Anda di halaman 1dari 13

Artikel Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL DI ERA DIGITAL

Nama : Nabilah Nur Atikah Sari

NIM : 858463021
A. PENDAHULUAN
Setiap Negara memiliki identitas masing-masing yang mencirikan atau menjadi
penanda suatu bangsa. Identitas tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografi, ekologi, budaya,
adat istiadat, politik, serta berbagai unsur yang menjadi keunikan bangsa tersebut. Demikian
juga halnya bangsa Indonesia dengan keberagaman bahasa, budaya, karakter bangsa, serta
kekayaan alamnya, menjadi ciri khas bagi Identitas Nasional bangsa Indonesia. Unsur-unsur
tersebut kemudian dihimpun menjadi satu kesatuan yang akhirnya membentuk identitas
nasional bangsa Indonesia.
Sebuah identitas adalah satu hal yang penting bagi sebuah bangsa khususnya
bangsa Indonesia, karena identitas menjadi salah satu faktor yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain. Dengan memiliki identitas, Indonesia menjadi bangsa yang
berdaulat, yang berkepribadian, yang memiliki karakter yang kuat sehingga mampu
menghadapi tantangan zaman yang semakin sulit. Identitas bangsa juga akan memperkuat
daya saing bangsa tersebut di tengah persaingan dan tantangan dunia yang semakin lama
semakin berat. Identitas bangsa akan membuat bangsa tersebut menjadi bangsa yang
memiliki karakter kuat sehingga tidak akan mudah digoyahkan atau dihancurkan oleh
berbagai macam nilai yang datang dari kebudayaan luar.
Identitas nasional merupakan pondasi kuat bagi kehidupan suatu bangsa. Ia
mencerminkan nilai-nilai, budaya, dan karakteristik yang membedakan suatu bangsa dari
yang lain. Identitas nasional adalah inti dalam membangun rasa persatuan dan kesatuan di
dalam suatu negara. Di era digital yang kita hadapi saat ini, identitas nasional generasi muda
menjadi semakin penting, seiring dengan pengaruh teknologi yang semakin mempengaruhi
kehidupan sehari-hari.
Identitas Nasional ini melekat pada diri bangsa Indonesia, dan tidak boleh
tersingkirkan oleh pengaruh-pengaruh asing dari Negara manapun juga, sebab jika hal itu
terjadi maka bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya. Bangsa Indonesia dikenal sebagai
bangsa yang ramah, sopan santun, murah hati, berbudaya, memiliki keragaman bahasa dan
budaya, serta mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila, itulah Identitas Nasional bangsa
Indonesia.
Di tengah-tengah perkembangan zaman yang cenderung membawa berbagai
pengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia harus tetap
mempertahankan Identitas Nasionalnya. Hal ini tidak berarti bangsa Indonesia harus tertutup
terhadap dunia luar, melainkan harus menyaring agar tidak bertentangan dengan kepribadian
dan nilai-nilai dalam Pancasila.

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Identitas Nasional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah identitas nasional terbentuk oleh
dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari kata
“identity” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1)
(C,U) who or what sb/sth is; (2) (C,U) the characteristics, feelings or beliefs that
distinguish people from others; (3) the state of feeling of being very similar to and able
to understand sb/sth.
Dalam kamus maya/electronic Wikipedia dikatakan “identity is an umbrella term
used throughout the social sciences to describe a person's conception and expression of
their individuality or group affiliations (such as national identity and cultural identity).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas berarti ciri-ciri atau keadaan
khusus seseorang atau jati diri.
Dengan demikian identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki
oleh sesorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan
diwujudkan dalam beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda
Penduduk, ID Card, Surat Ijin Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu
Mahasiswa.
Kata nasional berasal dari kata “national” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced
Learner’s Dictionary berarti: (1) connected with a particular nation; shared by a whole
nation; (2) owned, controlled or financially supported by the federal, government.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nasional” berarti bersifat kebangsaan;
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat
dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang
kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila bangsa
Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah m Tilaar
(2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan pengertian bangsa. Menurutnya,
bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang karena daripadanyalah seorang
individu memperoleh realitasnya. Artinya, seseorang tidak akan mempunyai arti bila
terlepas dari masyarakatnya.
Soedarsono (2002) menyatakan “Jati diri adalah siapa diri Anda sesungguhnya.”
Makna identitas dalam konteks ini digambarkan sebagai jati diri individu manusia. Jati
diri sebagai sifat dasar manusia. Dinyatakannya bahwa jati diri merupakan lapis pertama
yang nantinya menentukan karakter seseorang dan kepribadian seseorang.
Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul dalam ideologi dan
konstitusi negara, ialah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945. Jati diri
bangsa Indonesia merupakan suatu hasil kesepakatan bersama bangsa tentang masa
depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Jati diri bangsa harus selalu mengalami
proses pembinaan melalui pendidikan demi terbentuknya solidaritas dan perbaikan
nasib di masa depan.
Menurut Kaelan (2002) jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan
yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia.
Koento Wibisono (2005) menyatakan bahwa identitas nasional adalah pengertian
yang di dalmnya tersimpul perangkat nilai-nilai budaya yang mempunyai ciri khas dan
membedakan dengan bangsa lain. Identitas nasional merupakan kontruksi emosional,
intelektual, dan ideologis yang terus menerus harus dibangun agar tata nilai yang
tersimpul di dalamnya tetap relevan, aktual dan fungsional; dalam menghadapi zaman
yang terus menerus berkembang dan berubah-ubah.
Dari beberapa pengertian identitas nasional dapat disimpulkan bahwa ada
sejumlah ciri yang menjadi corak dan watak bangsa yakni sifat religius, sikap
menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan, gotong royong dan musyawarah,
serta ide tentang keadilan sosial. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai
Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas
nasional.

2. Generasi Muda
Generasi muda, terdiri dari dua kata majemuk. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pengertian generasi adalah: masa orang dalam satu angkatan; muda
merupakan kelompok atau golongan kaum muda. Pengertian keseluruhan dari generasi
muda adalah penerus generasi yang akan melanjutkan generasi sebelumnya, dengan
rentang usia 17-30 tahun, dan kadang-kadang sampai usia 40 tahun. Rentang usia di atas
berdasarkan perjalanan kematangan biologis dan psikologis. Generasi muda adalah the
leader of tomorrow (pemimpin masa depan). Di tangan kaum mudalah nasib sebuah
bangsa dipertaruhkan. Kemajuan bangsa pada masa depan, bergantung pada kualitas
generasi mudanya. Hal ini mengindikasikan, bahwa generasi muda dituntut harus
memiliki kesiapan untuk menerima tongkat estafet dari para pendahulu.
World Health Organization (2018) mendefinisikan “adolescenea” atau remaja
dengan kategori usia 10-19 tahun. Sedangkan pada kategori penduduk berusia 15-24
tahun sebagai kelompok muda (youth people).
Gahung et al. (2017) mengemukakan pemuda merupakan individu dengan
karakter dinamis, bahkan begejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian
emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antar
18-35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara
biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda
dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna positif aspirasi yang berbeda
ini disebut dengan semangat pembaharu.
Pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali
terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam.
Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia
sedangkan definis lainnya lebih fleksibel. Dimana generasi muda dalah mereka yang
memiliki semangat pembaharuan (Ali Muhammad, 1998).
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa generasi muda adalah
individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara
psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan
sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon
generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.
Ciri-ciri pemuda yang hendak diwujudkan melalui pembinaan dan pengembangan
pemuda, secara ideal meliputi aspek-aspek dan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Kerohanian/kepribadian:
1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) bermoral dan berkesadaran ideologi Pancasila;
3) berjiwa Undang-Undang Dasar 1945 dan bersemangat persatuan dan kesatuan
bangsa;
4) berbudi pekerti luhur, berperikemanusiaan dan berjiwa pengabdian;
5) demokratis, jujur, adil, sederhana, dan bertanggung jawab.
b. Intelek dan kejiwaan:
1) cerdas dan berilmu, kritis analitis, sintetis dan metodis;
2) obyektif, realistis dan tanggap terhadap setiap permasalahan;
3) mampu mengambil prakarsa, inovatif dan memiliki daya kreatif dan akseleratif;
4) berjiwa mantap, konsisten, seimbang dan selaras, tidak mudah terombang-
ambing, tahan uji atau ”tanggon”.
c. Jasmani
Segar, sehat, tangguh, tangkas dan berdaya tahan tinggi, lincah dan gesit atau
”trengginas”.
d. Rasa, karsa, dan karya:
1) cinta orang/keluarga, cinta guru, cinta sesamanya, pemimpin bangsadan negara;
2) cinta budaya bangsa, tanah air dan keindahan serta kelestarian alamnya;
3) berdisiplin sosial, suka belajar, suka bekerja, dan berprestasi,
4) cakap, terampil/ahli, dan produktif.

3. Era Digital
Era digital adalah dimana perkembangan teknologi semakin pesat sesuai dengan
perkembangan zaman. Alat-alat teknologi bukan menjadi alat-alat yang langka untuk
ditemukan. Hampir semua aktifitas yang berhubungan dengan pendidikan, social,
budaya, olahraga, ekonomi maupun politik selalu memanfaatkan kecanggihan teknologi
untuk mencari informasi dan membantu melaksanakan setiap kegiatan-kegiatannya
dalam pemecahan suatu masalah.
Dalam penelitian Danuri (2019:119) mengungkapkan bahwa teknologi digital
adalah sebuah teknologi informasi yang lebih mengutamakan kegiatan dilakukan secara
komputer atau digital dibandingkan menggunakan tenaga manusia. Danuri
mengungkapkan bahwa digital pada dasarnya hanyalah sistem menghitung sangat cepat
yang memproses semua bentuk-bentuk informasi sebagai nilai-nilai numeris.
Era digital merupakan masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta
disebarluaskan menggunakan teknologi digital. Sedangkan, teknologi digital adalah
teknologi yang menggunakan sistem komputerisasi yang terhubung internet. Kedua hal
ini, baik era dan teknologi digital selalu berjalan beriringan serta saling memberikan
dampak kepada masyarakat, khususnya anak-anak yang mudah sekali menerima
informasi dari berbagai sumber. Era digital saat ini menimbulkan pemusatan media
yang memungkinkan anak menjadi partisipan aktif.
Era digital saat ini memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan
bermasyarakat, termasuk dalam ruang lingkup keluarga. Hal ini membuat orang tua
menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman terkait dengan pemanfaatan
teknologi di era digital saat ini. Sehingga, orang tua berperan penting agar anak
mendapatkan dampak positif dalam era digital.

C. PEMBAHASAN
Indonesia memiliki keunikan dibanding negara yang lain. Dengan kepulauan
terbanyak di dunia, negara tropis yang hanya mengenal musim hujan dan panas, negara yang
memiliki suku, tradisi dan bahasa yang beraneka ragam, menjadi ciri khas dalam
membentuk Identitas Nasional bangsa Indonesia.
Salah satu cara untuk memahami identitas suatu bangsa adalah dengan cara
membandingkan bangsa satu dengan bangsa yang lain dengan cara mencari sisi-sisi umum
yang ada pada bangsa itu. Pendekatan demikian dapat menghindarkan dari sikap kabalisme,
yaitu penekanan yang terlampau berlebihan pada keunikan serta ekslusivitas yang esoterik,
karena tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang mutlak berbeda dengan bangsa lain
(Darmaputra, 1988: 1).
Identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati diri
nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain
(Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011: 66). Ada beberapa faktor yang
menjadikan setiap bangsa memiliki identitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut
adalah: keadaan geografi, ekologi, demografi, sejarah, kebudayaan, dan watak atau karakter
masyarakat.
Keragaman bangsa Indonesia membuat bangsa ini memiliki karakter yang khas
dibanding bangsa lain yaitu keramahan dan sopan santun. Keramahan tersebut tercermin
dalam sikap mudah menerima kehadiran orang lain. Pada umumnya penduduk Indonesia
memandang orang yang datang sebagai tamu yang harus dihormati. Sehingga banyak
kalangan bangsa lain yang datang ke Indonesia merasakan kenyamanan dan kehangatan
tinggal di Indonesia. Di satu sisi, bangsa Indonesia adalah bangsa agraris. Sebagian besar
penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia) cenderung
mengacu pada kebudayaan atau karakter khas. Identitas Nasional bangsa Indonesia
terangkum dalam simbol kenegaraan dengan dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila.
Tegasnya, Pancasila adalah Identitas Nasional bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang religius, memiliki sifat
humanis, menyukai persatuan/kekeluargaan, suka bermusyawarah dan lebih mengutamakan
kepentingan bersama. Itulah watak dasar bangsa Indonesia. Kendatipun adakalanya terjadi
konflik berupa tawuran, kerusuhan, atau perang antar suku bangsa, hal itu tidak mewakili
karakter bangsa Indonesia melainkan karena situasi dan kondisi tertentu yang
mempengaruhinya. Secara kuantitas, masyarakat yang rukun dan toleran jauh lebih banyak
daripada yang tidak rukun dan toleran.
Kesadaran akan kenyataan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk
adalah sangat penting. Apabila kesadaran tersebut tidak dimiliki, maka keragaman yang bisa
menjadi potensi untuk maju justru bisa menjadi masalah. Keragaman yang ada pada bangsa
Indonesia semestinya tidak dilihat dalam konteks perbedaan namun dalam konteks kesatuan.
Analogi kesatuan itu dapat digambarkan seperti tubuh manusia yang terdiri atas kepala,
badan, tangan dan kaki, yang meskipun masing-masing organ tersebut berbeda satu sama
lain, namun keseluruhan organ tersebut merupakan kesatuan utuh tubuh manusia. Itulah
gambaran utuh kesatuan bangsa Indonesia yang diikat dengan semboyan BhinnekaTunggal
Ika, meskipun berbeda-beda namun tetap satu, sebagai dasar kehidupan bersama ditengah
kemajemukan.
Identitas nasional Indonesia juga diikat atas dasar kesamaan nasib karena sama-
sama mengalami penderitaan yang sama ketika hidup dalam penjajahan bangsa asing.
Perasaan senasib sepenanggungan, mendorong masyarakat untuk bahu membahu
menyatukan hati, pikiran, tenaga, dan segala kemampuan untuk membangun komunitas
bangsanya menurut watak, budaya serta latar belakangnya. Demikian juga bangsa Indonesia
yang majemuk namun terikat oleh kehendak yang sama untuk meraih tujuan yang sama
yaitu kemerdekaan.
Dengan demikian ada dua faktor penting dalam pembentukan identitas yaitu
faktor primordial dan faktor kondisional. Faktor primordial adalah faktor bawaan yang
bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut, seperti geografi, ekologi dan demografi,
sedangkan faktor kondisional adalah keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas
tersebut. Apabila bangsa Indonesia pada saat itu tidak dijajah oleh Portugis, Belanda dan
Jepang bisa jadi negara Indonesia tidak seperti yang ada saat ini.
Identitas nasional tidak bersifat statis namun dinamis. Selalu ada kekuatan tarik
menarik antara etnisitas dan globalitas. Etnisitas memiliki watak statis, mempertahankan apa
yang sudah ada secara turun temurun, selalu ada upaya fundamentalisasi dan purifikasi.
Sedangkan globalitas memiliki watak dinamis, selalu berubah dan membongkar hal-hal yang
mapan, oleh karena itu, perlu kearifan dalam melihat hal ini.

D. PENUTUP
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diambil untuk memperkuat identitas
nasional generasi muda di era digital meliputi ;
1. Pendidikan Nasionalisme Digital, meliputi ; integrasi pendidikan nasionalisme dalam
kurikulum digital, membuat modul dan materi pembelajaran yang memperkenalkan
sejarah, budaya, dan nilai-nilai nasional secara interaktif.
2. Pemanfaatan Teknologi untuk Diseminasi Informasi, misalnya ; memanfaatkan
platform digital seperti media sosial, website, dan aplikasi untuk menyebarkan
informasi yang membangun kesadaran akan identitas nasional, kampanye pendidikan
melalui video, podcast, dan konten-konten menarik lainnya yang dapat memberikan
dampak positif.
3. Kolaborasi dengan Influencer,menggandeng influencer atau tokoh terkenal di media
sosial yang memiliki pengaruh besar di kalangan generasi muda untuk
menyampaikan pesan-pesan positif mengenai identitas nasional.
4. Konten Kreatif dan Menarik, mengembangkan konten kreatif seperti animasi, meme,
dan gamifikasi untuk menyampaikan pesan-pesan nasionalisme. Pendekatan yang
menarik dapat lebih efektif diserap oleh generasi muda yang tumbuh di era digital.

Identitas nasional generasi muda adalah salah satu isu yang semakin mendapat
perhatian di era digital. Globalisasi dan teknologi informasi telah mempermudah akses
terhadap berbagai budaya dan nilai-nilai dari berbagai belahan dunia. Sebagai respons
terhadap tantangan ini, penting bagi kita untuk memperkuat identitas nasional generasi
muda.
1. Meningkatkan Pemahaman tentang Sejarah dan Budaya Lokal
Salah satu langkah pertama yang dapat diambil untuk memperkuat identitas nasional
generasi muda adalah meningkatkan pemahaman mereka tentang sejarah dan budaya lokal.
Pendidikan memainkan peran penting dalam hal ini. Kurikulum pendidikan harus mencakup
pelajaran yang mengajarkan sejarah dan budaya nasional dengan baik. Selain itu, media
sosial juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengedukasi generasi muda tentang asal-usul
dan nilai-nilai yang melekat dalam budaya kita.
Generasi muda perlu mengetahui akar budaya mereka, sejarah perjuangan bangsa, dan nilai-
nilai yang telah menjadi bagian integral dari identitas nasional. Dengan pemahaman yang
kuat tentang hal ini, mereka dapat merasa lebih terhubung dengan warisan budaya bangsa
mereka dan merasa lebih bangga menjadi bagian darinya.
2. Mendorong Kreativitas dan Inovasi yang Berlandaskan Nilai-Nilai Nasional
Kreativitas dan inovasi adalah elemen penting dalam era digital yang berubah dengan cepat.
Generasi muda memiliki potensi besar dalam menciptakan ide-ide inovatif yang dapat
membawa manfaat bagi bangsa dan negara. Namun, kreativitas dan inovasi ini sebaiknya
berlandaskan pada nilai-nilai nasional.
Mendorong generasi muda untuk mengembangkan kreativitas yang berakar pada budaya dan
nilai-nilai nasional adalah langkah yang sangat relevan. Mereka dapat merancang produk-
produk, layanan, atau konten digital yang mencerminkan jati diri bangsa. Inovasi seperti ini
tidak hanya memberi manfaat ekonomis, tetapi juga memperkuat identitas nasional generasi
muda.

3. Mengampanyekan Nilai Empat Pilar Kebangsaan, Nilai Agama, dan Budaya Luhur
Bangsa
Empat Pilar Kebangsaan, yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan
NKRI, adalah nilai-nilai dasar yang harus menjadi pedoman dalam kehidupan generasi
muda. Selain itu, nilai agama dan budaya luhur bangsa juga memiliki peran penting dalam
membentengi pemuda dari budaya buruk yang dibawa oleh globalisasi.
Kampanye yang kuat dan konsisten mengenai nilai-nilai ini perlu dijalankan melalui
berbagai media, termasuk media sosial. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi
masyarakat harus bersinergi dalam mengkomunikasikan pentingnya nilai-nilai ini dan
bagaimana mereka dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari generasi muda.
4. Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Menjaga Keberagaman Budaya
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Setiap daerah memiliki
keunikan sendiri dalam hal bahasa, adat istiadat, dan seni budaya. Generasi muda perlu
menyadari betapa pentingnya menjaga keberagaman ini.
Era digital dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kesadaran ini. Melalui media
sosial dan platform online, generasi muda dapat belajar tentang budaya daerah lain,
berinteraksi dengan mereka, dan memahami betapa beragamnya warisan budaya bangsa.
Memahami keberagaman ini akan membantu mereka merasa lebih terhubung dengan bangsa
ini secara keseluruhan.
5. Mendorong Generasi Muda untuk Terlibat dalam Kegiatan Sosial dan Kegiatan yang
Memperkuat Identitas Nasional
Selain meningkatkan pemahaman dan nilai-nilai, generasi muda perlu terlibat dalam
kegiatan yang memperkuat identitas nasional. Mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan sosial, kegiatan seni dan budaya, atau bahkan kegiatan olahraga yang
mempromosikan semangat persatuan dan kebangsaan.
Keterlibatan dalam kegiatan semacam ini tidak hanya memperkuat rasa kebangsaan, tetapi
juga membantu generasi muda membangun jaringan sosial yang luas. Mereka dapat bertemu
dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda dan berinteraksi secara positif,
memperkaya pengalaman mereka dalam memahami budaya dan nilai-nilai nasional.

Kesimpulan dan Saran


Penguatan identitas nasional generasi muda di era digital merupakan tugas bersama yang
memerlukan upaya dari berbagai pihak. Pendidikan, media sosial, dan kampanye nilai-nilai
kebangsaan memainkan peran penting dalam mencapai tujuan ini. Dalam menghadapi
tantangan globalisasi, generasi muda perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang sejarah
dan budaya lokal, kreativitas yang berlandaskan nilai-nilai nasional, serta kesadaran akan
pentingnya menjaga keberagaman budaya. Melalui upaya bersama, kita dapat memastikan
bahwa generasi muda Indonesia tetap terhubung dengan identitas nasional mereka dan siap
menghadapi masa depan yang semakin digital.

DAFTAR PUSTAKA

Lasiyo – Reno Wikandaru – Hastangka, 2023, MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan,


Universitas Terbukan Edisi ketiga Cetakan keenam

N. Afifah, 2023, ARTIKEL Penguatan Identitas Nasional Generasi Muda di Era Digital
Lengkap Kajian Pustaka dan Pembahasan,
https://www.fokussolo.com/pendidikan/66910718242/artikel-penguatan-identitas-nasional-
generasi-muda-di-era-digital-lengkap-kajian-pustaka-dan-pembahasan?page=3

Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, Dikdik, Baehaqi Arif, 2012, Identitas Nasional,
https://eprints.uad.ac.id/9433/1/IDENTITAS%20NASIONAL%20Dwi.pdf
PROSIDING SEMINAR NASIONAL, 2019, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan
Perguruan Tinggi, Persekolahan, dan Kemasyarakatan Di Era Disrupsi, Laboratorium
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016, BUKU AJAR MATA KULIAH WAJIB
UMUM PENDIDIKAN PANCASILA

Willius Kogoya, 2013, BUKU AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI


MAHASISWA (SUATU KOMPILASI), Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan


Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
untuk Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai