Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“IDENTITAS NASIONAL DAN BUILDING”


Dosen Pengampuh : SYAIFUDDIN, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok IV

WARDATUL JANNAH

ILHAM WAHYUDI

APRIANSYAH

REISKA MUSTIKA

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Identitas nasional dan
building”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Era globalisasi dewasa ini ideologi kapitalislah yang akan yang
menguasai sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi
sebagaian besar bangsa-bangsa di dunia dan secara tidak langsung
juga nasib sosial politik dan kebudayaan. Perubahan global ini menurut
Fukuyama bahwa perubahan suatu ideologi yaitu dari ideologi partikular
ke arah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah
yang menguasainya. Dalam kondisi seperti ini negara nasional akan
dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-
negara dengan prinsip kapitalisme (Rosenau). Konsekuensinya negara-
negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat
tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local
genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi
challange dan response. Jikalau challange cukup besar sementara
response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini
sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa
Indian di Amerika. Namun demikian jikalau challange kecil sementara
response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi
bangsa yang kreatif. Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis
dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri
dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia
sebagai dasar pengembangan kreatifitas globalisasi. Setiap bangsa
memiliki karakter dan
identitasnya masing-masing. Apabila mendengar kata Barat,
tergambar masyarakat yang individualis rasional dan berteknologi maju.
Mendengar kata Jepang tergambar masyarakat yang berteknologi
tinggi namun tetap melaksanakan tradisi ketimurannya. Bagaimana
dengan Indonesia? Orang asing yang datang ke Indonesia biasanya
akan terkesan dengan keramahan dan kekayaan budaya kita.
Indonesia adalah negara yang memiliki keunikan di banding negara
yang lain. Indonesia adalah negara yang memiliki pulau terbanyak di
dunia negara tropis yang hanya mengenal musim hujan dan panas
negara yang memiliki suku tradisi dan bahasa terbanyak di dunia. Itulah
keadaan Indonesia yang bisa menjadi ciri khas yang membedakan
dengan bangsa yang lain.
Salah satu cara untuk memahami identitas suatu bangsa adalah
dengan cara membandingkan bangsa satu dengan bangsa yang lain
dengan cara mencari sisi-sisi umum yang ada pada bangsa itu.
Pendekatan demikian dapat menghindarkan dari sikap kabalisme yaitu
penekanan yang terlampau berlebihan pada keunikan serta ekslusivitas
yang esoterik karena tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang mutlak
berbeda dengan bangsa lain. Pada bab ini akan dibicarakan tentang
pengertian identitas nasional identitas nasional sebagai karakter
bangsa sejarah lahirnya paham nasionalisme serta globalisasi dan
tantangan bagi identitas nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Identitas Nasional ?
2. Bagaimana pembentukan Identitas Nasional ?
3. Bagaimana membangun Nasionalisme ?
4. Apa Nasionalisme Indonesia ?
5. Apa pengertian Integrasi Nasional ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas

Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-


tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain. Sedangkan “Nasional” menunjuk
pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik
seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan,
cita-cita, dan tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nasional
berarti bersifat kebangsaan berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri
meliputi suatu bangsa.
Jadi “Identitas nasional” adalah suatu ciri yang di miliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa lain. Menurut Soemarno Soedarsono, Identitas
Nasional (Karakter Bangsa) tersebut tampil dalam tiga fungsi, yaitu :
a. Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak
mempunyai jati diri tidak akan eksis dalam kehidupan bangsa dan
Negara.
b. Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan
kematangan jiwa, daya juang, dan kekuatan bangsa ini. Hal ini
tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi
ketahanan bangsa pada khususnya.
c. Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual
yang berkembang dalam masyarakat. Sementara Koento Wibisono
mengartikan identitas nasional sebagai manifestasi nilai-nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
dengan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas
sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari
bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional”
sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer
dikenal dengan sebutan kepribadian suatu bangsa.
Identitas nasional diartikan sebagai kekhasan yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang pembentukkannya selalu berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Setiap bangsa memiliki ciri khas sendiri yang
berbeda dengan bangsa lain. Ciri khas suatu bangsa merupakan
identitas bangsa tersebut, dan identitas yang disepakat dan diterima
oleh bangsa menjadi identitas nasional. Identitas nasional penting
sebagai pengikat dan pemersatu untuk mencapai tujuan bangsa.
Penjelasan tentang fungsi identitas nasional yaitu:
 Identitas nasional merupakan jawaban dari pertanyaan mengenai
identitas individu dalam ruang global melalui identifikasi dan
kebangsaan
 Oleh karena itu bangsa Indonesia harus bersikap kritis terhadap
identitas nasional negara RI yang akan selalu di pengaruhi oleh
perubahan zaman dan juga harus selalu menghayati dan menyadari
bahwa jati diri ini sebagai bagian dari rasa cinta terhadap negeri ini.
Salah satu ciri identitas nasional bagi bangsa Indonesia adalah
kemajemukan atau kebhinnekaan atau keanekaragaman.
Kemajemukan ini tergambar dalam lima unsur penting, yaitu:
sejarah kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa. Dilihat dari
segi bahasa bahwa identitas itu berasal dari bahasa Inggris yaitu
indentity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri.
Ciri-ciri itu adalah sesuatu yang menandai suatu benda atau orang. Ada
ciri-ciri fisik atau non fisik. Indentity sering di-Indonesiakan menjadi
identitas atau jatidiri. Identitas nasional berasal dari kata “national
identity” yang diartikan sebagai kepribadian nasional atau jatidiri
nasional. Identitas nasional bangsa Indonesia itu terbentuk karena kita
merasa bahwa sebagai bangsa Indonesia mempunyai pengalaman
bersama yaitu pengalaman sejarah dalam mengusir penjajah, besarnya
penderitaan yang dialami bangsa Indonesia pada masa itu, baik secara
fisik maupun non fisik, menjadikan identitas nasional sebagai alat
pemersatu juga terbentuk melalui saling adanya kerjasama antara
identitas kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.
Bangsa Indonesia memiliki karakter khas dibanding bangsa lain
yaitu keramahan dan sopan santun. Keramahan tersebut tercermin
dalam sikap mudah menerima kehadiran orang lain. Orang yang datang
dianggap sebagai tamu yang harus dihormati. Sehingga banyak
kalangan bangsa lain yang datang ke Indonesia merasakan
kenyamanan dan kehangatan tinggal di Indonesia. Bangsa Indonesia
adalah bangsa agraris. Sebagaian besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani. Sistem kemasyarakatan secara umum di
sebagian besar suku-suku di Indonesia adalah sistem Gemmeinschaaft
(paguyuban/masyarakat sosial/bersama). Suatu sistem kekerabatan
dimana masyarakat mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan
kelompok etnisnya. Masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan
membuat perkumpulan-perkumpulan apabila mereka berada di luar
daerah, misalnya: Persatuan Mahasiswa Sulawesi, Riau, Aceh,
Kalimantan, Papua dan lain-lain di Yogyakarta . Ikatan kelompok ini
akan menjadi lebih luas jika masyarakat Indonesia di luar negeri. Ikatan
emosional yang terbentuk bukan lagi ikatan kesukuan, tetapi ikatan
kebangsaan. Masyarakat Indonesia jika berada di luar negeri biasanya
mereka akan membuat organisasi paguyuban Indonesia di mana
mereka tinggal. Inilah ciri khas Bangsa Indonesia yang bisa
membangun identitas nasional. Nasional dalam hal ini adalah dalam
kontek bangsa (masyarakat)
sedangkan dalam konteks bernegara, identitas nasional bangsa
Indonesia tercermin pada: bahasa nasional, bendera, lagu kebangsaan,
lambang negara gambar Garuda Pancasila dan lain-lain. Identitas
Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia) cenderung
mengacu pada kebudayaan atau karakter khas. Sedangkan identitas
nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol
kenegaraan. Kedua unsur identitas ini secara nyata terangkum dalam
Pancasila. Pancasila dengan demikian merupakan identitas nasional
kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Proses pembentukan identitas nasional di Indonesia cukup
panjang, dimulai dengan kesadaran adanya perasaan senasib
sepenanggungan bangsa Indonesia akibat kekejaman penjajah
Belanda kemudian memunculkan komitmen bangsa (tekad, dan
kemudian menjadi kesepakatan bersama) untuk berjuang dengan
upaya yang lebih teratur melalui organisasi-organisasi perjuangan
(pergerakan) kemerdekaan mengusir penjajah sampai akhirnya
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan membentuk
Negara. Beberapa bentuk identitas nasional
Indonesia sebagai wujud konkrit dari hasil perjuangan bangsa
dimaksud adalah :
 Dasar falsafah dan ideologi negara, yaitu Pancasila.
 Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
 Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
 Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila.
 Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
 Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih.
 Hukum dasar negara (konstitusi), yaitu UUD 1945.
 Bentuk negara, yaitu NKRI dan bentuk pemerintahannya Republik.
 Beragam kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
kebudayaan nasional.
 Kebudayaan nasional.
B. Sejarah Kelahiran Paham Nasionalisme
Secara etimologis, nasionalisme berasal dari kata natie yang
berarti dilahirkan/keturunan nation yang berarti bangsa, national yang
berarti ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain dan
nasionalitas yang berarti rasa kebangsaan, atau nationalist yang berarti
orang yang cinta persatuan/bangsa. Dengan demikian, nasionalisme
bisa diartikan menjadi 2 pengertian. Pertama, nasionalisme (lama)
adalah paham kebangsaan yang berdasarkan kepada kejayaan masa
lampau. Kedua, nasionalisme (modern) adalah suatu paham
kebangsaan yang menolak penjajahan untuk membentuk negara yang
bersatu, berdaulat, dan demokrasi.
Pengertian pertama berlaku bagi bangsa-bangsa Eropa dan
bangsa-bangsa merdeka. Mereka merasa sebagai bangsa yang
superior yang melahirkan kesombongan dan pada akhirnya
menimbulkan imperialisme atau penjajahan. Sedangkan pengertian
yang kedua adalah berlaku bagi negara yang dijajah. Dengan kata lain,
bahwa nasionalisme (modern) ini merupakan sebuah respon terhadap
imperialisme. Pengertian ini merupakan sebuah hasil dari meletusnya
Revolusi Perancis. Secara umum, nasionalisme diartikan sebagai suatu
kondisi kejiwaan kesetiaan seseorang secara total yang diperuntukkan
atas nama bangsa dan negara. Oleh karena itu, nasionalisme ini
merupakan suatu senjata yang sangat mumpuni sebagai alat
pemersatu bangsa.
Faktor pembentuk nasionalisme adalah faktor objektif dan faktor
subjektif. Faktor objektif meliputi : bahasa, warna kulit, kebudayaan,
adat, agama, wilayah, kewarganegaraan, dan ras. Sedangkan faktor
subjektif meliputi cita-cita semangat dan keinginan dalam arti timbulnya
rasa kesadaran nasional pada bangsa itu sesuai dengan tujuan
utamanya untuk terwujudnya negara nasional. Dari uraian tersebut
bahwa nasionalisme adalah cara yang tepat untuk digunakan sebagai
alat pemersatu karena nasionalisme bersifat universal tidak khusus.
Jika nasionalisme tertanam dalam diri bangsa ini maka negara yang
bersifat pluralistis ini maksudnya yaitu kaya akan keberagaman akan
menjadi negara yang damai tanpa adanya konflik etnik dan konflik
kefanatikan terhadap daerahnya masing. Beberapa prinsip umum
terbentuknya nasionalisme : Kesatuan (unity), Kebebasan (liberty),
Kesamaan (equlity), Kepribadian (identity), Prestasi
Di Indonesia ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya
paham nasionalisme. Secara umum bisa dikelompokkan menjadi 2,
yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dalam atau
internal di antaranya yaitu:
 Seluruh nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum,
pemerintahan dan berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda.
Akibat yang ditimbulkannya adalah eksploitasi Barat itu justru
mampu menyatukan rakyat karena perasaan senasib dan
sependeritaan.
 Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan
Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari beragam konsep
Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan
kolonialisme Barat.
 Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan
kejayaan masa lalu (Kejayaan masa Majapahit, Sriwijaya, dan
Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan
meningkatkan rasa percaya diri rakyat dalam berjuang menghadapi
kolonialisme Barat.
Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi terhadap
hadirnya kolonial Barat di Indonesia. Gerakan nasionalisme ini tidak
bisa dipisahkan dengan kehadiran kolonial Barat di Indonesia. Karena
kedua hal tersebut merupakan hubungan sebab akibat. Namun hanya
saja pada awal-awal itu nasionalisme hanya berkembang di kalangan
para pelajar. Merekalah yang yang mula memiliki kesadaran tentang
adanya diskriminasi kehidupang bangsa dan berusaha mencari solusi.
Bentuk gerakannya beragam adanya bersifat etnis, kultural, bahkan
nasional. Itulah latar belakang lahirnya paham nasionalisme di
Indonesia. Sedangkan faktor eksternal yaitu antara lain kemenangan
Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 yang mampu mengangkat
rasa percaya diri, bahwa bangsa Asia bisa meredupkan dan
menghilangkan imperium Barat.
Kaitan antara nasionalisme dengan bangsa dan negara amat
jelas. Salah satu tujuan perjuangan kaum nasionalis yang terutama
adalah pembentukan negara bangsa (nationstate). Hertz berpendapat
bahwa nasionalisme merupakan ideologi negara dan satu bentuk
tingkah laku dari suatu bangsa. Nasionalisme sebagai ideologi dibentuk
berdasarkan gagasan bangsa dan membuatnya untuk memberi fondasi
kokoh bagi negara.
Sebagai ideologi, nasionalisme dapat memainkan tiga fungsi,
yaitu mengikat semua kelas warga bangsa menyatukan mentalitas
warga bangsa dan membangun atau memperkokoh pengaruh warga
bangsa terhadap kebijakan yang diambil oleh negara. Nasionalisme
merupakan salah satu alat perekat kohesi sosial untuk mempertahakan
eksistensi negara dan bangsa. Semua negara dan bangsa
membutuhkan nasionalisme sebagai faktor integratif.
Nasionalisme bisa ditelusuri dari munculnya pembaharuan
kebijakan pemerintahan kolonial terhadap kaum terjajah terutama
setelah dilaksanakannya politik etis. Dengan adanya kebijakan ini
kemudian muncullah kesempatan bagi orang pribumi untuk
mengenyam pendidikan yang memadai sebagai modal untuk
memahami ide-ide tentang sosialisme, demokrasi, nasionalisme
bahkan marxisme.
Dari merekalah kemudian muncul gagasan untuk self
determination, lepas dari penjajah menjadi bangsa yang merdeka dan
berdaulat. Dalam kacamata yang hampir sama, tetapi dengan variabel
yang lebih luas, Kenji Tuchiya dalam buku yang dihimpun oleh Akira
Nazagumi yakni Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang melihat
bangkitnya nasionalisme di Indonesia karena beberapa faktor, yaitu
terbentuknya wilayah kekuasaan pemerintahan kolonial modern
lahirnya hirarkhi birokrasi dan pusat kekuasaan baru sampai pada
terbukanya informasi baru dari luar. Pertama, Kenji melihat bahwa
sampai abad dua puluh, daerah pemerintahan kolonial sudah mencapai
daerah mulai Sabang sampai Merauke. Kenyataan ini ditandai oleh
berkembangnya sifat khas ke-Belanda-an (zakelijkheid) dan konsep
baru tentang teritorial yang menekankan pentingnya batas wilayah dan
diperkenalkan kepada Indonesia yang sangat berbeda dengan konsep
perwilayahan zaman kerajaan. Kedua, Kenji melihat terbentuknya pusat
(centre) dan sub pusat (sub-centre) yang kemudian melahirkan hirarkhi
secara keseluruhan. Akan tetapi, yang menarik dari tesis Kenji ini
adalah yang Ketiga, yakni terbukanya informasi baru dari dunia luar.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh golongan elit Indonesia yang telah
mengusai bahasa Belanda dengan baik untuk menjalin hubungan
dengan dunia luar.
C. Globalisasi dan Tantangan Identitas Nasional
Globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin
bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi modern.
Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk. Istilah globalisasi
sering diidentikan dengan :
1) Internasionalisasi, yaitu hubungan antar negara, meluasnya arus
perdagangan dan penanaman modal
2) Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasanpembatasan pemerintah
untuk membuka ekonomi tanpa pagar (boderless).
3) Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian,
makanan, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia
4) Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu ragam hidup model budaya
Barat atau Amerika
5) De-Teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga
ruang sosial dalam perbatasan, tempat, dan jarak menjadi berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan Identitas Bersama :
 Primordial, yaitu ikatan kekerabatan (darah & keluarga) serta
kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, adat istiadat.
 Sakral, yaitu kesamaan agama yang dipeluk
 Tokoh, yaitu kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan
dihormati secara luas oleh masyarakat.
 Sejarah, yakni persepsi yang sama tentang asalusul nenek moyang
dan atau persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu
 Bhineka Tunggal Ika, yaitu Bhineka Tunggal Ika, yaitu prinsip bersatu
dalam perbedaan
 Perkembangan Ekonomi
 Kelembagaan, yaitu lembaga-lembaga pemerintahan dan politik,
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah kita ketahui di atas perihal apa itu
pengertian identitas nasional, sejarah kelahiran paham nasionalisme
Indonesia, identitas nasional sebagai karakter bangsa, islam dan
nasionalisme, dam globalisasi dan tantangan identitas nasional.
Identitas nasional ini merupakan sebuah indikator bahwasanya sebuah
negara itu memiliki tanda pengenal atau suatu ciri khas yang pastinya
berbeda dengan yang lainnya. Dengan adanya identitas tersebut, maka
negeri ini yaitu Indonesia dapat dikenal oleh negara lain. Sebab
mengapa demikian? Karena Indonesia ini memiliki suatu ciri khas yang
berbeda dengan negara-negara yang lain. Senada dengan hal tersebut,
bahwa dengan adanya identitas nasional ini sudah dipastikan bahwa
ada suatu usaha bagaimana agar dapat terus menerus menjaga
identitas nasional itu sendiri yaitu sikap nasionalisme. Sikap
nasionalisme yang bisa dikatakan sebagai bentuk sikap kepedulian dan
rasa cinta tanah air. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa
nasionalisme memiliki sejarah tersendiri.
Begitupun paham nasionalisme di Indonesia ini pun sama
demikian. Banyak para ahli yang mengungkapkan apa itu nasionalisme
dan seperti apa sejarahnya sesuai dengan referensi mereka masing.
Beranjak dari hal tersebut, identitas nasional yang notabennya adalah
suatu ciri khas bagi suatu bangsa atau negara memiliki fungsi yaitu
sebagai pembentuk karakter bangsa. Suatu bangsa sudah pasti
memiliki cita-cita yang ingin dicapai relevan dengan cita-cita bersama.
Dalam mencapai itu semua, perlu dibentuk sebuah karakter yang
menjadi modal untuk ke depannya.
Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk membela agama.
Namun, di sisi lain pun kita sebagai warga negara yang sistem
pemerintahannya diatur oleh Pancasila dan UUD 1945 maka kita pun
tidak boleh memiliki sifat apatis dan antinasionalisme. Seiring
berkembangnya zaman, perkembangan teknologi semakin canggih dan
siklus kehidupan yang sudah sangat modern perlu dibatasi dan
dicegah. Lantas mengapa demikian? Karena dengan pengaruh hal
tersebut atau yang biasa disebut dengan globalisasi, tidak serta merta
membawa sebuah pengaruh positif bagi suatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta: PARADIGMA
Kemendikbud. 2012. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan. Jakarta:
Ditjen Dikti
Hurri, Ibnu dan Asep Munajat. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan.
Bekasi: CV. Nurani
Tim Penyusun. Pendidikan Pancasila. Bali: UNDHIRA
Basyir, Kunawi dkk. 2013. Pancasila dan Kewarganegaraan. Surabaya:
Sunan Ampel Press
Hariyanto, Eri 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Surabaya: Pena Salsabila
Juliardi, Budi. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Syamsuddin, M. dkk. 2009. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Total
Media
Smith. 2003. Nasionalisme. Jakarta: Erlangga
Chotib. 2007. Sikap Nasionalisme. Jakarta: Bumi Citra
Triwahyuni, Dewi. Identitas Nasional dan Tantangan Era Globalisasi.
Bandung: UNIKOM
Sutarjo Adisusilo. “Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society”. Jurnal
Jama’ah Shalahuddin UGM. Islam dan Nasionalisme. (Posted on 29 Maret
2017)

Anda mungkin juga menyukai