dengan
berbagai jenis kelompok atau golongan, dengan suatu kelompok
khusus yang disebut negara-bangsa, dan dengan masyarakat
dunia. Dalam hubungan ini pasti akan timbul kepentingankepentingan tertentu, dan masing-masing unsur berusaha untuk
menonjolkan dan memperjuangkan kepentingannya. Bagi bangsa
Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila, berusaha untuk
mendudukkan setiap unsur pada peran dan fungsinya secara
selaras atau harmonis. Yang diutamakan bukan kepentingan
masing-masing unsur namun terpenuhinya kepentingan dari
semua unsur yang terlibat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4) Dewasa ini negara-negara di dunia sedang dilanda oleh demam
demokrasi. Masing-masing negara berusaha untuk membuktikan
dirinya sebagai negara demokrasi. Namun bila kita cermati, maka
pelaksanaan demokrasi di berbagai negara tersebut berbedabeda.
Oleh karena itu suatu negara-bangsa yang ingin
memberikan makna demokrasi sesuai landasan filsafat yang
dianutnya dan mendasarkan diri pada sejarah perkembangan
bangsanya dipandang wajar-wajar saja. Bahkan memaksakan
suatu sistem demokrasi yang diterapkan pada suatu negarabangsa tertentu untuk diterapkan pada negara lain yang memiliki
88
89
90
Munculnya
elemen-elemen
separatisme
dan
kedaerahan/primordialisme, dengan menafsirkan otonomi daerah
sebagai federalisme;
Iklim investasi yang buruk dan larinya modal asing ( foreign direct
investment ) sebagai the final aftermath; dan lain-lain.
5.1 Struktur dan Kultur Persatuan Nasional
Dalam kondisi semacam itu, bangsa Indonesia sebenarnya tetap
yakin bahwa persatuan dan kesatuan nasional baik yang bernuansa
struktural maupun kultural (solidaritas sosial) tetap bisa dipertahankan di
negeri ini, sebab bangsa ini memang didirikan atas dasar falsafah nonprimordialisme, melainkan atas dasar rasa penderitaan yang sama
(sense of common suffering) akibat penjajahan asing ratusan tahun.
Dengan demikian fondasi berdirinya bangsa ini adalah pluralisme
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ( unity ini diversity/e pluribus
unum).
Semboyan tersebut sangat bermakna, karena di dalamnya terkandung
elemen-elemen: diversity, unity, harmony, tolerance and peace. Hal ini
tidak hanya bernuansa domestik, tetapi juga mondial mengingat
pengaruh globalisasi, yang menjadikan dunia ini sebagai the global
village, yang anti terhadap segala perilaku diskriminatif.
91
92
93
94
95
bangsa perlu segera diatasi. Kita harus mengatasi hal ini secara
profesional dan proporsional dengan mengedepankan persatuan dan
kesatuan bangsa serta memposisikan rakyat sebagai penikmat
kedaulatan rakyat.
Profesionalisme tidak hanya mengandung nuansa expertise yang
memadai dari seseorang yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan oleh lembaga yang hebat, tetapi harus disertai karakter
semangat altruistik atau pengabdian sosial yang tinggi (sense of social
responsibility) dan rasa kesejawatan (corporateness) dan ketaatan
kepada kode etik yang berlaku dalam profesinya, yang pada akhirnya
perilaku positif yang secara teratur diterapkan akan menumbuhkan
kebiasaan dan karakter yang kondusif untuk mencapai tujuan nasional
seperti yang diamanatkan.
Rasa percaya diri (self confidence) seorang pemimpin akan
sangat
dibutuhkan
untuk
membangun
ketahanan
nasional
masyarakatnya. Kehebatan seorang pemimpin seperti motivasi untuk
maju, bijak, profesional, tidak sombong, hidup sederhana, jujur (honesty
is the fisrt chapter of wisdom), sadar akan pentingnya team work , suka
bekerja keras (every great achievement is the story of flamming heart),
berani mengambil risiko secara terukur (calculated risk), penuh dengan
imajinasi dan selalu menjaga kualitas kerjanya serta kesediaan untuk
mengakui keunggulan seseorang termasuk keunggulan anak buahnya,
tidak dapat hanya diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga
melalui proses penghayatan yang empiris mulai dari tahap-tahap
(stages); mengenal (acquaintance), menyadari lebih dalam (awareness)
kemampuan menilai (attitude) dan membentuk perilaku (behaviour).
Pelbagai konsensus nasional di atas (Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional) harus dilihat sebagai jati diri bangsa dan ditempatkan
sebagai margin of apprecfiation. Selain itu semangat reformasi
mengharuskan kita untuk menghormati pelbagai persyaratan untuk
hidup bermartabat ( living in dignity) yang merupakan segitiga yang
bersifat universal yaitu demokrasi, rule of law dan promosi serta
perlindungan HAM.
96
Ringkasan .
1.
Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan nasional. Bahwa
suatu negara-bangsa memiliki ciri khusus yang membedakan dengan
negara-bangsa yang lain berupa karakter atau perangai yang
dimilikinya, idee yang melandasinya, sehingga merupakan pribadi dari
negara-bangsa tersebut.
Sedangkan hakekat Negara adalah
merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok manusia
melakukan kegiatan pemerintahan. Bangsa dan Negara Indonesia
adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib
sejarah dan melakukan tugas pemerintahan dalam suatu wilayah
Indonesia.
2
Identitas merupakan indikator khusus yang berfungsi sebagai
pembeda suatu subjek dari subjek yang lain. Secara harafiah identitas
atau jati diri memiliki dua arti sebagai ciri-ciri yang melekat pada
manusia atau benda dan sebagai surat keterangan yang dapat
menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidupnya. Identitas juga
dapat diperoleh sebagai hasil aksi yang dilakukan seseorang sebagai
respon terhadap keadaan sekitar yang telah diberi penilaian oleh orang
lain yang melihat. Dari sini dapat dikatakan bahwa identitas menjadi
elemen penting ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang
lain. Interaksi dilakukan dalam rangka mencapai kepentingan dan
menentukan posisi seseorang dalam melaksanakan perannya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam interaksi di
dunia internasional, identitas nasional merupakan suatu kerangka yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam bertindak. Identitas nasional inilah
yang mencetak kepribadian nasional; jati diri suatu bangsa. Kepribadian
nasional atau jati diri bangsa digali dari nilai-nilai dasar yang terdapat di
dalam bangsa Indonesia dan diyakini kebenarannya. Oleh sebab itu
bangsa Indonesia memiliki pembeda yang jelas dengan bangsa-bangsa
lain karena mereka tidak memiliki nilai ke-Indonesia-an yang dapat
diakui sebagai identitas. Identitas nasional terbentuk karena adanya
perasaan satu, sanasib sepenanggungan sebagai sesama bangsa
Indonesia. Intensnya interaksi sesama bangsa Indonesia dibandingkan
dengan bangsa lain karena kesatuan geografis juga menjadi faktor
terbentuknya identitas bersama.
97
Latihan .
1. Jelaskan, mengapa bentuk negara ditentukan oleh proses
98
Referensi :
1. Ginanjar Kartasasmita 1994 Pembangunan Nasional dan
Wawasan Kebangsaan.
2. Hadi P. Hardono, DR 1996, Jati Diri ManusiaBerdasarkan
Filsafat Organisme Whitehead, Kanisius Yogyakarta.
3. Jawahir Tantowi, Multikuluralisme dan Agenda Pembaharuan
social.
4. Lembaga Ketahanan nasional, 1996, Memantapkan Jati Diri
Bangsa dalam rangka Proses Pembangunan.
5. Masitoh N. Rohma , Karakteristik Identitas Nasional Indonesia,
2012
6. Muladi, Prof. Dr. S.H. Gubernur Lemhanas, Revitalisasi Jati Diri
Bangsa.
7. Mayjen Syarifudin Tippe Nilai-nilai luhur bangsa dalam
manajemen dan resolusi konflik, 2005
8. Nasikun, Prof. Dr., at al., 2006, Pancasila Sebagai Paradigma
Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, Pusat Studi
Pancasila UGM, Yogyakarta
9. Salim, Arshal, GP, at al., 2000, Pendidikan Kewarganegaraan,
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Press,
Jakarta.
99