Anda di halaman 1dari 37

PROGRAM DIPLOMA IPB

IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

BAB II
IDENTITAS NASIONAL

Komptensi
Mahasiswa dapat memahami makna identitas nasional
Indonesia yang mempunyai ciri khas, yang membedakannya
dengan bangsa lainnya.
Dengan mempelajari Identitas Nasional ini , Mahasiswa
akan dapat kompetensi :
a. Memahami, dapat menjelaskan dan menilai karakteristik
identitas nasional melalui berbagai asal usul bangsa, agama
dan budaya Indonesia.
b. Memahami dan dapat menjelaskan perjuangan menjadi
bangsa dan Negara Indonesia.
c. Memahami dan dapat menjelaskan nasionalisme dalam
upaya integrasi bangsa dan menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta mengetahui
perkembangan identitas nasional dalam menghadapi
globalisasi.
d. Mahasiswa trampil dalam menyatakan buah pikirannya
mengenai pelbagai aspek tentang identitas nasional, mampu
menganalisa keadaan masyarakat dan bangsanya, dalam
suatu kerangka berpikir nasionalisme Indonesia

63

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

IDENTITAS NASIONAL

1. Latar belakang
Jauh sebelum di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, di kepulauan nusantra ini telah berdiri
kerajaan-kerajaan yang sangat kuat dan bahkan terkenal ke luar pulau
nusantara, kerajaan tersebut antara lain Sriwijaya dan majapahit,
bahkan kerajaan majapahit itulah yang mecetuskan suatu pernyataan
politik tentang konsep kewilayahan yang menyatakan kekuasaan
wilayah kerajaan majapahit yang sangat luas, yaitu mencakup kerajaankerajaan yang terdapat di kepulauan nusantara sendiri, yang terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa dan adat istiadat. Juga mencakup
hingga ke Negara-negara di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sekarang, walaupun diakui bahwa wilayah NKRI secara sah
menurut hukum bukan merupakan konsep politik tentang wilayah
Negara seperti apa yang dicetuskan kerajaan Majapahit. Pada tanggal
20 Mei 1908 yang ditandai lahirnya Budi Utomo, rakyat Negara
kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa dan berbagai
macam perbedaan lainnya tersebut, telah menampakkan ciri dan sifat
perjuangan yang menasional, yang disebut pula sebagai era
kebangkitan nasional, karena pada saat itu rakyat dan bangsa
Indonesia tumbuh kesadarannya sebagai bangsa dengan dimulainya
perjuangan bangsa melalui kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa
dalam wadah organisasi secara modern yaitu Budi Utomo. Lebih jauh,
pada kongres Pemuda II yang berlangsung dari tanggal 27-28 Oktober
1928 dicetuskanlah Sumpah Pemuda yang memperlihatkan wawasan
kebangsaan dalam tekad dan keinginan membangun persatuan dan
kesatuan, karena menyadari adanya kebhinekaan dan keragaman
budaya, agama, etnis dan suku yang akhirnya menuju kepada
perjuangan kemerdekaan nasional.
Setelah melalui kurun sejarah,
dengan berbagai tahap pewrjuangan yang sangat gigih mengusir
penjajah, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia
menyatakan Kemerdekaannya dan berikrar untuk bersatu dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
dan berdaulat.

64

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Apabila melihat sejarah keberadaannya, maka bangsa Indonesia


merupakan bangsa majemuk, bahkan kemajemukan atau heterogenitas
penduduk tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan jaman,
dalam kemajemukan yang dahulu hanya berkisar kepada suku, bahasa,
letak geografis, adat-istiadat, dan budaya, yang bersifat horizontal,
sekarang kenyataannya sebagai akibat perkembangan jaman bahwa
kemajemukan masyarakat Indonesia tidak hanya bersifat horizontal
saja, namun telah mencakup kemajemukan yang bersifat vertical, yaitu
kaya-miskin,
berpendidikanterbelakang,
buruh-majikan
dan
sebagainya.
Untuk itu dengan adanya kemajemukan tersebut dan dengan ciri-ciri
khasnya atau disebut keunikan (individu) bangsa, kepribadian (person)
bangsa, dan identitas (self) sebagai bangsa yang lazim disebut jati diri
Bangsa Indonesia yang berbeda dari bangsa lain, telah mengalami
proses internalisasi dalam setiap jiwa dan raga bangsa Indonesia.
Dimana Jati diri bangsa Indonesia tersebut tercermin dalam Pancasila
sebagai falsafah dan dasar negara yang mendasari seluruh
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
antara lain dikenal dengan sifat-sifat; ramah tamah, religious, gotong
royong, persatuan yang kuat, jiwa juang yang tinggi dan sifat-sifat
khusus lainnya. Hal-hal tersebut merupakan suatu budaya yang
melekat pada bangsa ini dan merupakan kebudayaan yang sangat
tinggi, sangat berperan dalam merekatkan bangsa untuk tetap bersatu
dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan itu
diciptakanlah sesanti Bhineka Tunggal Ika .

2. Pengertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas
sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan
yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah
darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang

65

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan


profesi.
Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana
bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat
pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas maka
identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri
suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu
bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul
dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika
terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam
melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu
sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang
membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun
demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai
suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor
biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.
Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta
karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut
berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian
adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam
hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981: 6).
Identitas diartikan sebagai ciri/keadaan khusus, dalam antropologi
bersifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan diri pribadi,
golongan sendiri, komunitas sendiri dan Negara sendiri. Identitas
setiap manusia ditentukan oleh ruang hidupnya, yang secara alami
akan berakulturasi dan membentuk ciri khas atau karakter khas dalam
norma kehidupan. Identitas tidak hanya mengacu pada individu tetapi
juga pada suatu kelompok.
Identitas meliputi nilai, norma, dan simbul ekspresi sebagai ikatan
sosial untuk membangun soliditas dan kohesivitas social yang
digunakan untuk menghadapi kekuatan luar yang menjadi symbol
ekspresi yang memberikan pembenaran bagi tindakan pada masa lalu,
masa sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan Nasional

66

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

berasal dari bangsa itu sendiri atau meliputi diri bangsa. Dengan
demikian maka Identitas nasional merupakan Jatidiri dari Bangsa itu.

2.1 Jatidiri
Jatidiri yang merupakan terjemahan identity adalah suatu kualitas
yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa
sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan
individu atau entitas yang lain. Kualitas yang menggambarkan suatu
jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau
entitas dimaksud. Jatidiri akan mempribadi dalam diri individu atau
entitas yang akan selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan
perilaku individu dalam menghadapi setiap permasalahan.
Dalam mengadakan reaksi terhadap suatu stimulus, individu tidak
secara otomatis mengadakan respons terhadap stimulus tersebut,
tetapi organisme atau individu yang bersangkutan memberikan warna
bagaimana respons yang akan diambilnya. Setiap organisme memiliki
corak yang berbeda dalam mengadakan respons terhadap stimulus
yang sama. Hal ini disebabkan oleh jatidiri yang dimiliki setiap
organisme, individu atau entitas, meskipun dapat saja respons ini
disadari atau tidak.
Meskipun diakui dalam perjalanan hidupnya suatu individu dalam
menghadapi permasalahan mengalami perkembangan dan perubahan
dalam mengadakan reaksi terhadap suatu permasalahan yang
berulang, tetapi pada hakikatnya selalu bersendi pada kualitas dasar
yang telah mempribadi, yang menjadi jatidiri individu dimaksud.
Adanya jatidiri pada suatu individu, khususnya manusia, memang
merupakan karunia Tuhan. Suatu bukti menunjukkan bahwa setiap
manusia memiliki ciri khusus secara fisik dalam bentuk sidik jari, dan
DNA . Sehingga dianggap wajar dalam segi mental manusia juga
memiliki ciri khusus yang membedakan manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Sehingga mendudukkan manusia sesuai dengan

67

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

harkat dan martabat dengan setara, dan menghormati jatidiri manusia


merupakan suatu tindakan moral terpuji.
Pengertian tentang Jati diri bangsa Indonesia, terdapat beberapa
pengertian tentang jati diri bangsa diantaranya yang telah disinggung di
atas yaitu ciri-ciri khas atau disebut keunikan (individu) bangsa,
kepribadian (person) bangsa, dan identitas (self) sebagai bangsa
Indonesia. Menurut Mayjen TNI(Purn) Slamet Danudirdjo PK (1994)
mengartikan : Jati diartikan sebagai sejati, sesungguh-sungguhnya,
senyata-nyatanya, sebenar-benarnya. Sedangkan Diri diartikan orang
seorang, pribadi, individu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Jati Diri diartikan : (1)
Ciri-ciri gambaran atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda,
identitas; (2) inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam spiritual.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian
yang utuh tentang jati diri Bangsa Indonesia, yaitu sesungguhsungguhnya Bangsa Indonesia, sebenar-benarnya Bangsa Indonesia,
seasli-aslinya Bangsa Indonesia, senyata-nyatanya Bangsa Indonesia
yang mempunyai keunikan, kepribadian, dan identitas yang berbeda
dengan bangsa lain, dan meliputi aspek lahiriah dan aspek batiniah
yang terkandung dalam setiap bangsa Indonesia yang tercermin dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.
Timbul suatu pertanyaan, apakah suatu bangsa, khususnya negarabangsa memerlukan jatidiri. Untuk menjawab pertanyaan ini nampaknya
perlu disepakati lebih dahulu apa yang dimaksud dengan negarabangsa.
2.2

Negara-Bangsa

Konsep negara-bangsa diduga baru lahir sekitar abad kesembilanbelas, mulai berkembang di Eropa, dan Amerika Utara,
melebarkan sayapnya ke Amerika Latin dan Asia, dan kemudian ke
Afrika. Bangsa, baru dikenal pada abad ke 19. Memang sebelum masa
itu telah terdapat masyarakat yang mungkin sangat maju dan sangat
berkuasa, tetapi tidak mencerminkan adanya suatu bangsa. Yang
dikenal pada waktu itu adalah faham keturunan yang kemudian
menciptakan dinasti-dinasti dan wangsa, yang berarti keluarga. Baru

68

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

setelah terjadi revolusi Perancis pada akhir abad ke 18 dan permulaan


abad ke 19 mulailah orang memikirkan masalah bangsa.
Otto Bauer seorang legislator dan seorang teoretikus yang hidup pada
permulaan abad 20 (1881-1934), dalam bukunya yang berjudul Die
Nationalitatenfrage und die Sozialdemokratie (1907) menyebutkan
bahwa bangsa adalah:
Eine Nation ist eine aus Schikalgemeinschaft erwachsene
Charactergemeinschaft. Otto Bauer lebih menitik beratkan pengertian
bangsa dari sudut karakter atau perangai yang dimiliki sekelompok
manusia yang dijadikan jatidiri suatu bangsa. Karakter ini akan
tercermin pada sikap dan perilaku warga-bangsa. Karakter ini menjadi
ciri khas suatu bangsa yang membedakan dengan bangsa yang lain,
yang terbentuk berdasar pengalaman sejarah budaya bangsa yang
tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya
bangsa.
Sebagai contoh dapat dikemukan di sini tradisi dan kultur Negara
bangsa Amerika Serikat yang dikemukakan oleh Jean J. Kirkpatrick,
dalam bukunya yang berjudul Rationalism and Reason in Politics, yang
menggambarkan jatidiri bangsa Amerika sebagai berikut:
- Selalu mengedepankan konsensus sebagai dasar legitimasi
otoritas pemerintah.
- Berbuat realistik sebagai tolok ukur realisme yang men-dorong
adanya harapan besar apa yang dapat diselesaikan oleh politik.
- Mempergunakan belief reasoning dalam menata efektifitas
rekayasa (engineering) kegiatan politik.
- Langkah dan keputusan yang deterministik dalam mencapai
tujuan multi demensi sosial dengan selalu melalui konstitusi.
Contoh lain tentang terbentuknya karakter bangsa sebagai akibat
pengalaman sejarah, misal negara-negara Eropa kontinental
bersifat rasionalistik, Inggris emperik, Amerka scientific, India nonviolence dengan Satyagrahanya, dan Indonesia integralistik dengan
Pancasilanya. Lain halnya dengan Ernest Renan seorang filsuf,
sejarawan dan pemuka agama yang hidup antara tahun 1823
1892, yang menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok
manusia yang memiliki kehendak untuk bersatu sehingga merasa
dirinya satu, le desir d`etre ensemble. Dengan demikian faktor

69

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

utama yang menimbulkan suatu bangsa adalah kehendak dari


warga untuk membentuk bangsa.
Bangsa ini kemudian mengikatkan diri menjadi negara yang
bersendi pada suatu idee. Hegel menyebutnya bahwa negara
adalah penjelmaan suatu idee, atau een staat is de tot
werkelijkheid geworden idee.
Teori lain tentang timbulnya bangsa adalah didasarkan pada lokasi.
Tuhan menciptakan dunia ini dalam bentuk wilayah-wilayah atau
lokasi-lokasi yang membentuk suatu kesatuan yang merupakan
entitas politik. Bila kita lihat peta dunia maka akan nampak dengan
jelas adanya kesatuan-kesatuan wilayah seperti Inggris, Yunani,
India, Korea, Jepang, Mesir, Filipina, Indonesia. Wilayah-wilayah
tersebut dibatasi oleh samudera yang luas atau oleh gunung yang
tinggi atau padang pasir yang luas sehingga memisahkan penduduk
yang bertempat tinggal di wilayah tersebut dari wilayah yang lain,
sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang akhirnya terbentuklah
suatu bangsa. Teori inilah yang biasa diasebut sebagai teori
geopolitik.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, bahwa bangsa menurut
hukum adalah rakyat atau orang-orang yang ada di dalam suatu
masyarakat hukum yang terorganisir. Kelompok orang-orang yang
membentuk suatu bangsa ini pada umumnya menempati bagian
atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki
sejarah, kebiasaan, dan kebudayaan yang sama, serta terorganisir
dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.
Pengertian bangsa
semacam ini adalah yang biasa disebut negara bangsa atau nation
state yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memiliki cita-cita bersama yang mengikat warganya menjadi
satu kesatuan.
2) Memiliki sejarah hidup bersama, sehingga tercipta rasa
senasib sepenanggungan.
3) Memiliki adat budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat
pengalaman hidup bersama.
4) Memiliki karakter/u perangai yang sama yang mempribadi
dan menjadi jatidirinya.
5) Menempati suatu wilayah tertentu yang menupakan kesatuan
wilayah.

70

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

6) Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga


warga bangsa ini terikat dalam suatu masyarakat hukum.
3. Perjuangan menjadi Bangsa Indonesia.
3.1 Teori terbentuknya Negara.
1)

Teori hukum alam menurut Plato dan Aristpteles. Kondisi


alam tempat tumbuhnya manusia yang terus berkembang dan
membutuhkan aturan dan ketertiban hingga membentuk suatu
pemerintahann dan menjadi Negara.

2)

Teori ketuhanan. Segala sesuatu terjadi karena kehendak


dan ciptaan Tuhan.

3)

Teori Perjanjian menurut Thomas Hobbes.


Manusia
menghadapi kondisi alam dan menimbulkan kekerasan,
manusia akan musnah bila tidak mengubah hidupnya.
Akhirnya mereka bersatu untuk mengatasi tantangan dan
menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan
bersama.

4)

Proses terbentuknya negara di zaman modern. Dapat berupa


penaklukan, peleburan, pemisahan diri dan pendudukan atas
negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan
sebelumnya.

3.2 Unsur Negara.


1)

Bersifat konstitusi berarti dalam Negara terdapat wilayah yang


meliputi udara, darat dan perairan (tidak mutlak),
rakyat/masyarakat, pemerintah yang berdaulat.

2)

Bersifat deklaratif berarti ditunjukkan oleh adanya tujuan


negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain;
baik defacto dan de jure dalam perhimpunan bangsa-bangsa
(PBB).

3)

Negara dapat berbentuk negara kesatuan (unitary state) atau


negara serikat (federation)

71

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Bentuk Negara juga ditentukan oleh proses bangsa yang


bersangkutan
menjadi
suatu
negara/menegara,
yaitu
sekelompok manusia yang berada di dalam nya merasa
sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi
yang mewadahi bangsa, bangsa merasakan pentingnya
keberadaan negara sehingga tumbuh kesadaran untuk
mempertahankan tetap tegaknya dan utuhnya negara melalui
upaya bela Negara. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan baik
apabila tercipta pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
yang berbudaya yang bermotivasi untuk membela negara.
Sesuai dengan deklarasi dan kelaziman yang dibenarkan
oleh
bangsa-bangsa
di
dunia,
hal
tersebut
telah
diimplementasikan dalam pembukaan UUD 1945, bangsa
Indonesia memutuskan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia ada karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa
sehingga penjajahan yang bertentangan dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan harus dihapuskan. Dalil ini
menunjukkan bahwa hidup berkelompok dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara seharusnya tidak atasa dasar
exploitasi sesama manusia tetapi harus berdasarkan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
Perkembangan bangsa Indonesia menjadi suatu Negara dapat
diurutkan sebagai berikut :
a. Terbentuknya NKRI dimulai dari pembentukan ide dasar
hingga Proklamasi.
b. Proklamasi mengantar bangsa Indonesia sampai pintu
gerbang kemerdekaan.
Artinya dengan kemerdekaan
bukan berarti kita telah selesai, tetapi justru bangsa
Indonesia baru memulai.
c. Keadaan Negara yang dicita-citakan belum tercapai, hanya
dengan
adanya
pemerintahan,
wilayah,
bangsa.
Selanjutnya harus kita isi menuju keadaan merdeka,
bersatu dan berdaulat.
d. Terbentuknya NKRI adalah kehendak seluruh bangsa.
e. Religiositas mengiringi terbentuknya NKRI dengan
pernyataan, Indonesia bernegara berdasarkan Ketuhanan

72

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Yang Maha Esa yang didasarkan atas kemanusiaan yang


adil dan beradab.
3.3

Pembentukan Jati Diri Bangsa Indonesia.


Jati diri bangsa dapat ditemukan melalui dua pandangan.
Pertama, jati diri sebagai konsep teologi, identik dengan fitrah manusia,
maka jati diri bangsa merupakan kualitas universal yang inhern pada
setiap manusia. Kedua, jati diri bangsa dari segi politik sebagai suatu
pilihan melalui Sumpah Pemuda yang merubah kekamian menjadi
kekitaan, sebagai upaya memperoleh kesadaran baru jati diri bangsa
Indonesia.
Jati diri bangsa tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah,
seperti pakaian; yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen
terhadap nilai budaya yang sama. Jatiu diri banghsa Indonesia terkait
dengan kesadaran kolektif yang terbentuik melalui prosaes sejarah
yang direfleksikan dalam budaya sipil dengan titik kulminasinya saat
diikrarkan Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.
Bangsa Indonesia mendiami pulau-pulau di Nusantara yang
membentuik komunitas utuh yang memiliki jati diri.
Pembentukan jati diri bangsa Indonesia seperti berikut ini :
1) Suku Bangsa. Suku bangsa merupakan kelompok sosial dan
kesatuan hidup yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma,
kontinuitas bdan rasa identitas yang mempersatukan semua
anggota serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Di
Nusantara terdapat banyak kerajaan kuno yang dipengaruhi
Hindu. Masyarakat Nusantara berasal dari dari wilayah sekitar
pulau dan daratan di sekelilingnya dengan ras Melayu yang
menyebar ke Filipina Selatan, Pasifik hingga Madagaskar.
Mereka membaur dan menjadi suku bangsa di Indonesia.
2) Agama. Sejak awal Nusantara dipengaruhi Hindu (Kerajaan
Erl;angga) dan Budha (Kerajaan Sriwijaya), tetapi mereka
memberi toleransi terhadap datangnya peradaban Islam melalui
Gujarat; dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Magwua (walaupun berbeda namun satu jua adanya, sebab tidak
ada agama memiliki Tuhan yang berbeda) sedangkan agama

73

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Kristen masuk bersama ras Eropa, agama Kong Hu Chu diakui


sejak tahun 2000.
3) Bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter dari
alat ucap manusia. Di Indonesia terdapat banyak bahasa
mewakili banyaknya suku bangsa maka diperlukan bahasa yang
mampu menyatukan semua bahasa daerah. Telah ditetapkan
bahwa bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu dan
telah dipakai sebagai bahasa lingua franca (pergaulan) antar
pedagang di Nusantara menjadi bahasa pemersatu/nasional
Indonesia. Bahasa adalah anak kubudayaan, tanpa kemampuan
berbahasa,
manusia
tidsak
dapat
mengembangkan
kebudayaannya karena akan hilang sarana untuk meneruskan
nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi.
4) Budaya Nasional. Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan
batin manusia, berisi nilai yang digunakan sebagai rujukan hidup.
Kebudayaan nasional Indonesia ialah sebagai puncak-puncak
kebudayaan
daerah yang
menyatu dalam
semangat
nasionalisme yaitu sumpah pemuda. Kemajemukan budaya
dijadikan konsep Bhineka Tunggal Ika yang menjadi budaya
nasional yang dijadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan landasan cinta dan bangga
terhadap tanah air menjaga nilai bersama, saling menghormati,
saling mencintai, saling menolong antar sesama.
Budaya
Nasional merupakan manifestasi kekitaan sebagai bentuk
keterbukaan bukan kekamian sebagai bentuk ketertutupan.
5) Wilayah Nusantara.
Wilayah nasional Indonesia terdiri atas
beribu-ribu pulau besar dan kecil yang terbentang di khatulistiwa
serta terletak di posisi silang yang sangat strategis dan memiliki
karakteristik khas yang berbeda dengan negara lain. Wilkayah
nusantara mempunyai potensi yang dapat diperlakukan secara
negatif maupun positif sehingga memunculkan keunggulan
maupun kelemahan. Semua ini harus dipandang secara utuh
menyeluruh dan harus disiklapi dalam kebijakan politik.
Kebijakan nasional yang berwawasan nusantara tanpa
melupakan ciri khas bagian wilayah dalam rangka

74

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang merupakan


bagian dari identitas Nasional.
6) Ideologi Pancasila.
Ideologi adalah pengetahuan tentang
gagasan manusia, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan
sehingga merupakan suatu sistem. Kemudian digunakan untuk
menanamkan pengetahuan yang mengkaji motivasi dan
penghalalan tiondak-tindak politik. Pancasila sebagaim ideologi
bangsa Indonesia dimuat dalam pembukaan UUD 1945 sebagai
sistem ide secara normatif memberikan persepsi landasan, serta
pedoman tingkah laku bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan
mencapai tujuan. Dalam ideologi Pancasila dikandung pemikiran
komprehensif integral, sebagai aliran kesisteman, dari situasi
kehidupan bangsa di nusantara yang serba majemuk. Ideologi
Pancasila sebenarnya menggambarkan keinginan bangsa
Indonesia kedepan; yang dulunya terjajah, rapuh, tidak memiliki
interaksi sosial dan serba majemuk. Jadi menurut Franz Magnis
Suseno SJ, jangan pernah menyerahkan negara dan bangsa
Indonesia ini kepada ideologi manapun karena setiap ideologi
akan lebih cocok dengan bangsanya sendiri. Dengan demikian
Ideologi Pancasila dijadikan pandangan hidup (way of life), dasar
falsafah NKRI dan norma dasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Unsur-unsur pembentuk jati diri bangsa membentuk tiga
identitas.
- Identitas Fundamental adalah Pancasila yang merupakan
falsafah bangsa, dasar negara dan ideologi negara.
- Identitas Instrumental ialah UUD 1945, dan tata
perundangannya, nahasa Indonesia, lambang negara,
bendera negara dan lagu Indonesia Raya.
- Identitas Alamiah ialah ruang hidup bangsa sebagai negara
kepulauan yang pluralis dalam suku, bahas, agama dan
kepercayaan.

3.4 Nasionalisme Indonesia

75

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Walaupun persatuan Indonesia telah bertunas lama dalam sejarah bangsa


Indonesia, akan tetapi semangat kebangsaan atau nasionalisme dalam
arti yang sebenarnya seperti kita pahami sekarang ini, secara resminya
baru lahir pada permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi
atau perlawanan terhadap kolonialisme dan karenanya merupakan
kelanjutan dari gerakan-gerakan perlawanan terhadap kolonial VOC dan
Belanda, yang terutama digerakkan oleh raja-raja dan pemimpinpemimpin agama Islam. Hubungan erat gerakan perlawanan kaum
Muslimin dan nasionalisme ini telah diuraikan oleh banyak pakar,
misalnya oleh G. H. Jansen dalam bukunya Militant Islam (1979).
Namun sebelum menguraikan hubungan ini akan kita lihat dulu unsurunsur kolonialisme yang menimbulkan semangat perlawanan
terhadapnya.
Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan Belanda di
Indonesia mengandung setidak-tidaknya tiga unsur penting:
- Pertama. Politik dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni
pemerintahan asing tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan
bangsa Indonesia. Karena itu nasinalisme Indonesia di bidang politik
bertujuan menghilangkan dominasi politik negara asing dengan
membentuk pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan
permusyawaratan dan permufakatan dalam perwakilan.
- Kedua. Eksploitasi ekonomi. Setiap pemerintahan kolonial berusaha
mengeksplotasi sumber alam negeri yang dijajahnya untuk
kemakmuran dirinya, bukan untuk kemakmuran negeri jajahan. Rakyat
juga diperas dan dipaksa bekerja untuk kepentingan ekonomi kolonial,
misalnya seperti terlihat system tanam paksa (culturstelsel) yang
diterapkan pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada awal abad ke-19
dan menimbulkan perlawanan seperti Perang Diponegoro. Larena itu
nasionalisme Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi
asing dengan berdikari.
Ketiga. Penetrasi budaya. Kolonialisme juga secara sistematis
menghapuskan jatidiri suatu bangsa dengan menghancurkan
kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk agama
yang dianutnya. Caranya dengan melakukan penetrasi budaya,
terutama melalui system pendidikan. Karena itu di bidang kebudayaan
nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian

76

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman. Ia tidak


menolak pengaruh kebudayaan luar, tetapi menyesuaikannya dengan
pandangan hidup, sistem nilai dan gambaran dunia (worldview,
Weltanschauung) bangsa Indonesia.
Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam dari
semangat yang mendasari Pancasila. Dan dapat dirujuk kepada pidato
Bung Karno (7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang intinya ialah:
Pertama, nasionalisme
Indonesia
bukan nasionalisme
sempit
(chauvinism) tetapi nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan
(humanisme, internasionalisme); Kedua, kemerdekaan Indonesia tidak
hanya bertujuan untuk menjadikan negara yang berdaulat secara politik
dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian sendiri atau
kebudayaan yang berpijak pada sistem nilai dan pandangan hidup
bangsa Indonesia sendiri yang bhinneka tunggal
Harus ditambahkan di sini bahwa disebabkan oleh sejarahnya itu
maka komponen yang membentuk gerakan kebangsaan di Indonesia
juga berbeda dengan komponen nasionalisme Eropa dan Amerika.
Komponen yang membentuk masyarakat Indonesia ialah Islam,
kemajemukan etnik dan budaya bangsa Indonesia dan faham-faham
atau ideologi Barat yang mempengaruhi perkembangnya pada abad ke20 seperti humanisme, sosialisme, dan marhaenisme.
Ahli sejarah terkemuka Sartono Kartodirdjo mengemukakan bahwa
yang disebut nation dalam konteks nasionalisme Indonesia ialah suatu
konsep yang dialamatkan pada suatu suatu komunitas sebagai
kesatuan kehidupan bersama, yang mencakup berbagai unsur yang
berbeda dalam aspek etnis, kelas atau golongan sosial, sistem
kepercayaan, kebudayaan, bahasa dan lain-lain sebagainya.
Kesemuanya terintegrasikan dalam perkembangan sejarah sebagao
kesatuan sistem politik berdasarkan solidaritas yang ditopang oleh
kemauan politik bersama (dalam Nasionalisme, Lampau dan Kini
Seminar Tentang Nasionalisme 1983 di Yogyakarta).
Pengertian yang diberikan Sartono Kartodirdjo didasarkan pada
perkembangan sejarah bangsa Indonesia dan realitas sosial
budayanya, serta berdasarkan berbagai pernyataan politik pemimpin
Indonesia sebelum kemerdekaan, seperti manifesto Perhimpunan

77

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Indonesia dan Sumpah Pemuda 1928. Unsur-unsur nasionalisme


Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
1. Kesatuan (unity) yang mentransformasikan hal-hal yang bhinneka
menjadi seragam sebagai konsekwensi dari proses integrasi. Tetapi
persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman
dan keseragaman.
2.
Kebebasan (liberty) yang merupakan keniscayaan bagi negerinegeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan
eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang
menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
3.
Kesamaan (equality) yang merupakan bagian implisit dari
masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan
dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.

4.

Kepribadian
(identity)
yang
lenyap
disebabkan
ditiadakandimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah kolonial
Belanda.
5.
Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan
inspirasi dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit
semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan
martabatnya di tengah bangsa Konsepnya itu didasarkan atas
pengamatannya terhadap sejarah Indonsia khususnya sejak masa
penjajahan. Ia jelas sekali menerima beberapa pandangan yang
dikemukakan oleh Ernest Renan.
Notonagoro, seorang ahli falsafah dan hukum terkmuka dari Universitas
Gajah Mada, mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks
Pancasila bersifat majemuk tunggal (bhinneka tunggal ika). Unsurunsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam
perjalanan sejasrahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya,
Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga akhirnya
muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka
nasionalisme mula pertama dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

78

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

b.
Kesatuan Nasib. Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki
persamaan nasib, yaitu penderitaan selama masa penjajahan dan
perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan bersamasama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat
memproklmasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya masa
pendudukan tentara Jepang.
c.
Kesatuan Kebudayaan. Walaupun bangsa Indonesia memiliki
keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda,
namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang
serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar
yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.
d.
Kesatuan Wilayah. Bangsa ini hidup dan mencari
penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.
e.
Kesatuan Asas Kerohanian. Bangsa ini memiliki kesamaan
cia-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu
maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau negara,
Soepomo dan Mohamad Yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia
menganut paham integralistik, dalam arti bahwa negara yang didiami
bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur
yang menyusunnya. Paham integralistik mengandaikan bahwa negara
harus mengatasi semua golongan. Notonagoro di lain hal mengusulkan
agar NKRI menjadi negara yang berasaskan kekeluargaan, tetapi
diartikan keliru oleh Suharto dan rezimnya selama lebih 30 tahun.
Sampai sekarang tampaknya kita masih gamang akan memilih paham
yang mana untuk menentukan masa depan negara kita. Kita juga belum
tahu bagaimana menempat kebudayaan penduduk Nusantara yang
bineka itu, yang multi-etnik, multi-budaya dan multi-agama, dalam
rangka negara persatuan.
3.5
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yaitu rasa
persatuan dan kesatuan yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan social yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan
aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam
menghadapi tantangan sejarah masa kini.
Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita kebangsaan berkembang

79

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

menjadi wawasan kebangsaan. Rasionalisasi rasa dan wawasan


kebangsaan akan melahirkan suatu paham yang disebut
nasionalisme atau paham kebangsaan. Yaitu pikiran-pikiran yang
bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan
tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan faham kebangsaan
tersebut, timbul semangat kebangsaan yang memiliki cirri khas yaitu
rela berkorban demi kepentingan tanah air, atau semangat patriotism.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk
mewujudkan jati dirinya, serta mengembangkan tata lakunya sebagai
bangsa yang meyakini nilai-nilai luhur budayanya, yang lahir dan
tumbuh subur sebagai kepribadiannya.
Nilai-nilai luhur bangsa tersebut adalah : (1) Musyawarah, yang
merupakan representasi dari demokrasi tertuang dan terkristalisasi
dalam Pancasila sebagai cerminan kepribadian bangsa; (2) Cinta tanah
air, yang dimanifestasikan dalam jiwa patriotism dan semangat
nasionalisme; (3) Bhineka Tunggal Ika yang dijiwai oleh semangat
multikuluralisme di mana penghargaan terhadap minoritas, budaya
local dan kesetaraan jender dilakukan secara adil dan proporsional
Rasa kebangsaan tidak hanya merefleksikan bahwa seseorang
adalah bagian dari masyarakat bangsanya, akan tetapi sekaligus
mengandung unsur loyalitas untuk menjaga integritas dan identitas dari
masyarakat bangsanya. Rasa kebangsaan memancar secara nyata di
dalam prilaku serta jatidiri yang menjadi cirikhas dari budaya maupun
pandangan hidup bangsa. Kita lihat bagaimana masyarakat Jepang
mampu menjaga kejatidiriannya di tengah-tengah teknologi dan
modernisasi yang artinya bahwa kemajuan itu dapat mapan dan
ditumbuhkan di dalam pangkuan budaya nasional.
Dalam persepektif demikian , maka rasa kebangsaan diharapkan dapat
menetralisir kecenderungan-kecenderungan promordialistik yang
sangat merugikan kesatuan dan persatuan bangsa, sebab,
kecenderungan semacam ini niscaya akan serta merta menyentuh
berbagai kerawanan hakiki dalam masyarakat kita.
Faham kebangsaan pada gilirannya merupakan suatu dorongan dan
sekaligus tuntutan di dalam mentransformasikan rasa kebangsaan
menjadi pagar-pagarnya kemajuan maupun pergeseran social yang
dipacu oleh modernisasi.
Secara normative faham kebangsaan

80

5)

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

berwujud sebagai wawasan nusantara yang mengamanatkan kesatuan


politik, ekonomi, social budaya dan Hankam.
Semangat kebangsaan kadarnya ditentukan oleh kadar penghayatan
dari rasa dan faham kebangsaan. Semangat kebangsaan dikenal
dengan nama nasonalisme. Oleh Disraeli diunkapkan dalam bentuk
kalimat Right or wrong my country
Dari segi kepentingan Hankam, maka wujud nyata dari semangat
kebangsaan akan berupa semangat bela Negara, yang pada
hakekatnya merupakan semangat batin yang dilandasi oleh kecintaan
serta loyalitas untuk membela bangsa dan Negara.
Semangat kebangsaan dalam bentuknya yang lain adalah dorongan
dan motivasi yang keras dalam mengejar dan menciptakan kemajuan
dan kesejahteraan bangsa. Pada perspektif ini semangat kebangsaan
adalah dorongan dan motivasi yang keras dalam memajukan dan
mensejahterakan bangsa.
Di dalam konteks kondisi modern masa kini, maka semangat
kebangsaanlah yang akan mampu menggerakkan semua kemampuan
bangsa yang pada ujungnya dapat menempatkan Negara dan bangsa
Indonesia di dalam mainstream dunia. Selain dari itu, semangat
kebangsaan pulalah yang sanggup menarik benang kebangsaan di
sepanjang jalur perubahan dan kemajuan masyarakat bangsa.
Paham kebangsaan Indonesia adalah paham yang memiliki
landasan spiritual, moral dan etik, karena itu bersilakan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Ia ingin membangun masa kini dan masa depan, di
dunia dan akhirat.
1) Paham kebangsaan Indonesia tidak menempatkan bangsa kita
diatas bangsa lain, tetapi menghargai harkat dan martabat
kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia; karena itu
faham kebangsaan kita mempunyai unsur kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Oleh karena itu pula paham kebangsaan Indonesia mengakui
adanya nilai-nilai universal kemanusiaan. Sebagai bangsa yang
majemuk tetapi satu utuh, paham kebangsaan Indonesia jelas
bersendikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pandangan ini
kemudian dituangkan dan mantapkan dalam wawasan nusantara.

81

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

2) Paham kebangsaan kita berakar pada asas kedaulatan yang


berada ditangan rakyat. Oleh sebab itu paham kebangsaan kita
adalah paham demokrasi, dan bertentangan dengan faham totaliter.
3) Paham kebangsaan kita memiliki cita-cita keadilan sosial,
bersumber dari rasa keadilan dan menghendaki kesejahteraan bagi
seluruh rakyat.

4. Pancasila Jatidiri Bangsa Indonesia


Para founding fathers pada waktu merancang berdirinya negara
Republik Indonesia membahas mengenai dasar negara yang akan
didirikan. Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar negara yang akan
didirikan itu adalah Pancasila, yang merupakan prinsip dasar dan nilai
dasar yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia,
yang mempribadi dalam masyarakat dan merupakan suatu living reality.
Pancasila ini sekaligus merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Namun dalam memasuki abad ke 21 perlu dipertanyakan, masih
relevankah membahas Pancasila di era reformasi ini? Bukankah sejak
bergulirnya reformasi orang enggan untuk berbicara Pancasila, bahkan
TAP MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 telah dicabut. Keengganan
berbicara mengenai Pancasila mungkin disebabkan oleh berbagai
alasan di antaranya:
a.

Dengan runtuhnya Uni Sovyet yang berideologi komunis, orang


meragukan manfaat ideologi bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Orang beranggapan bahwa ideologi
tidak mampu memberikan jaminan kesejahteraan bagi rakyat
penganutnya. Ideologi sekadar dipandang sebagai pembenaran
terhadap kebijakan yang diperjuangkan oleh para elit politik.

b.

Pancasila selama dua periode, yakni selama Orde Lama dan


Orde Baru belum mampu mengantarkan rakyat Indonesia
mencapai kehidupan yang sejahtera bahagia, bahkan setiap
periode berakhir dengan kondisi yang memprihatinkan. Orde
Lama berakhir dengan tragedi G-30-S/PKI, Orde Baru berakhir
dengan kondisi kehidupan yang diwarnai oleh KKN. Timbul

82

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

pertanyaan mengapa Pancasila yang mengandung prinsipprinsip dan nilai-nilai yang baik dan benar, dalam prakteknya
membawa berbagai bencana?
c. Terjadinya fobi dalam masyarakat terhadap pengalaman masa
lampau yang mengangkat Pancasila menjadi ideologi bangsa
untuk kemudian disakralkan dan dijadikan tameng bagi para
penguasa. Pancasila dipergunakan oleh penguasa untuk
mempertahankan kemapanan dan status quo. Sebagai akibat
terjadilah penyimpangan-penyimpangan tindakan pada para
penguasa dalam menentukan kebijakannya yang tidak sesuai
lagi dengan hakikat Pancasila itu sendiri.
Hal-hal tersebut di atas yang di antaranya menyebabkan orang
enggan untuk membicarakan ideologi, termasuk ideologi Pancasila.
Sebagian orang beranggapan bahwa yang penting, pada dewasa
ini, adalah bagaimana membawa rakyat dan bangsa Indonesia
mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Yang diperlukan adalah
langkah nyata untuk mencapai maksud tersebut. Nampaknya
mereka lupa, bahwa sikap semacam itu berdasar pada suatu
ideologi tertentu juga.
Namun dewasa ini orang mulai memasalahkan Pancasila lagi,
karena dengan berlangsungnya reformasi yang dilanda oleh
berbagai faham atau ideologi seperti demokrasi yang bersendi pada
faham kebebasan yang individualistik, dan hak asasi manusia
universal, justru mengantar rakyat Indonesia kepada disintegrasi
bangsa dan dekadensi moral. Orang mulai menilai lagi bahwa
kejatuhan dari orde-orde terdahulu bukan karena orde tersebut
menetapkan
Pancasila
sebagai
dasar
bagi
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tetapi diduga karena
orde-orde tersebut menyalah-gunakan Pancasila sekedar sebagai
alat untuk mempertahankan hegemoninya, sehingga Pancasila tidak
dilaksankan secara konsisten.
Analisis
berbagai
pihak
juga
berkesimpulan,
apabila
penyelenggaraan pemerintahan tidak melaksanakan Pancasila

83

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

secara konsisten murni dan konsekuen maka akan mengalami


kegagalan. Hal ini terbukti dari pengalaman sejarah baik selama
Orde Lama maupun selama Orde Baru. Tiada mustahil bahwa Orde
Reformasi, apabila tidak melaksanakan Pancasila secara konsisten
dalam menerapkan kekuasannya akan mengulang lagi kekeliruan
orde-orde terdahulu, yang akan berakhir dengan kejatuhan orde ini.
Oleh karena itu orang mulai bertanya-tanya bagaimana Pancasila
dapat dengan tepat dan benar melandasi dan bagaimana
penerapannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
4.1

Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia
pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi
filsafat pancasila bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh
suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase historis yang
cukup panjang. Proses perumusan materi Pancasila secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang
panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara
formal yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam
kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirirkan negara. Proses terbentuknya
bangsa dan negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V
kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada
abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa
Syailendra di Palembang, kemudian kerjaan Airlangga dan Majapahit di
Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh
para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian
dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik
kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan
identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara

84

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian


diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

4.2. Justifikasi yuridik


Bila kita cermati secara mendalam nampak bahwa bangsa
Indonesia berketetapan hati untuk selalu berpegang teguh pada
Pancasila sebagai dasar negaranya. Hal ini tercermin dalam UUD yang
pernah berlaku.
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang biasa
disebut UUD 1945
2) Konstitusi Republik Indonesia Serikat
3) Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
Terdapat rumusan Pancasila dalam berbagai UUD yang pernah
berlaku di negara Indonesia, meskipun secara explisit tidak disebut kata
Pancasila itu. Dengan kata lain sejak kemerdekaannya pada tahun
1945 hingga kini bangsa Indonesia selalu menetapkan Pancasila
sebagai dasar negaranya.
Di samping itu berbagai Ketetapan MPR RI menentukan pula
kedudukan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Berikut disampaikan berbagai kutipan yang
berkaitan dengan Pancasila yang terdapat pada berbagai TAP MPR RI
dimaksud, khususnya TAP-TAP MPR RI yang dihasilkan selama era
reformasi.
1) TAP MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA
2) TAP MPR RI No.XVIII/MPR/1998 tentang PENCABUTAN TAP
MPR RI No.II/MPR/1978 tentang P4 (EKAPRASETIA
PANCAKARSA) dan Penetapan tentang PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA
3) TAP MPR RI No.IV/MPR/1999 tentang GARIS-GARIS BESAR
HALUAN NEGARA TAHUN 1999 2004
4)

TAP MPR RI No.V/MPR/2000 tentang


PERSATUAN DAN KESATUAN NASIONAL

85

PEMANTAPAN

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

5) TAP MPR RI No.VI/MPR/2001 tentang ETIKA KEHIDUPAN


BERBANGSA
Dari berbagai TAP MPR RI di atas nampak dengan jelas betapa
penting kedudukan dan peran Pancasila bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Berikut disampaikan garis besarnya:
- Hak asasi manusia tidak dibenarkan bertentangan dengan
Pancasila.
-

Pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai hak asasi


manusia berdasar pada Pancasila.

- Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan


bernegara.
- Tujuan nasional dalam pembangunan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila.
-

GBHN disusun atas dasar landasan idiil Pancasila.

Salah satu misi bangsa Indonesia dalam menghadapi masa


depannya adalah: Pengamalan Pancasila secara konsisten
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.

Menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Pancasila sebagai acuan dasar untuk berfikir, bersikap dan


bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Butir-butir tersebut terdapat dalam TAP-TAP MPR RI sehingga


setiap warganegara wajib untuk mengusahakan agar prinsip-prinsip
tersebut dapat dilaksankan secara nyata dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4.3 Justifikasi teoretik-filsafati
Justifikasi teoretik-filsafati terhadap Pancasila adalah usaha
manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudut olah fikir
manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Kebenaran secara
logik ini dapat ditinjau dari sisi formal, yakni tanggung jawab prosedural
olah pikir tersebut, dan dari sisi material, yakni dari isi atau substansi

86

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

yang menjadi pokok pikiran. Untuk praktisnya dalam mencari kebenaran


Pancasila secara teoretik-filsafati ini tidak diuraikan secara terpisah
antara kebenaran dari sisi formal dengan sisi material, tetapi secara
bersamaan.
Pada umumnya dalam olah fikir secara filsafati, dimulai dengan
suatu axioma, yakni suatu kebenaran awal yang tidak perlu dibuktikan
lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaran yang hakiki.
Demikian pula para founding fathers bangsa Indonesia dalam
membuktikan kebenaran Pancasila dimulai dengan suatu axioma
bahwa :Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa dalam suatu pertalian yang selaras atau harmoni. Axioma ini
dapat ditemukan rumusannya dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea kedua, keempat dan dalam batang tubuh pasal 29,
Kebenaran-kebenaran Pancasila dengan meninjau prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya dengan bertitik tolak dari axioma tersebut di
atas.
1) Sebagai konsekuensi logis dari axioma tersebut di atas, maka
lahirlah suatu pengakuan bahwa alam semesta, termasuk
manusia, adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan telah mengaturnya
dengan hukum-hukum yang pasti, dan telah menyediakan segala
hal yang diperlukan untuk memelihara kelangsungan existensinya,
serta telah membekali dengan kompetensi-kompetensi tertentu
pada makhluk yang diciptakanNya, maka sudah sewajarnya bila
manusia patuh dan tunduk kepadaNya. Existensi segala unsur
yang tergelar di alam semesta ini memiliki missinya sendiri-sendiri
sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan. Bahwa segala unsur
yang terdapat di alam jagad raya ini memiliki saling
ketergantungan yang membentuk suatu ekosistem yang harmonis.
Masing-masing memiliki peran dan kedudukan dalam menjaga
kelestarian alam semesta. Pengingkaran akan missi yang
diemban oleh masing-masing unsur akan mengganggu
keseimbangan dan harmoni.
2) Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tinggi martabatnya.
Manusia dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk

87

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

membedakan yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk,
yang adil dan zalim, dsb. Manusia selalu mengusahakan yang
terbaik bagi dirinya, menghendaki perlakuan yang adil. Untuk
mencapai hal tersebut manusia berusaha untuk menciptakan polapola fikir dan tindak yang bermanfaat bagi dirinya tanpa merugikan
atau mengganggu pihak lain. Manusia didudukkan dalam
kesetaraan; hak-haknya dihormati tanpa mengabaikan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang wajib mengemban missi yang
dilimpahkan oleh Tuhan kepadanya. Manusia didudukkan sesuai
dengan harkat dan martabatnya sesuai dengan bekal-bekal dan
kemampuan-kemampuan yang dikaruniakan oleh Tuhan. Hanya
dengan cara demikian maka manusia diperlakukan dengan
sepatutnya secara beradab.
3) Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia
akan berhadapan dengan manusia lain sebagai individu, dengan
berbagai jenis kelompok atau golongan, dengan suatu kelompok
khusus yang disebut negara-bangsa, dan dengan masyarakat
dunia. Dalam hubungan ini pasti akan timbul kepentingankepentingan tertentu, dan masing-masing unsur berusaha untuk
menonjolkan dan memperjuangkan kepentingannya. Bagi bangsa
Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila, berusaha untuk
mendudukkan setiap unsur pada peran dan fungsinya secara
selaras atau harmonis. Yang diutamakan bukan kepentingan
masing-masing unsur namun terpenuhinya kepentingan dari
semua unsur yang terlibat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4) Dewasa ini negara-negara di dunia sedang dilanda oleh demam
demokrasi. Masing-masing negara berusaha untuk membuktikan
dirinya sebagai negara demokrasi. Namun bila kita cermati, maka
pelaksanaan demokrasi di berbagai negara tersebut berbedabeda.
Oleh karena itu suatu negara-bangsa yang ingin
memberikan makna demokrasi sesuai landasan filsafat yang
dianutnya dan mendasarkan diri pada sejarah perkembangan
bangsanya dipandang wajar-wajar saja. Bahkan memaksakan
suatu sistem demokrasi yang diterapkan pada suatu negarabangsa tertentu untuk diterapkan pada negara lain yang memiliki

88

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

latar belakang budaya yang berbeda dipandang suatu


pelanggaran hak asasi. Oleh karena dipandang sah-sah saja bila
bangsa Indonesia memiliki konsep demokrasi sesuai dengan
dasar filsafat negara-bangsanya dan latar belakang budayanya,
yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang diterapkan melalui lembagalembaga negara yang disepakati oleh para founding fathers.
5) Yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam mendirikan
negara adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak
ada maknanya suatu kesejahteraan hanya untuk sebagian kecil
dari rayat Indonesia, karena akhirnya yang tidak memperoleh
kesejahteraan ini akan menjadi beban dan tanggungan. Oleh
karena itu konsep keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan suatu konsep yang dapat dipertanggung jawabkan
sebagai penterjemahan dari fahan kebersamaan dan faham
persatuan dan kesatuan.
Dari uraian di atas nampak dengan jelas bahwa Pancasila dapat
dipertanggung jawabkan dari tinjauan teoretik-filsafati, dari analisis dan
pemikiran yang logik. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan nilai-nilai universal yang diperjuangkan oleh bangsa-bangsa
di dunia,
4.4 Justifikasi Sosiologik
Sesuai dengan penggagas awal, Ir. Soekarno, bahwa Pancasila
digali dari bumi Indonesia sendiri, dikristalisasi dari nilai-nilai yang
berkembang secara nyata dalam kehidupan rakyat Indonesia yang
beraneka ragam. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
dapat diamati di berbagai masyarakat yang terserak dari Sabang
sampai Merauke. Memang diakui bahwa dalam mempraktekkan
nilai-nilai dasar tersebut terdapat perbedaan pada berbagai
masyarakat; yang berbeda sekedar nilai praksisnya sedang nilai
dasar adalah tetap sama. Dengan demikian maka Pancasila
memang merupakan living reality dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.
Dari uraian di atas jelas bahwa bagi bangsa Indonesia tidak perlu
ada keraguan mengenai Pancasila baik sebagai dasar negara,

89

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

sebagai ideologi bangsa, maupun sebagai pedoman untuk bersikap


dan bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal ini terbukti dari analisis baik ditinjau dari segi yuridik,
teoretik-filsafati, maupun sosiologik.

5. Revitalisasi Jati Diri Bangsa


Potret keadaan pada peralihan tahun 1997-1998. Sebelum gerakan
reformasi/demokratisasi merebak pada tahun 1998, persoalan persatuan
dan kesatuan bangsa sangat intensif dilakukan dan dipelihara. Namun
sayangnya modal sosial yang sangat kuat dan tumbuh bersama-sama
dengan kebangkitan nasional bangsa tersebut, dikelola secara simultan
dengan aspek-aspek kehidupan yang lain, dengan pendekatan politik
yang relatif represif dan mengedepankan stabilitas politik, ingat misalnya
tentang strategi trilogi pembangunan. Dengan demikian persoalan
persatuan dan kesatuan bangsa juga menerima imbas negatif di era
reformasi.
Persoalan-persoalan yang bernuansa separatisme
kedaerahan yang sempit pada saat itu dapat diredam dengan
pendekatan stabilitas politik, dengan nuansa pembangunan
pertumbuhan ekonomi yang secara artifisial cukup memuaskan, untuk
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) rakyat, disertai dengan sistem
pemerintahan yang sentralistik.
Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang dahsyat pada akhir tahun
1997, yang pada akhirnya tidak dapat diatasi dan kemudian disusul oleh
krisis multidimensional akibat sinergi negatif antara krisis ekonomi dan
keadaan sosial-politik yang tidak sehat, yang sebenarnya merupakan
api dalam sekam, maka meledaklah ketidakpercayaan pada penguasa
pada waktu itu, sehingga Orde Baru jatuh dan digantikan oleh Orde
Reformasi. Salah satu side effect runtuhnya Orde Baru yang sangat
menyedihkan adalah berkembangnya sikap skeptis terhadap ideologi
bangsa (Pancasila) akibat trauma atas pendekatan doktriner P4 ( eka
prasetya pancakarsa ) yang menjadikan Pancasila kurang
mencerminkan
keseimbangan
perlindungan
antara
moralitas
institusional, moralitas sosial dan moralitas sipil dan bahkan menjadikan
Pancasila sebagai ideologi tertutup di luar penafsiran nilai-nilai yang
diformalkan.
Kegamangan terhadap ideologi Pancasila tersebut
menyurutkan makna ideologi, baik sebagai perekat persatuan bangsa
maupun sebagai sarana untuk menumbuhkan kepercayaan bangsa lain.

90

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Terkait dengan nilai atau sila Persatuan Indonesia, kondisi negatif


tersebut nampak dari pelbagai indikator sebagai berikut :

Rasa tidak aman/tidak tenteram bagi minoritas;

Munculnya gerakan radikalisme yang tidak jarang disertai dengan


langkah-langkah anarkhis, kekerasan dan amuk massa;

Munculnya terorisme, yang dipicu oleh radikalisme dengan


memanfaatkan melemahnya ideologi Pancasila;

Toleransi terhadap perbedaan pendapat sangat lemah;

Munculnya
elemen-elemen
separatisme
dan
kedaerahan/primordialisme, dengan menafsirkan otonomi daerah
sebagai federalisme;

Pendekatan fragmentatif dalam menghadapi persoalan-persoalan


bangsa;

Ketiadaan atau kelangkaan tokoh panutan;

Perasaan gotong-royong, solidaritas dan kemitraan yang lemah;

Ketidaksepahaman dalam mensikapi proses globalisasi;

Iklim investasi yang buruk dan larinya modal asing ( foreign direct
investment ) sebagai the final aftermath; dan lain-lain.
5.1 Struktur dan Kultur Persatuan Nasional
Dalam kondisi semacam itu, bangsa Indonesia sebenarnya tetap
yakin bahwa persatuan dan kesatuan nasional baik yang bernuansa
struktural maupun kultural (solidaritas sosial) tetap bisa dipertahankan di
negeri ini, sebab bangsa ini memang didirikan atas dasar falsafah nonprimordialisme, melainkan atas dasar rasa penderitaan yang sama
(sense of common suffering) akibat penjajahan asing ratusan tahun.
Dengan demikian fondasi berdirinya bangsa ini adalah pluralisme
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ( unity ini diversity/e pluribus
unum).
Semboyan tersebut sangat bermakna, karena di dalamnya terkandung
elemen-elemen: diversity, unity, harmony, tolerance and peace. Hal ini
tidak hanya bernuansa domestik, tetapi juga mondial mengingat
pengaruh globalisasi, yang menjadikan dunia ini sebagai the global
village, yang anti terhadap segala perilaku diskriminatif.

91

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Membangun jati diri adalah suatu proses penumbuhan dan


pengembangan nilai-nlai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui
mata hati kita, dan direfleksikan dalam pemikiran, sikap dan perilaku.
Mungkin selama ini kita hanya menggunakan cipta dan karsa serta
tangan atau karya saja, tetapi kedepan kita sudah saatnya menampilkan
olah rasa dalam membangun jati diri bangsa.
Pada dasarnya jati diri bangsa dipengaruhi oleh perkembangan
sistem nilai yang dianut dan dipahami, yang senantiasa berubah secara
dinamis mengikuti paradigma yang berlaku. Kuhn (1996) menjelaskan
pengertian paradigma sebagai berikut: paradigma sebagai suatu
himpunan pendapat atau pengertian yang dapat memberikan
jawaban atau penjelasan pada suatu pertanyaan ilmiah; atau
pendefinisian dari suatu anggapan untuk berbagai masalah dan
metode yang absah; atau suatu kriteria untuk menentukan
permasalahan yang dipertanyakan.
Pergantian suatu paradigma dengan paradigma yang baru adalah
merupakan
kejadian
ilmiah
yang
diakibatkan
oleh
perkembangan/pertumbuhan ilmu pengetahuan. Dalam proses peralihan
paradigma tersebut seringkali terjadi atau tidak berlangsung secara
mulus, karena selalu terdapat masyarakat pendukung paradigma lama
dan pendukung paradigma baru. Hal ini bisa saja berlangsung lama
disebabkan oleh rasa keengganan pemeluk paradigma lama untuk
mengakui keunggulan paradigma baru. Keadaan ini secara jujur kita
rasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini yang
apabila tidak diwaspadai akan mengancam kekokohan persatuan dan
kesatuan bangsa.
5.2 Jati Diri dan Persatuan Bangsa
Kita menengok kembali makna semangat kesatuan dan persatuan
bangsa. Kita menyadari bahwa semangat kesatuan dan persatuan itu
memang pernah disalahgunakan untuk mengendalikan negara secara
otokratik. Karenanya, mari kita kembalikan makna luhur dua kata itu
menjadi niat untuk menjaga keutuhan bangunan negara yang kita cintai
bersama,
dalam
suasana
demokratis,
bukan
artificial.
Mengelola kebhinnekaan, jangan diartikan sebagai mencabik-cabik dan
meruntuhkan bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini,
saatnya kita mengibarkan kembali semangat dan tekad bersatu dari

92

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Sabang sampai Merauke kita harus jaga keutuhannya, isinyalah yang


kita tata dengan menempatkan keanekaragaman yang ada secara
proporsional. Jangan pernah kita biarkan negeri ini terpecah berkepingkeping, hanya karena menonjolnya kepentingan sektoral, kedaerahan,
dan juga kepentingan kelompok. Dalam hal ini yang kita kembangkan
adalah constructive pluralism, bukan menerapkan misalnya minority by
force atau minority by will.
Setelah reformasi bergulir , baru kita memahami bahwa semua
yang dilakukan dulu, sekarang ini menimbulkan dampak di kalangan
masyarakat. Rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, dan akhirnya
menimbulkan rasa dendam adalah fenomena yang kita temukan di
kalangan masyarakat saat ini. Reformasi bukanlah revolusi, bukan pula
suatu evolusi biasa, tetapi evolusi yang dipercepat (accelerated
evolution) . Yang diakselerasi adalah pelbagai indeks atau root
principles of democracy yang dilakukan secara gradual dan sistematis,
karena kita melihat ada hal-hal yang di masa lalu itu tidak baik, hal-hal
yang di masa lalu itu tidak benar, hal-hal yang dimasa lalu yang perlu
disempurnakan dan harus diperbaiki, khususnya yang berkaitan dengan
aktualisasi proses demokrasi. Jadi tidak benar kalau reformasi adalah
penghancuran total secara emosional terhadap hasil-hasil di waktu yang
lalu untuk kemudian dibangun suatu sistem. Yang betul-betul tidak lagi
berbau masa lalu. Kalau ini yang dilakukan maka ini namanya revolusi
dan kita akan kembali sekian tahun ke belakang dan tentunya akan
merugikan kita semua di segala aspek kehidupan. Kita mensyukuri
sekarang ini, masyarakat menyadari perubahan itu tidak boleh dilakukan
dengan emosional, kepentingan sesaat dan balas dendam, tetapi lebih
kepada perubahan yang harus dilakukan secara konsepsional melalui
suatu tatanan yang berlandaskan kepada rasionalitas sesuai dengan
kebutuhan dan juga menatap masa depan bangsa indonesia.
Sebagai bangsa yang merdeka, maka bangsa Indonesia
mempunyai cita-cita dan tujuan seperti termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945, yakni adanya kehidupan yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
Kebhinnekaan budaya masyarakat Indonesia merupakan rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa yang harus diterima sebagai kekayaan bangsa.
Sejarah menunjukkan bahwa suku-suku bangsa yang mendiami wilayah
Nusantara ini, dengan keanekaragaman budayanya masing-masing,

93

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

sejak dahulu telah saling berhubungan dan berinteraksi. Berdasarkan


kesamaan visi mengenai masa depan, maka para pemuda dari sukusuku bangsa tersebut pada tahun 1928 telah mengikrarkan sumpah
untuk menjadi satu bangsa dengan menggunakan bahasa persatuan
dan bersama-sama hidup di satu tanah air. Dari peristiwa ini terlihat
bahwa kebhinnekaan budaya bukan menjadi halangan untuk
mewujudkan persatuan bangsa.
Justru budaya yang
beraneka ragam tersebut mampu berhubungan dan berinteraksi satu
dengan yang lainnya secara selaras dan serasi. Oleh sebab itulah perlu
selalu disadari dan dipahami bersama bahwa bangsa Indonesia ini
memang dibentuk dari suku-suku bangsa yang memiliki budaya yang
beraneka ragam. Maka langkah utama yang perlu ditempuh dalam
rangka membangun kehidupan baru bagi bangsa Indonesia di masa
depan adalah menggunakan salah satu asas dalam konsepsi
kemandirian lokal, yaitu pendekatan kebudayaan, sebagai bagian
utama dari strategi pembangunan masyarakat dan bangsa.
Implementasi pendekatan kebudayaan dalam pembangunan bangsa
diyakini akan dapat menumbuhkan kebanggaan pada setiap anak
bangsa terhadap diri dan budayanya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan pula toleransi dan pengertian akan keberadaan budaya
lainnya. Hal ini merupakan faktor utama perekat persatuan bangsa.
Pada proses reformasi, penyaluran aspirasi politik masyarakat
telah dapat diakomodasikan dalam sistem multi partai. Pada satu sisi,
hal ini dapat mencerminkan perwujudan demokrasi, akan tetapi pada sisi
lain dapat mengarah pada pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila.
Hal tersebut pada akhirnya dapat diselewengkan dengan pembentukan
kekuatan-kekuatan dengan memobilisasi kekuatan berdasarkan asas
masing-masing. Hal ini dapat bermuara pada berkembangnya
primordialisme sempit berdasarkan agama, etnis ataupun ras dan aspek
kedaerahan lainnya.
Faktor kemajemukan serta adanya kesenjangan antar daerah
yang makin menajam, dapat berdampak pada permasalahan di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Keadaan negara yang
berbentuk kepulauan dengan berbagai ragam permasalahan akan
semakin berbahaya bila faktor luar ikut campur tangan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan yang ada. Tuntutan pemisahan diri daerah
tertentu menunjukkan terjadinya benturan kepentingan daerah dengan
pusat. Disamping itu, patut diperhatikan karena permasalahan-

94

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

permasalahan daerah tersebut di atas ternyata terjadi di sepanjang alur


laut kepulauan Indonesia ( alki ), yang apabila tidak diwaspadai akan
mengancam ketahanan nasional kita.
Di era pasca perang dingin, bahaya-bahaya terhadap bangsabangsa di dunia tidak lagi bersifat konvensional militeristik dengan aktor
negara, tetapi bersifat non-tradisional ( non traditional security threat )
dengan pelaku non state actors seperti terorisme, kejahatan
transnasional terorganisasi, perusakan lingkungan hidup, perdagangan
senjata api, migran gelap, perdagangan manusia untuk prostitusi dan
sebagainya. Belum lagi persoalan kemiskinan, penyakit menular, perang
saudara, senjata nuklir, dan masih juga adanya bahaya perang. Modal
dasar bangsa Indonesia untuk menghadapi itu semua adalah nilai-nilai
dasar yang telah menjadi konsensus final, yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI di tambah Wawasan Nusantara sebagai
geopolitik dan ketahanan nasional sebagai geostrategi.
Ketahanan nasional (national resilience) pada hakikatnya
merupakan kondisi tingkat peradaban (the level of civilization) suatu
bangsa yang tidak dapat hanya diukur atas dasar parameter
kemampuan defence and security , pertumbuhan ekonomi dan jumlah
pendapatan perkapita suatu bangsa, tetapi juga ditentukan oleh kondisi
stabilitas politik dan perlindungan HAM, tingkat demokrasi, tingkat
kemiskinan, kemampuan suatu bangsa untuk memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif di era globalisasi, kemajuan
pendidikan dan sain serta teknologi dan sebagainya, yang semuanya
sebenarnya merupakan jumlah keseluruhan dari human and national
capabilities.
Ketahanan (resilience) harus diartikan dalam kerangka disamping itu,
Wawasan Nusantara sebagai suatu pandangan geopolitik yaitu cara
pandang (out look) yang berlingkup nasional untuk memberi arah bagi
setiap warga negara indonesia dan segenap komponen bangsa
indonesia, untuk senantiasa menjaga dan memelihara persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke dalam rangka
terwujudnya cita-cita nasional, sebagaimana diamanatkan dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri yang berpotensi memecah maupun merusak
persatuan dan kesatuan bangsa yang menjurus kepada disintegrasi

95

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

bangsa perlu segera diatasi. Kita harus mengatasi hal ini secara
profesional dan proporsional dengan mengedepankan persatuan dan
kesatuan bangsa serta memposisikan rakyat sebagai penikmat
kedaulatan rakyat.
Profesionalisme tidak hanya mengandung nuansa expertise yang
memadai dari seseorang yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan oleh lembaga yang hebat, tetapi harus disertai karakter
semangat altruistik atau pengabdian sosial yang tinggi (sense of social
responsibility) dan rasa kesejawatan (corporateness) dan ketaatan
kepada kode etik yang berlaku dalam profesinya, yang pada akhirnya
perilaku positif yang secara teratur diterapkan akan menumbuhkan
kebiasaan dan karakter yang kondusif untuk mencapai tujuan nasional
seperti yang diamanatkan.
Rasa percaya diri (self confidence) seorang pemimpin akan
sangat
dibutuhkan
untuk
membangun
ketahanan
nasional
masyarakatnya. Kehebatan seorang pemimpin seperti motivasi untuk
maju, bijak, profesional, tidak sombong, hidup sederhana, jujur (honesty
is the fisrt chapter of wisdom), sadar akan pentingnya team work , suka
bekerja keras (every great achievement is the story of flamming heart),
berani mengambil risiko secara terukur (calculated risk), penuh dengan
imajinasi dan selalu menjaga kualitas kerjanya serta kesediaan untuk
mengakui keunggulan seseorang termasuk keunggulan anak buahnya,
tidak dapat hanya diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga
melalui proses penghayatan yang empiris mulai dari tahap-tahap
(stages); mengenal (acquaintance), menyadari lebih dalam (awareness)
kemampuan menilai (attitude) dan membentuk perilaku (behaviour).
Pelbagai konsensus nasional di atas (Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional) harus dilihat sebagai jati diri bangsa dan ditempatkan
sebagai margin of apprecfiation. Selain itu semangat reformasi
mengharuskan kita untuk menghormati pelbagai persyaratan untuk
hidup bermartabat ( living in dignity) yang merupakan segitiga yang
bersifat universal yaitu demokrasi, rule of law dan promosi serta
perlindungan HAM.

96

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

Ringkasan .
1.
Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan nasional. Bahwa
suatu negara-bangsa memiliki ciri khusus yang membedakan dengan
negara-bangsa yang lain berupa karakter atau perangai yang
dimilikinya, idee yang melandasinya, sehingga merupakan pribadi dari
negara-bangsa tersebut.
Sedangkan hakekat Negara adalah
merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok manusia
melakukan kegiatan pemerintahan. Bangsa dan Negara Indonesia
adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib
sejarah dan melakukan tugas pemerintahan dalam suatu wilayah
Indonesia.
2
Identitas merupakan indikator khusus yang berfungsi sebagai
pembeda suatu subjek dari subjek yang lain. Secara harafiah identitas
atau jati diri memiliki dua arti sebagai ciri-ciri yang melekat pada
manusia atau benda dan sebagai surat keterangan yang dapat
menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidupnya. Identitas juga
dapat diperoleh sebagai hasil aksi yang dilakukan seseorang sebagai
respon terhadap keadaan sekitar yang telah diberi penilaian oleh orang
lain yang melihat. Dari sini dapat dikatakan bahwa identitas menjadi
elemen penting ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang
lain. Interaksi dilakukan dalam rangka mencapai kepentingan dan
menentukan posisi seseorang dalam melaksanakan perannya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam interaksi di
dunia internasional, identitas nasional merupakan suatu kerangka yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam bertindak. Identitas nasional inilah
yang mencetak kepribadian nasional; jati diri suatu bangsa. Kepribadian
nasional atau jati diri bangsa digali dari nilai-nilai dasar yang terdapat di
dalam bangsa Indonesia dan diyakini kebenarannya. Oleh sebab itu
bangsa Indonesia memiliki pembeda yang jelas dengan bangsa-bangsa
lain karena mereka tidak memiliki nilai ke-Indonesia-an yang dapat
diakui sebagai identitas. Identitas nasional terbentuk karena adanya
perasaan satu, sanasib sepenanggungan sebagai sesama bangsa
Indonesia. Intensnya interaksi sesama bangsa Indonesia dibandingkan
dengan bangsa lain karena kesatuan geografis juga menjadi faktor
terbentuknya identitas bersama.

97

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

3. Membangun jati diri adalah suatu proses penumbuhan dan


pengembangan nilai-nlai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui
mata hati kita, dan direfleksikan dalam pemikiran, sikap dan perilaku.
Mungkin selama ini kita hanya menggunakan cipta dan karsa serta
tangan atau karya saja, tetapi kedepan kita sudah saatnya menampilkan
olah rasa dalam membangun jati diri bangsa. Pada dasarnya jati diri
bangsa dipengaruhi oleh perkembangan sistem nilai yang dianut dan
dipahami, yang senantiasa berubah secara dinamis mengikuti
paradigma yang berlaku. Konsensus nasional : Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional, harus dilihat sebagai jati diri bangsa dan ditempatkan
sebagai margin of apprecfiation. Selain itu semangat reformasi
mengharuskan kita untuk menghormati pelbagai persyaratan untuk
hidup bermartabat ( living in dignity) yang merupakan segitiga yang
bersifat universal yaitu demokrasi, rule of law dan promosi serta
perlindungan HAM.
4. Pancasila sebagai identitas Nasional. Nilai-nilai esensial yang
terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya secara objektif telah
dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirirkan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia
melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaankerajaan pada abad ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan
Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya
kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian
kerjaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan
lainnya. Bahwa Pancasila dapat dipertanggung jawabkan dari tinjauan
teoretik-filsafati, dari analisis dan pemikiran yang logik. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai universal yang
diperjuangkan oleh bangsa-bangsa di dunia,

Latihan .
1. Jelaskan, mengapa bentuk negara ditentukan oleh proses

bangsa yang bersangkutan menjadi negara/menegara?


2. Apa yang anda ketahui tentang identitas nasional Indonesia,
dan apa unsur-unsur pembentukan identitas nasional.
3. Pancasila sebagai identitas nasional, jelaskan kaitannya
dengan legalitasnya.
4. Jelaskan yang dimaksud nasionalisme dan perkembangannya
di Indonesia.

98

PROGRAM DIPLOMA IPB


IDENTITAS NASIONAL (PPKn)

5. Jelaskan dinamika identitas nasional setelah ternjadinya

reformasi di Indonesia dan langkah-langkah apa yang harus


ditrempuh dalam membangun identitas nasional.

Referensi :
1. Ginanjar Kartasasmita 1994 Pembangunan Nasional dan
Wawasan Kebangsaan.
2. Hadi P. Hardono, DR 1996, Jati Diri ManusiaBerdasarkan
Filsafat Organisme Whitehead, Kanisius Yogyakarta.
3. Jawahir Tantowi, Multikuluralisme dan Agenda Pembaharuan
social.
4. Lembaga Ketahanan nasional, 1996, Memantapkan Jati Diri
Bangsa dalam rangka Proses Pembangunan.
5. Masitoh N. Rohma , Karakteristik Identitas Nasional Indonesia,
2012
6. Muladi, Prof. Dr. S.H. Gubernur Lemhanas, Revitalisasi Jati Diri
Bangsa.
7. Mayjen Syarifudin Tippe Nilai-nilai luhur bangsa dalam
manajemen dan resolusi konflik, 2005
8. Nasikun, Prof. Dr., at al., 2006, Pancasila Sebagai Paradigma
Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, Pusat Studi
Pancasila UGM, Yogyakarta
9. Salim, Arshal, GP, at al., 2000, Pendidikan Kewarganegaraan,
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Press,
Jakarta.

99

Anda mungkin juga menyukai