IDENTITAS NASIONAL
DOSEN PENGAMPUH:
Oleh Kelompok 2:
1. Nabila Rahmadini (23041070179)
2. Mia Prianti (23041070180)
3. M Zulfikar Firdaus (23041070181)
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
judu “ IDENTITAS NASIONAL ”.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang beridentitas
nasional, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………....…. i
Daftar Isi……………………………………………………………… ii
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………. 2
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Identitas Nasional………………………………………………….. 3
2.2 Faktor Pembentuk Identitas Nasional………………………………………….. 5
2.3 Sifat Identitas Nasional………………………………………………………… 6
2.4 Unsur unsur Pembentukan Identitas Nasional...........................……………….. 7
2.5 Pancasila Sebagai Kepribadian Identitas Nasional . ... . .......…………………. 9
2.6 Pengertian Politik Identitas…………………………………………………….12
2.7 Karakteristik Identitas Nasional Indonesia ....................................................12
2.8 Solusi yang di Tawarkan Untuk Mengatasi Masalah Identitas nasional.......13
2.9 Faktor – faktor Pendukung.............................................................................15
BAB III
Kesimpulan dan Saran ........................................................................................16
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................16
3.2 Saran ........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
Pendahuluan
2
BAB II
Pembahasan
1
Latheva. “Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa Indonesia”
3
bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan
internasional.
Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi pengaruh
budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika challence cukup besar
sementara
response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi
pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian
jika challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan
kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru
dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional. 2
2
Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic
Education, LP3 UMY, Yogyakarta
4
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama
yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang
bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk
bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru.
Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan dari
para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor
yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai
penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan,
Mahatma Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity) juga
menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut bersatu dalam perbedaan
adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan
pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras,
agamanya. Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities).
Warga setia pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada
pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada
kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang sah.
Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar
belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki kesadaran akan arti
pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah
menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in
deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga
masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa.
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita
karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad
dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap
orang akan saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat
saling ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan
5
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi
karena perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut Solidaritas Organis.
Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat.
Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti
birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan
golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat
mempersatukan orang sebagai satu bangsa.
Faktor persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-istiadat dan
tradisi, atau persamaan agama. Akan tetapi teranglah bahwa tiada satupun di antara
faktor – faktor ini bersifat hakiki untuk menentukan ada - tidaknya atau untuk
merumuskan bahwa mereka harus seketurunan untuk merupakan suatu bangsa.
Faktor – faktor obyektif itu penting, namun unsur yang terpenting ialah kemauan
bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang kita namakan
Nasionalisme. Yakni suatu paham yang memberi ilham kepada 3
3
Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic
Education, LP3 UMY, Yogyakarta
6
2.4 Unsur Unsur Pembentuk Identitas Nasional
Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
a. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir),yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300
dialeg bangsa.
b. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama
yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
c. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan
oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan
manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
Menurut sumber lain disebutkan bahwa Satu jati diri dengan dua identitas:
1. Identitas Primordial
Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya: jawab, batak, dayak, bugis,
bali, timo, maluku, dsb.
7
Orang dengan berbagai latar belakang agama: Islam, Kristen, Khatolik, Hindu,
Budha, dan sebagainya.
2. Identitas Nasional
Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya.
Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger, era globalisasi dewasa ini, ideology
kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu
persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan
kebudayaan.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.
1. Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasionalmeliputi:
a. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis
b. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002)
c. Faktor pembentukan Identitas Bersama.
4
Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic
Education, LP3 UMY, Yogyakarta.
9
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula
bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup
panjang. 5
Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional, penyelenggaraan
MPK. hendaknya dikaitkan dengan wawasan:
1) Spiritual, untuk mcletakkan landasan ctik, moral, religiusiias, sebagai dasar dan arah
pengembangan sesuatu profcsi
2) Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak kalah
pentingnya, bahkan lebih penting daripada aspek having dalam kerangka penyiapan
sumber daya manusia (SDM) yang bukan sekadar instrumen, melainkan sebagai subjek
pembaharuan dan pencerahan
3) Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan
antarbangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, serta bangga dan respek pada jati
diri bangsanya yang memiliki ideologi tersendiri
4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap menghadapi
dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”. Selain itu, diharapkan
mampu untuk segera beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus terjadi dengan
cepat.6
5
Mangihot, Pasaribu. “Pengertia, Unsur, Faktor dan Sifat Identitas Nasional”
6
Latheva. “Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa Indonesia”
10
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus
mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional. Makna falsafah dalam pembukaan
UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:
1. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak
segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan ,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya,
kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi
manusia.
2. Alinea kedua menyebutkan: “ dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kepada depan gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih (cita-
cita).
3. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila Negara
ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat
ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.
4. Alinea keempat menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini
mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah
Negara kesatuan republik Indonesia.7
7
Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic
Education, LP3 UMY, Yogyakarta.
11
2.6 Pengertian Politik Identitas
Politik Identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang ditandai dengan
kebangkitan kelompok-kelompok identitas sebagai tanggapan untuk represi yang
memarjinalisasikan mereka di masa lalu. Identitas berubah menjadi politik identitas
ketika menjadi basis perjuangan (Bagir, 2011: 18).
Identitas bukan hanya persoalan sosio-psikologis namun juga politis. Ada politisasi
atas identitas. Identitas yang dalam konteks kebangsaan seharusnya digunakan untuk
merangkum kebinekaan bangsa ini, namun justru mulai tampak penguaan identitas-
identitas sektarian baik dalam agama suku, daerah dan lainlain.
Identitas yang menjadi salah satu dasar konsep kewarganegaraan (citizenship) adalah
kesadaran atas kesetaraan manusia sebagai warganegara. Identitas sebagai warganegara
ini menjadi bingkai politik untuk semua orang, terlepas dari identitas lain apapun yang
dimilikinya seperti identitas agama, etnis, daerah dan lain-lain (Bagir, 2011: 17).
Pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan kebebasan lain dibuka.
Dalam perkembangannya kebebasan (yang berlebihan) ini telah menghancurkan pondasi
dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh pemerintah sebelumnya. Masyarakat tidak lagi
kritis dalam melihat apa yang perlu diganti dan apa yang perlu dipertahankan. Ada
euphoria untuk mengganti semua. Perkembangan lebih lanjut adalah menguatnya wacana
hak asasi manusia dan otonomi daerah yang memberikan warna baru bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara yang menunjukkan sisi positif dan negatifnya. 8
12
sa Indonesia itu sendir berbeda dan dapat dibedakan dengan bangsa-bangsa
yang lainnya. Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih
bersifat ascribtife (sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah / bawaan, primer
dan etnik. Identitas kesukubangsaan dapat diketahui dari sisi budaya orang
yang bersangkutan. 9
2. Identitas Political Unity (Identitas Kebangsaan) Identitas Kebangsaan
merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu bangsa-Negara.
Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk
bernegara namun dewasa ini Negara yang relatif homogen yang hanya terdiri
dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara baru perlu menciotakan
Identitas yang baru pula untuk bangsanya yang di sebut juga sebagai
Identitas nasional. Kebangsaan merupakan kesepakatan dari banyak bangsa
didalamnya. Identitas kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis dan
nasional. Beberapa bentuk Identitas nasional adalah bahasa nasional,
lambang nasional, semboyan nasional, bendera nasional dan ideologi
nasional. 10
9
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006; Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, UIEU – University Press, Jakarta.
10
Kaelan dan zubaidi. 2007. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta : paradigma, edisi pertama
13
Upacara non wajib seperti kebiasaan atau tradisi upacara setiap hari senin yang
sering di lakukan di sekolah – sekolah, tetapi sayang tradisi upacara hari senin
sangat jarang di lakukan bahkan hamper tidak ada yang melakukanya. Padahal
upacara adalah salah satu cara yang sangat mudah dilakukan untuk
mempertahankan serta menatasi maslah Identitas Nasional Indonesia. Upacara di
anggap dapat mengatasi masalah Identitas Nasional yang sedang terjadi di
Indonesia karena di dalam kegiatan upacara terkandung atau terdapat point –
point yang menjadi Identitas Nasional Indonesia, antara lain di dalam upacara ada
sesi pengibaran bendera merah putih yang menjadi identitas Nasional sebagai
bendera Negara Indonesia, ada pula sesi saat menyanyikan lagu Indonesia Raya
secara bersama – sama yang di nyanyi oleh seluruh pasukan upacara yang
menjadi Identitas Nasional sebagai lagu kebangsaan Indonesia, dan pembacaan
teks pancasila yang di pimpin oleh Inspektur upacara yang di ikuti oleh seluruh
pasukan upacara yang menjadi Identitas Nasional sebagai lambang Negara dan
dasar falsafah neraga Indonesia.11
11
kohn ,Prof.hans,1984, NASIONALISME arti dan sejarahnya, ERLANGGA, Jakarta
14
perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural
bangsa Indonesia.
2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia ( suryo, 2002 ).12
12
Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic
Education, LP3 UMY, Yogyakarta.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang
dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang
lainnya. Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada
kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas
nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan
seperti: Pancasila.
Identitas Nasional Indonesia:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan
Nasional
Penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara dari pada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas
nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak
dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan
bermayarakat, berbangsa dan bernegara.
Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh. Impementasi identitas
nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yamg mencakup kehidupan
politik, ekonomi, sosial budaya,dan pertahanan keamanan harus tercemin dalam
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak senantiasa mengutamakan kepentingan
16
bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah kami ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
22