Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dayak sebagai
Mahkota Kalimantan Timur” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tutor
pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang salah satu kebudayaan yang ada di Kalimantan
Timur sebagai usaha untuk memperkuat wawasan kebudayaan Indonesia bagi para
pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Sujiyani Kassiavera, selaku tutor
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
pelajari.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
bagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini
Nasyitha Muhfini
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan dan memahami pengertian dan maksud dari Identitas
Nasional.
2. Mendeskripsikan dan memahami pengertian dari kebudayaan.
3. Mendeskripsikan, menybutkan, serta memahami macam – macam dari
kebudayaan yang ada di Kalimantan Timur.
4. Mendeskripsikan dan memahami mengapa Dayak menjadi identitas
kebudayaan dari Kalimantan Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS NASIONAL
a. Pengertian Identitas Nasional
Pengertian dari istilah identitas nasional ini akan ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu sudut pandang etimologis, historis, dan terminologis.
Menelusuri arti kata secara etimologis, berarti menelusuri makna dari
asal katanya. Istilah identitas nasional terbentuk oleh dua kata, yaitu identitas
dan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata identitas
berarti ciri – ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri. Kata identitas
berasal dari kata “identity” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary berarti (1) (C,U) who or what sb/sth is; (2) (C,U) the characteristics,
feelings or beliefs that distinguish people from others; (3) the state of feeling of
being very similar to and able to understand sb/sth. Berdasarkan arti kata
identitas di dalam kamus tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kata identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh seseorang
pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan diwujudkan dalam
beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk dan Surat
Izin Mengemudi.
Kata nasional berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari
bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. Kata nasional berasal dari kata “national”
(Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1) connected
with a particular nation; shared by a whole nation; (2) owned, controlled or
financially supported by the federal, government. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nasional berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari
bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. Berdasarkan arti yang terdapat di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, identitas nasional dengan demikian
dapat diartikan sebagai ciri-ciri, segala perasaan, atau sifat-sifat kebangsaan
yang berasal dari bangsa itu sendiri, yang pada akhirnya menjadi penentu atau
pembeda bangsa tersebut dengan bangsa lain. Identitas nasional dengan
demikian mencakup dua aspek. Pertama adalah aspek ciri khas. Identitas
nasional selalu merupakan representasi dari keadaan suatu bangsa. Identitas
adalah gambaran yang mewakili keadaan dari bangsa tersebut. Kedua, identitas
nasional juga merupakan pembeda dari bangsa tersebut dengan bangsa lain. Di
samping menunjukkan ciri – ciri yang mempresentasikan keadaan suatu bangsa,
identitas juga harus menunjukkan kekhasan bangsa tersebut dibandingkan
dengan bangsa lain sehingga dengan identitastersebut, bangsa yang
bersangkutan menunjukkan perbedaannya dengan bangsa yang lain. Inilah dua
aspek yang penting di dalam identitas nasional.
Sudut pandang yang kedua yang dapat digunakan untuk mengkaji
pengertian identitas nasional adalah sudut pandang historis. Secara historis, ide
tentang identitas nasional Indonesia bukanlah ide yang baru. Ide ini telah
muncul sejak masa perjuangan kemerdekaan. Kesadaran tentang pentingnya
identitas nasional Indonesia secara historis tepatnya mulai muncul setelah
banyak pemuda Indonesia yang menjalani pendidikan di Eropa. Kesadaran
tentang pentingnya identitas nasional Indonesia, khususnya pada tahap awal
munculnya ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Budi Utomo 1908.
Kongres Budi Utomo 1908 diselenggarakan sebagai akibat dari munculnya
kesadaran rakyat Indonesia untuk merdeka dan bersatu sebagai bangsa. Rakyat
Indonesia mulai sadar untuk melepaskan diri dari penjajahan bangsa asing.
Rakyat Indonesia mulai sadar untuk menemukan identitas dirinya sebagai
bangsa yang telah terhambat perkembangannya karena dalam keadaan terjajah
sehingga muncullah kesadaran untuk bangkit mengatue kehidupannya sendiri
sebagai sebuah bangsa yang bernegara sendiri. kesadaran rakyat Indonesia pada
tahun 1908 tersebut dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional. Kebangkitan
nasional ini telah memberikan semangat bagi rakyat Indonesia untuk sadar dan
bangkit menemukan jati diri sebagai bangsa dan untuk mengatur masa depannya
dengan bernegara sendiri.
Pembentukkan identitas nasional melalui perkembangan nilai – nilai
kebudayaan Indonesia telah mulai dilakukan di masa Kebangitan Nasional jauh
sebelum kemerdekaan. Kongres – kongres kebudayaan tersebut telah mampu
melahirkan kepedulian terhadap unsur-unsur budaya daerah – daerah lain.
Pengalaman kongres – kongres kebudayaan telah banyak memberikan inspirasi
yang mengkristal akan kesadaran berbangsa yang diwujudkan dengan semakin
banyak berdirinya organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. Tumbuh
dan berkembangnya sejumlah organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik
tersebut menyebabkan semakn kuatnya kesadaran berbangsa.
Sudut pandang brikutnya yang dapat digukan untuk mengkaji pengertian
dari identitas nasional adalah sudut pandang terminologis. Mengkaji pengertian
identitas nasional dari sudut pandang terminologis adalah mengkaji pengetian
dari kata tersebut dalam kedudukannya sebagai sebuah istilah. Ada beberapa
toloh yang memberikan pendapatnya untuk memperjelas pengertian identitas
nasional tersebut. Pendapt yang pertama dapat dilihat dari pemikiran Koento
Wibisono Siswomiharjo. Setiap bangsa sebagai bentuk persekutuan hidup yang
ingin merdeka tentu penting memiliki identitas yang berbeda dengan bangsa
lain. Setiap bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat memiliki identitas
nasionalnya agar negara bangsa tersebut dapat dikenal dengan oleh negara
negara lain dan dapat dibedakan dengan negara bangsa lain. Negara bangsa
dengan identitas nasinal yang formal dan jelas akan memiliki nilai dan norma
untuk mengatur hidup dan kehidupannya sehingga akan memiliki kewibawaan
dan kehormatan sebagai bangsa beradab yang sejajar dengan bangsa lain.
Identitas nasional Indonesia akan membedakan bangsa dan warga Indonesia
dengan bangsa dan warga bangsa lain dalam mengatur hidup dan kehidupannya.
Apabila bangsa Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan
dengan mudah mngenal dan membedakan ciri – ciri bangsa Indonesia dengan
bangsa lain. Identitas nasional juga sangat berguna untuk menjaga persatuan
seluruh warga bangsa sehingga sangat berguna untuk menjaga eksistesi dan
kelangsungan hidup negara bangsa yang bersangkutan.
Mengapa identitas nasional penting bagi bangsa Indonesia atau bagi
bangsa – bangsa lain di dunia? Pertanyaan ini barangkali menyeruak di dalam
benak para pembaca. Sebelum mendengar jawaban yang terkesan klise, ada
baiknya perlu disimak terlebih dahulu sebuah analogi sederhana. Apa yang
terjadi ketika kita tidak memiliki suatu kartu identitas apa pun? Tidak punya
SIM, kartu mahasiswa, bahkan KTP sekalipun? Jawabannya sederhana. Dalam
konteks administrasi kependudukan, absennya salah satu dari kartu identitas
tersebut akan berakibat tercabutnya hak kita sebagai warga negara. Sebagai
contoh, ketika seorang mahasiswa kehilangan kartu mahasiswanya maka ia akan
kehilangan haknya sebagai mahasiswa, misalnya hak untuk meminjam buku di
perpustakaan. Begitu pula halnya jika kita kehilangan Surat Izin Mengemudi
yang kita miliki, tiba tiba hilang entah kemana. Pada saat yang bersamaan, kita
kehilangan hak kita sebagai pengemudi. Paling tidak, hak untuk mengemudikan
kendaraan dengan tenang dan tanpa kekhawatiran. Begitu pula dengan halnya
ketika kartu identitas kita berupa KTP tiba tiba hilang. Maka akan semakin
banyak hak kita sebagai warga negara yang akan hilang dan tidak bida kita
dapatkan. Ilustrasi di atas hanyalah contoh ketika kita kehilangan kartu identitas
dalam hal hal yang sifatnya administrative kependudukan. Belum apabila terjadi
hal hal yang sifatnya non administrative. Contoh kasusnya adalah ketika pada
suatu waktu ada seseorang yang berpergian tanpa membawa satu pun kartu
identitas. Di luar dugaan, ketika orang tersebut sedang mengendarai
kendaraannya, ia menjadi korban tabrak lari. Di tengah kondisi yang kritis, orang
– orang pun mengalami kesulitan untuk mengnali orang tersebut karena tidak
ditemukannya satu pun identitas yang ada pada dirinya. Pada kasus seperti ini
bahkan untuk menyebut nama dari orang itu saja bukanlah perkara yang mudah
karena tiadanya identitas.
B. KEBUDAYAAN
Manusia adalah makhluk biologi dan budaya. Sebagai makhluk biologis,
manusia dikenal sebagai mamalia, suku primat, subsuku anthropoid, infra-suku
hominoid, dan keluarga hominidae. Manusia juga memiliki kesamaan ciri – ciri
dengan makhluk non manusia yang berasal dari suku primat, yakni memiliki
kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan mengubah perilakunya
berdasarkan pengalaman tersebut; menggunakan alat untuk bertahan hidup;
terlibat dalam aktivitas berburu.
Sebagai makhluk budaya, manusia memiliki ciri khas yang membedakannya
dengan makhluk non manusia, yaitu memiliki kemampuan bekerja sama dan
berbagi; mengembangkan pernikahan dan system kekerabatan; memili akal;
serta memiliki kemampuan menggunakan bahasa.
a. Pengertian Kebudayaan
Menurut seorang antropolog asal Inggris, E. B. Taylor, Kebudayaan adalah
kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
hukum, moral, kebiasaan, serta lain – lain kecakapan dan kebiasaan yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Definisi tersebut memperlihatkan hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
Hal ini karena kebudayaan meliputi seluruh hal yang dimiliki manusia sebagai
anggota masyarakat. Oleh karena itu, kebudayaan harus dipahami secara luas,
berkenaan dengan seluruh tindakan manusia dalam kehidupannya. Dalam
konteks ini, kebudayaan mencakup berbagai hal, mulai dari cara manusia makan,
minum, dan berpakaian, sampai berbagai bentuk pengetahuan yang
dikembangkan manusia untuk kelangsungan hidupnya, mulai dari cara bercocok
tanam, sampai teknologi komunikasi dan informasi.
Cara memahami kebudayaan secara luas tersebut bertolak belakang dengan
kecenderungan untuk memahami budaya secara sempit. Dalam hal ini, budaya
dipahami sebagai benda hasil karya manusia, misalnya rumah adat, kesenian
tradisional, dan lainnya.
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud.
Pertama, adalah wujud kebudayaan sebagai kumpulan ide-ide, gagasan, nilai
– nilai, norma, dan peratura. Wujud kebudayaan yang pertama ini sifatnya
abstrak dan tidak bisa dilihat, meskipun selalu ada di dalam pikiran dan
perasaan seluruh manusia. Sebagai contoh, tindakan, perilaku, dan keputusan
manusia mencerminkan nilai-nilai, norma, dan peraturan masyarakat di mana ia
hidup. Karya anggota kelompok, dalam bentuk tertulis maupun yang lain, juga
mencerminkan ide-ide serta gagasan kelompok budayanya.
Kedua, adalah wujud kebudayaan sebagai kumpulan aktivitas dan tindakan
berpola anggota masyarakat. Wujud kebudayan yang kedua ini dapat diamati,
meskipun sering tidak disadari bahwa aktivitas yang dilakukan manusia
sepanjang hidup sesungguhnya membentuk pola tetentu. Misalnya saja, pola
makan orang Indonesia. Umumnya, mereka makan sebanyak tiga kali dalam satu
hari, di pagi, siang, dan malam hari. Sebagian makan dengan sendok dan garpu,
sementara yang lain makan dengan menggunakkan satu tangan.
Ketiga, adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan yang ketiga ini paling mudah diamati jika dibandingkan
dengan dua wujud budaya yang lain. Ia dapat berupa benda benda yang kita
gunakan sehari hari seperti pensil, penggaris, dan penghapus. Ia juga dapat
berupa benda – benda yang jarang kita jumpai sehari – hari, seperti kapal tangki
minyak dan pesawat tempur. Benda – benda tersebut ada yang di produksi dan
digunakan di masa sekarang, dan ada juga yang berasal dari masa lampau,
misalnya candid an prasasti kuno.
Koentjaraningrat menguraikan bahwa ketiga wujud kebudayaan tersebut
sesungguhnya saling terikat antara satu dengan lainnya. Adapun pemisah di
antara ketiganya di lakukan untuk memudahkan analisis.
Serena Nanda dan Richard L warms menguraikan enam karakter budaya.
Pertama, budaya adalah sesutau yang dipelajari. Manusia belajar budaya
melalui proses yang disebut sebagai enkulturasi, yakni proses belajar untuk
menjadi anggota dari sebuah kelompok budaya. Melalui proses enkulturasi
manusia belajar soal perilaku, nilai, dan bahasa yang dapat diterima oleh anggota
masyarakat. Proses enkulturasi ini terjadi terus menerus, mulai dari kelahiran
sampai dengan kematian manusia.
Sebagai contoh, seorang anak yang baru lahir tidak akan mengetahui
perilaku, nilai, dan bahasa yang dapat diterima oleh anggota masyarakatnya
tanpa melalui proses belajar. Melalui enkulturasi, seorang anak belajar tentang
perilaku yang dapat diterima oleh masyarakatnya, seperti cara makan, menyapa
orang yang lebih tua, dan berpakaian. Anak juga belajar bahwa ia tidak boleh
melakukan tindakan tindakan yang di larang di masyarakatnya, seperti
berbohong, mencuri, dan menyakiti orang lain.
Kedua, kebudayaan merupakan cara manusia menggunakan symbol untuk
mengorganisir dan memberi makna pada hal hal uang ada di sekitarnya. Symbol
sendiri dapat berbentuk verbal (kata – kata) dan nonverbal (bahasa tubuh, atau
gambar visual). sebagai contoh, seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi,
di dunia maya muncul berbagai istilah, singkatan, dan symbol symbol baru yang
digunakan dalam percakapan sehari hari.
Ketiga, kebudayaan adalah sebuah system yang terintegrasi sehingga
perubahan pada satu elemen budaya akan menyebabkan perubahan pada
elemen budaya yang lain. Misalnya saja, di kota kota besar di Indonesia, semakin
sedikit lokasi terbuka seperti taman, halaman, dan kebun yang bisa
dimanfaatkan oleh anak anak untuk bermain. Akibatnya, anak anak lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah dengan bermain game dan menonton televisi
atau di pusat perbelanjaan.
Keempat, kebudayaan mencakup seperangkat norma dan nilai yang
digunakan bersama oleh anggota kelompok masyarakat. Norma didefinisikan
sebagai ide tentang bagaimana sesuatu seharusnya dilakukan. Sebagai contoh,
orang Indonesia bersalaman ketika berkenalan dengan orang asing, dan
bukannya membungkukkan badan. Adapun nilai, didefinisikan sebagai ide
tentang berbagai hal yang dikategorikan baik dan benar. Misalnyasaja, orang
Indonesia percaya bahwa seorang anak wajib merawat orang tuanya ketika
memasuki usia lanjut. Bagi orang Indonesia, mengirim orang tua ke panti jompo
tidak dapat dibenarkan.
Kelima, kebudayaan membantu manusia untuk beradaptasi dengan dunia
dimana ia tinggal. Adaptasi sendiri didefinisikan sebagai sebuah perubahan pada
cara hidup seorang individu atau sebuah populasi untuk membantu individu
atau populasi tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Contohnya orang Bajo yang tersebar di bagian timur Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara hingga selatan Filiphina, telah beradaptasi dengan cara hidup di
laut. Mereka tinggal di rumah panggung dalam perkampungan yang lokasinya
kira kira berjarak satu kilometer dari daratan. Mata pencaharian utama mereka
adalah mencari ikan sehingga mereka terampil dalam membuat kapal dari kayu
dan menyelam tanpa bantuan alat.
Keenam, kebudayaan selalu berubah karena dorongan dari dalam maupun
dari luar budaya itu sendiri. perubahan budaya bisa terjadi dalam waktu singkat
maupun lama, sampai ratusan tahun. Misalnya saja, perubahan dalam transaksi
ekonomi. Awalnya, transaksi ekonomi antara manusia dilakukan dengan system
barter. Perlahan, transaksi ekonomi dilakukan dengan uang yang menggantikan
system barter. Dahulu, manusia harus bertemu langsung untuk melakukan
transaksi ekonomi. Tetapi pada saat ini, manusia tidak perlu bertemu secara fisik
untuk melakukan transaksi ekonomi, dengan adanya kartu kredit, kartu ATM,
juga sms banking, dan internet banking.