Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IDENTITAS NASIONAL

OLEH

BAIQ DILA SARI DEWI (E1E021065)

ERNI YULIDA (E1E021082)

IRMAYANI (21E021094)

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MATARAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kita semua. Penulis membuat makalah ini dari kumpulan buku dan internet sebagai pedoman
membuat makalah.

Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa kecintaan


terhadap Bangsa Indonesia dan mengembangkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu dosen,teman mahasiswa yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan motivasi membantu dalam pengembangan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.

25 Februari 2022

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup sendiri karena manusia adalah
makhluk sosial (zoon politicon). Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari maka
satu manusia akan membutuhkan manusia yang lainnya. Oleh karena itu, manusia
akan hidup dalam berkelompokkelompok. Kelompok-kelompok itu terbentuk karena
memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, maka mereka akan berusaha untuk
mewujudkan tercapainya cita-cita serta terpenuhinya kebutuhan tersebut. Begitulah
Indonesia, kita adalah suatu kelompok masyarakat yang menduduki sebuah wilayah
dengan kepentingan dan cita-cita yang sama.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, karena bangsa Indonesia
terdiri dari banyak suku. Meskipun begitu, bangsa Indonesia memiliki tujuan yang
sama yaitu mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama sehingga perbedaan
suku tersebut tidak menjadikan kita tercerai-berai. Sebagai bangsa yang kaya akan
budaya, sumber daya alam serta sumber daya manusianya Indonesia pastilah
memiliki identitas bangsanya sendiri. Identitas bangsa ini adalah ciri khas suatu
bangsa yang membuat ia berbeda dari bangsa yang lainnya. Kita dapat membedakan
suatu bangsa dari identitasnya ini.
Bagaimana jika Indonesia tidak memiliki identitas? Yang terjadi adalah akan
banyak sekali negara-negara lainnya berkeinginan untuk merebut Indonesia. Kita
kembali melihat pada masa penjajahan, karena wilayah nusantara waktu itu belum
bersatu dan masih memiliki tujuan kelompok bukan tujuan bersama, maka Indonesia
menjadi incaran oleh negara-negara penjajah. Dan dimasa sekarang ini, Indonesia
sudah memiliki identitas yang diakui oleh seluruh negara berdaulat yang ada di dunia.
Nama negara kita adalah Indonesia, bendera kita merah-putih, lagu kebangsaan kita
Indonesia raya, ideologi bangsa kita adalah Pancasila dan beberapa identitasidentitas
lainnya yang hanya dimiliki oleh negara kita. Berbicara mengenai identitas dan ciri
bangsa, maka kita tidak boleh melupakan kebudayaan bangsa kita yang menjadi
kekayaan bangsa dengan harga yang sangat mahal.
Bahkan seorang Presiden, ketika pergi mengunjungi negara lain ia akan
membawa identitas bangsa Indonesia dan begitupun sebaliknya, jika pemimpin
negara lain datang berkunjung ke Indonesia mereka juga akan membawa identitas
negaranya sendiri. Identitas nasional saat ini dilingkungan masyarakat perlu
dikembangkan lagi karena semakin kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
identitas nasional bagi bangsa kita di era globalisasi ini.
Untuk itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai apa itu identitas
nasional, seberapa pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa dan mengenai hal
lainnya seputar identitas nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Identitas Nasional?
2. Bagaimanakah sejarah kelahiran nasionalisme indonesia?
3. Bagaimana identitas nasional sebagai karakter bangsa?
4. Apa itu islam dan nasionalisme?
5. Apa itu globalisasi dan tantangan identitas nasional?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Identitas Nasional
2. Untuk mengetahui sejarah kelahiran nasionalisme indonesia
3. Untuk dapat mengetahui identitas nasional sebagai karakter bangsa
4. Dan mengetahui islam dan nasionalisme
5. Serta mengetahui globalisasi dan tantangan identitas nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Identitas Nasional
Identitas Nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri tersebut
merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan bangsa lainnya. Dalam garis
besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu pada
individu tertentu, namun juga berlaku untuk suatu kelompk/organisasi/negara. Kata
identitas berasal dari identity yang berarti ciri-ciri, tanda, ciri khas, jati diri pada
perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya dengan orang lain
atau kelompok yang lainnya. Sedangkan kata nasional merupakan gambaran akan
identitas yang melekat pada diri seseorang atau suatu kelompok tertentu atau organisasi
yang lebih besar berdasarkan kesamaan fisik, budaya, ragam, bahasa, sejarah, cita-cita,
serta tujuan.
Sedangkan dalam studi sosiologi dan antropologi, pengertian identitas bisa mengacu pada
deskripsi tentang sifat khas yang menerangkan sesuai dengan kesadaran diri dan
kelompok. Identitas tidak hanya dimiliki individu namu juga kelompok.
Maka dapat disimpulkan bahwa, identitas nasional adalah suatu kelompok masyarakat
yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.
Identitas nasional itu sebagai jati diri, ciri, sifat khas yang tumbuh dan berkembang di
suatu negara-bangsa sehingga menjadi pembeda dengan negara-bangsa lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut setiap bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional
tersendiri yang sesuai dengan karakter, ciri khas dari bangsa tersebut.
B. Sejarah Kelahiran Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai sebuah
kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan yang
dilakukan kaum kolonialis selama beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan senasib dan
sepenanggungan yang dialami mampu mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama
sehingga lahirlah sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia.
Abad ke-19 dan ke-20 yang dijuluki sebagai abad ideologi merupakan masa yang
penuh dengan benturan sosial yang meliputi hampir seluruh belahan dunia. Peningkatan
kesadaran hukum dan hak asasi manusia menggulirkan pemahaman-pemahaman dan
kesepakatan-kesepakatan yang mengarah pada tata dunia baru. Gagasan mengenai hak
setiap bangsa untuk dapat menentukan nasib sendiri yang terjadi di berbagai belahan
dunia disertai perasaan yang kuat untuk melepaskan diri dari penindasan yang dialami,
mengantarkan masyarakat yang mendiami pulau-pulau yang terpisah untuk bersatu,
bergabung memproklamirkan diri sebagai bangsa Indonesia yang berjuang menegakkan
kedaulatannya.
Tonggak sejarah yang terpenting dalam proses nasionalisme di Indonesia adalah
ketika lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908, diikuti ikrar Sumpah Pemuda pada tahun
1928, yang mengilhami lahirnya konsep bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia dan
berbahasa Indonesia. Proses nasionalisme tersebut berlanjut dan melandasi perjuangan-
perjuangan berikutnya hingga lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 setelah melalui proses yang sangat panjang dan berat. Keberhasilan
bangsa Indonesia lepas dari penjajahan melalui perjuangannya sendiri juga melahirkan
pengakuan dunia bahwa nasionalisme Indonesia termasuk salah satu yang terkuat karena
hanya sedikit negara dari dunia ketiga yang mampu merdeka melalui proses revolusi
(Hara, 2000).
Lebih jauh lagi, Hara (2000) menilai kentalnya kaitan nasionalisme dengan
perjuangan melawan penjajah pada masa tersebut turut menyebabkan keterbatasan
pemahaman definisi nasionalisme. Ungkapan “hidup atau mati” atau “right or wrong is
my country” yang dahulu lantang diucapkan oleh para pejuang kemerdekaan, menjadi hal
yang semu dan kurang tepat dialamatkan pada generasi muda saat ini. Pergeseran makna
dari nasionalisme itu sendiri tidak jarang menyebabkan penilaian negatif terhadap
semangat nasionalisme generasi muda saat ini.
Nasionalisme menonjol sejak revolusi Perancis, sebagai respon terhadap
kekuatan-kekuatan imperium Barat yang berhasil meluaskan penetrasi kekuasaannya ke
berbagai belahan bumi. Dengan slogan “liberte, egalite, fraternite”, nasionalisme menjadi
ideologi baru yang sangat penting dan disejajarkan dengan demokrasi, dikarenakan tanpa
sebuah negara nasional demokrasi akan sulit terwujud.
Berdasarkan sejarah Indonesia, tonggak lahirnya nasionalisme diyakini sejak
lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, yang pada masa itu merupakan
organisasi modern pertama di Indonesia. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan
pemerintah sebagai hari Kebangkitan Nasional, yang perayaannya sendiri pertama kali
pada tahun 1938, ketika lahirnya Parindra (Abdullah, 2001). Fakta lain yang
menunjukkan perkembangan nasionalisme di Indonesia adalah pada saat kongres
nasional Centrale Sarekat Islam (CSI) di Bandung pada tahun 1916. Tjokroaminoto, salah
seorang tokoh inspirator kebangsaan Indonesia, menggunakan kata-kata “nasional” untuk
menggalang persatuan yang kuat di antara semua kelompok penduduk Hindia Belanda
dalam rangka mencapai tingkat kebangsaan yang mampu mendirikan pemerintahan
sendiri (Rachmat, 1996).
Lahirnya nasionalisme di Indonesia selain disebabkan penderitaan panjang di
bidang ekonomi, sosial, pendidikan, hukum dan politik, juga dipengaruhi oleh
meningkatnya semangat bangsa-bangsa terjajah lainnya dalam meraih kemerdekaan,
antara lain dari Filipina dan India. Sejarah terbentuknya nasionalisme di Indonesia
disebabkan adanya perasaan senasib sepenanggungan yang merupakan suatu reaksi
subyektif, dan kemudian kondisi obyektif secara geografis menemukan koneksitasnya
(Rachmat, 1996). Ditambahkannya, ada perbedaan kausal antara nasionalisme di
Indonesia dengan nasionalisme di Eropa, yaitu bila nasionalisme di Indonesia muncul
sebagai reaksi terhadap penjajahan kolonial, tetapi di Eropa, nasionalisme lahir akibat
adanya pergeseran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri sebagai dampak
dari revolusi industri.
C. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa
Kedudukan identitas nasional sebagai karakter suatu bangsa ialah:
1. Sebagai pemersatu bangsa, maksudnya identitas nasional adalah alat pemersatu bangsa,
seperti contohnya di Indonesia yaitu Pancasila sebagai identitas nasionalnya
2. Sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain, maksudnya
dengan definisi dari identitas nasional diatas bahwa dikatan identitas nasional sebagai
pembeda, ciri-ciri, dan jati diri suatu bangsa. Tentu setiap bangsa mempunyai jati diri
sendiri, yang membedakan satu bangsa dengan bangsa yang lain.
3. Sebagai pegangan atau landasan bagi sebuah negara untuk berkembang atau mewujudkan
potensi yang dimiliki, maksudnya identitas nasional seperti yang disebutkan diatas tadi
sebagai jati diri suatu bangsa, dengan adanya identitas nasional maka sebuah bangsa tidak
kehilangan arah dan dapat berpegang teguh terhadap prinsip jati dirinya sendiri untuk
berkembang.
Sedangkan peran identitas nasional bagi suatu bangsa adalah sebagai sarana untuk
menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa indonesia, sebagai perekat dalam
pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta penghargaan atas hasil karya
monumental para pendiri bangsa.
D. Islam dan Nasionalisme
Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi
bentuk yang lebih kompleks dan rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk untuk
menentukan nasib sendiri di kalangan bangsa-bangsa yang tertindas kolonialisme dunia,
termasuk Indonesia, hingga melahirkan semangat untuk mandiri dan bebas menentukan
masa depanya sendiri.
Dalam situasi perjuangan merebut kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai
pembenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat
keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Atas dasar pembenaran tersebut,
selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang disebut dengan
nasionalisme.
Rupert Emerson, mendefinisikan nasionalisme sebagai komunitas orang-orang yang
merasa bahwa mereka bersatu atas dasar elemen-elemen signifikan yang mendalam dari
warisan bersama dan bahwa mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan.
Sedangkan menurut Ernest Renan, nasionalisme merupakan unsur yang dominan dalam
kehidupan sisoal-politik sekelompok manusia dan telah mendorong terbentuknya suatu
bangsa guna menyatukan kehendak untuk bersatu. Anggapan ini paralel dengan
pandangan islam sebagaiman termaktub dalam Alquran surah Al-Hujurat, 49:13.
Lebih lanjut dikalangan umat Islam dikenal sebuah pepatah yang berbunyi: hubbul
wathani minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Ini ditegaskan dalam
Alquran yang menghendaki perubahan agar dilakukan oleh masyarakat. QS. Ar-ra’d:11
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2002:778) cinta tanah air adalah perasaan
yang timbul dari hati sanubari seorang warga negara untuk mengabdi, memelihara, membela,
melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan. Para ulama Indonesia mengeluarkan
pendapat tentang cinta tanah air bagi seluruh warga negara. Dalam putusan Majelis Ulama’
Indonesia (MUI), membela tanah air adalah wajib. Ungkapan yang paling populer dikalangan
bangsa Indonesia adalah pendapat ulama yang mengungkapkan kalimat: Cinta tanah air adalah
bagian dari iman. Jika dilihat dari makna katanya, kalimat “Hubb” mempunyai arti cinta atau
senang atau rasa memiliki. “Al Wathan” dapat diartikan sebagai tanah air atau tanah tumpah
darah atau tanah kelahiran. “Min” merupakan huruf jer yang dapat diartikan sebagai atau sebagian
dari. Kata “Al Iman” berarti kepercayaan atau ketauhidan, Iman juga berarti perasaan percaya
tertinggi manusia kepada Tuhannya. Sedangkan apabila dilihat menjadi satu kesatuan kalimat,
maka “Hubb Al Wathan Minal Iman” dapat berarti cinta tanah air adalah sebagian dari iman
(Jamaluddin, 2015:16).
Ijtihad ulama’ tersebut tidak terlepas dari fatwa resolusi jihad NU yang dikeluarkan oleh KH.
Hasyim Asy’ari pada tahun 1945. Makna resolusi jihad tersebut berarti kewajiban setiap umat
Islam untuk berjuang membela negara dan bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan
Belanda dan Jepang. Resolusi jihad tersebut menjadi salah satu penyulut semangat rakyat
Indonesia dalam perang 10 November 1945 di Surabaya yang merupakan perlawanan terbesar
bangsa Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
sebagai salah satu ulama’ yang berpengaruh di indonesia, kh. hasyim asy’ari menyerukan
perlawanan dan perjuangan terhadap penjajah. makna yang terkandung dalam bait “hubb al
wathan” adalah sebuah penghambaan manusia terhadap Tuhannya. hal ini bukan berarti
menjadikan tanah air sebagai Tuhan atau sesembahan, melainkan mewujudkan perasaan cinta
kepada Allah. cinta terhadap Tuhan adalah suatu kewajiban seorang manusia. penghambaan
manusia kepada Tuhannya dapat ditandai dengan mencintai makhluk ciptaannya. salah satunya
dengan mencintai tanah airya sebagai ungkapan syukur atas karunia tuhan yang telah memberikan
segala karunianya. jika dicermati lebih dalam, makna kalimat “hubb al wathan” adalah cinta
tanah air sebagai wujud syukur terhadap melimpahnya karunia Tuhan terhadap tanah airnya. hal
ini juga sesuai dengan maqasid asy syari’ah diantaranya menjaga agama, nyawa, harta benda,
keturunan dan tanah airnya.
E. Globalisasi dan Tantangan Identitas Nasional
Globalisasi merupakan kekuatan unik yang tak dapat dibendung, ia menerpa batasan-
batasan nasional, merubah cara berpikir, dan perilaku yang sudah terbentuk dengan
mantap. Di satu sisi globalisasi membawa dampak positif, namun demikian globalisasi
juga meninggalkan dampak negatif pada sebagian lainnya (Keller 2006; Fookes et al.
2006). Melalui perubahan berupa kontak dan interaski sosial yang semakin luas, hal
tersebut memberikan kesempatan pada pertumbuhan ekonomi bersamaan dengan
tantangan terhadap isntitusi tradisional serta praktek-praktek dan kebiasaan yang telah
terbentuk sebelumnya. Murdock dalam Omokodhion (2006) menyatakan elemen-elemen
dalam masyarakat yang terpengaruh termasuk memasak, menari, keramah tamahan,
keluarga, permainan, pemerintahan, sapaan, candaan, bahasa, hukum, medis, musik,
kehamilan, perdagangan, kunjungan, pendidikan, pembagian pekerjaan, makanan yang
dianggap tabu, hak pemakaman, hak property, agama, cara berpakaian dan pembuataan
perlatan, Beberapa tantangan globalisasi terhadap identitas nasional:
1. Globalisasi diikuti dengan lalu lintas arus barang dan jasa lintas negara, lintas benua.
Masing-masing negara berusaha meningkatkan jumlah produksi dalam negerinya. Hal ini
dilakukan bukan saja untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri saja, tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan dari negara- negara sekitar. Tentu semakin tingginya kapasitas
produksi membutuhkan semakin banyak tenaga kerja yang mampu mendedikasikan
tenaga dan waktunya pada sektor-sektor industri dan jasa ini. Hal ini berakibat
berkurangnya waktu yang dimiliki oleh para pekerja untuk bersosialisasi atau untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga. Apalagi pada saat ini, merupakan jaman dimana
kedua orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
2. Semakin tingginya intensitas pekerjaan pada masyarakat perkotaan berpengaruh terhadap
semakin minimnya waktu yang dapat mereka gunakan untuk menjalankan peran
pendidikan dan penanaman nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Penanaman identitas budaya
dan identitas kebangsaan. Seperti yang dinyatakan Samovar et al. (2010), bahwa institusi
sosial pertama bagi seorang manusia dalam sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai serta
norma kehidupan adalah keluarga. Bila pada masyarakat sebelumnya, seseorang
mendapatkan penanaman nilai yang menjadi karakter dan ciri khas bangsa dari keluarga
dan lingkungannya, pada saat ini, masyarakat terutama kaum muda, menyerap nilai-nilai,
norma dan budaya-budaya dari luar melalui media. Dimana nilai dan budaya tersebut
tidak semuanya sejalan dengan nilai dan identitas nasional bangsa Indonesia. dalam hal
ini, media menjadi saluran utama dalam penyebaran nilai dan norma asing. Selain itu
interaksi antarbudaya berupa, pendidikan, pariwisata, bisnis dan mobilitas internasional
juga dapat menjadi media untuk peralihan dan transfer nilai serta budaya.Sementara
intensitas sosialisasi dan interaksi dengan keluarga dan masyarakat sekitar terbilang
minim.
3. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah memberikan kemudahan
pada berbagai aspek kehidupan manusia baik profesional ataupun personal. Sehingga
pada akhirnya hal ini membawa perubahan pada aktivitas dan kegiatan masyarakat.
Penyesuaian-penyesuaian sosial (social adustments) yang dilakukan masyarakat pada
akhirnya mengarah pada perubahan sosial. Masyarakat cenderung meninggalkan prinsip
kesederhanaan, dan mengutamakan prinsip serba cepat dan serba praktis.
4. Gadget yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di era
global telah memberi peluang pergesaran nilai dan budaya, gadget telah menjadi media
pembawa dan penyebar pesan-pesan globalisasi serta budaya global. Hal ini berdampak
pada bergesernya nilai-nilai dan norma-normakesopanan, di masyarakat termasuk dalma
trend berbusana. Selain itu juga terdapat pergesera nilai dari semangat gotong royong dan
musyawarah menjadi nilai Individualis, dan ego matrealis. Hal ini memperkuat temuan
pada penelitian Keller (2006)dan Omokhodion (2006).
5. Kebutuhan untuk membentuk suatu komunitas berdasarkan kesamaan tujuandan cita-cita
bersama, membuat negara-negara membangun koordinasi dan kerjasama regional dalam
rangka memajukan perekonomian global. Hal ini, bagi bangsa Indonesia merupakan
tantangan tersendiri, karena artinya kesempatan bagi produk, barang dan jasa serta tenaga
kerja dari luar negeri akan semakin banyak masuk ke Indonesia.
Berkaitan dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa indonesia
sebagai dampak negatif dari globalisasi, beberapa usaha dapat dilakukan dan digalakan
untuk mencegah terjadinya pergeseran nilai yang mengakibatkan melemahnya karakter
dan identitas nasional bangsa indonesia diantaranya adalah melalui usaha untuk
mewujudkan kesadaran individu untuk lebih mencintai bangsa dan memberikan wujud
nyata rasa cinta tersebut melalu karya nyata. Antonsich (2006) menyatakan bahwa
kebanggaan terhadap negara berkorelasi positif terhadap loyalitas terhadap bangsa dan
identitas nasional. Kebanggaan ini dapat terwujud melalui kegiatan-kegiatan olahraga,
kompetisi atau dalam event lainnya. Oleh karena itu dukungan negara untuk memberikan
kesempatan pada berbagai elemen bangsa untuk berprestasi dan berkreasi sangat
diperlukan.Selain itu diperlukan penguatan dan penyedaran mengenai identitas nasional
dan penguatan nilai-nilai bersama sebagai unsur kohesif yang dapat menyatukan bangsa
indonesia dalam menghadapi berbagai bentuk identitas baru yang bermunculan.
Selanjutnya, pendidikan mengenai kesadaran identitas nasional perlu disampaikan dan
digalakkan baik dalam pendidikan formal dan non formal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari maka satu manusia akan membutuhkan
manusia yang lainnya. Begitulah Indonesia, kita adalah suatu kelompok masyarakat
yang menduduki sebuah wilayah dengan kepentingan dan cita-cita yang sama.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, karena bangsa Indonesia
terdiri dari banyak suku. identitas bangsa ini adalah ciri khas suatu bangsa yang
membuat ia berbeda dari bangsa yang lainnya.
Bagaimana jika Indonesia tidak memiliki identitas? Yang terjadi adalah akan banyak
sekali negara-negara lainnya berkeinginan untuk merebut Indonesia. Dan di masa
sekarang, Indonesia sudah memiliki identitas yang diakui oleh seluruh negara
berdaulat yang ada di dunia. Bahkan seorang presiden, ketika pergi mengunjungi
negara lain yang akan membawa identitas bangsa Indonesia dan begitupun
sebaliknya. Jika pemimpin negara lain datang berkunjung ke Indonesia mereka juga
akan membawa identitas negaranya sendiri. identitas nasional saat ini di lingkungan
masyarakat perlu dikembangkan lagi karena semakin kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya identitas nasional bagi bangsa kita di era globalisasi ini.
pengertian identitas nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa.
Dalam garis besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang tidak hanya
mengacu pada individu tertentu namun juga berlaku untuk suatu kelompok,
organisasi, negara. Sedangkan dalam studi sosiologi dan antropologi, pengertian
identitas bisa mengacu pada deskripsi tentang sifat khas yang menerangkan sesuai
dengan kesadaran diri dan kelompok. Maka dapat disimpulkan bahwa, Identitas
nasional adalah suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan
tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional. identitas nasional itu sebagai
jati diri, ciri, sifat khas yang tumbuh dan berkembang di suatu negara bangsa
sehingga menjadi pembeda dengan negara-negara lainnya.
Sebagai ciri khas yang membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain, maksudnya
dengan definisi dari identitas nasional di atas bahwa dikaitkan identitas nasional
sebagai pembeda, ciri-ciri dan jati diri suatu bangsa. Tentu setiap bangsa mempunyai
jati diri sendiri yang membedakan satu bangsa dengan bangsa yang lain. Lahirnya
suatu identitas nasional bangsa pasti memiliki ciri khas, sifat serta keunikan tersendiri
yang sangat didukung oleh faktorfaktor pembentuk identitas nasional. Kepemimpinan
dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi
faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap
sebagai penyambung lidah rakyat, dan simbol persatuan bangsa yang bersangkutan.
Prinsip bhinneka tunggal Ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan. yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan
warga bangsa untuk setiap ada lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya,
tanpa menghilangkan keterkaitannya pada suku bangsa, adat, ras dan agamanya.
persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri ke dalam suatu bangsa. alasan Pancasila menjadi identitas nasional
yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat mendorong bangsa Indonesia agar tetap
berjalan sesuai relnya tetapi tidak melawan arus globalisasi, melainkan bangkit
menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan juga
peluang yang ada.
Alasan Pancasila sebagai identitas nasional juga karena bangsa Indonesia salah satu
dari masyarakat internasional mempunyai sejarah dan prinsip yang berbeda dengan
bangsa-bangsa di dunia. filsafat dijadikan sebagai azas filsafat hidup berbangsa dan
bernegara berupa Pancasila. Jadi, dapat dikatakan Pancasila sebagai dasar filsafat
bangsa dan negara Indonesia yang bersumber pada nilai budaya dan agama yang
dimiliki oleh Indonesia sebagai kepribadian atau identitas bangsa. bangsa Indonesia
merupakan bahasa yang berasal dari rumpun Melayu yang tumbuh dan berkembang.
Sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa komunikasi. Komunikasi
antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu.
DAFTAR PUSTAKA
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), Ed. 1,Cet.4, hlm. 50-51.
Josef M Monteiro, Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan membentuk Karakter
Bangsa, (Yogyakarta: Depublish, 2015), hlm. 29-30.
Putri, F. A., Harun, M., & Kairannisa, P. (2020). Makalah Kewarganegaraan
Identitas Nasional.
Kusumawardani, A., & Faturochman, M. A. (2004). Nasionalisme. Buletin
Psikologi, 12(2).
https://pendidikanmu.com/2020/05/
identitasnasional.html#Fungsi_Identitas_NasionalIslam dan Nasionalisme posted
on 29 maret 2017 by jama'ah shalahuddin ugm
Azman, A. (2017). Nasionalisme dalam Islam. Al Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan
Ketatanegaraan, 6(2), 266-275.
Ikhsan, M. A. (2017). Nilai-nilai cinta tanah air dalam perspektif Al-Qur’an. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(2), 108-114.

Anda mungkin juga menyukai