Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di Ketik Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK METALURGI & MATERIAL
2020/2021
Page 1
BAB II
Apabila Anda pergi ke luar negeri, apa yang membedakan Anda dengan orang luar? Apa ciri
atau penanda Anda yang bias dikenali bahwa Anda adalah orang Indonesia? Ciri atau
penanda yang dapat membedakan Anda itu dapat disebut sebagai identitas. Identitas
umumnya berlaku pada entitas yang sifatnya personal atau pribadi. Sebagai contoh, orang
dikenali dari nama, alamat, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Hal demikian umum
dikenal sebagai identitas diri
Gambar II.1 Kartu Tanda Penduduk, identitas diri atau nasional? Sumber:
adminduk.jatengprov.go.id
Pernahkah Anda Berpikir merefleksi diri tentang Indonesia? Apa, Siapa, di mana, sejak
kapan, mengapa, dan bagaimana kondisi Indonesia? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada
pertanyaan penting, yakni tentang apa yang menjadi ciri atau karakteristik yang membedakan
negara-bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Semua ditanyakan ini berkaitan
dengan konsep identitas nasional.
Page 2
Apa itu identitas nasional? Secara etimologis identitas nasional berasal dari dua kata
“identitas” dan “nasional”. Apa yang Anda ketahui dari kata identitas dan nasional?
Telusurilah dari berbagai kamus dan refrensi lain.
Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”. Kata
identitas berasal dari kata “identity” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary berarti: (Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1)
(C,U) who or what sb/sth is; (2) (C,U) the characteristic, feelings or beliefs that distinguish
people from others; (3) the state of feeling of being very similar to and able to understand
sb/sth. Dalam kamus maya Wikipedia dikatakan “identity is an umbrella term used
throughout the social sciences to describe a person’s conception and expression of their
individuality or group affiliations (such as national identity and cultural identity). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas berarti ciri-ciri atau keadaan khusus
seseorang atau jati diri.
Kata nasional berasal dari kata “national” (Inggris) yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary berarti: (1) connected with a particular nation; shared by a whole nation; (2)
owned, controlled or financially supported by the federal, government. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “nasional” berarti bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri; meliputi suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas
nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau
keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
Apabila bangsa Indonesia memiliki identitas nasional maka bangsa lain akan dengan mudah
mengenali dan mampu membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
Setelah kita menelusuri konsep identitas nasional, apa simpulan Anda? Tentu Anda
menyimpan sejumlah pertanyaan, misalnya terkait dengan Pancasila yang disebut dasar
falsafah negara, way of life, kepribadian bangsa dan juga sebagai identitas atau jati diri
bangsa.
Pertanyaan yang diajukan bukanlah terhadap hakikat dan kebenaran dari Pancasila melainkah
sejauh mana Pancasila tersebut telah dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh rakyat
Indonesia sehingga manusia Indonesia yang berkepribadian Pancasila tersebut memiliki
pembeda bila dibandingkan bangsa lain. Pembeda yang dimaksud adalah kekhasan positif,
Page 3
yakni ciri bangsa yang beradab, unggul, dan terpuji, bukanlah sebaliknya yakni kekhasan
yang negative, bangsa yang tidak beradab, bangsa yang miskin, terbelakang, dan tidak
terpuji.
Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia ditandai ketika
munculnya kesadaran rakyta Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing pada
tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Rakyat Indonesia
mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak wajar karena pengaruh dari hasil
pendidikan yang diterima sebagai dampak dari politik etis (Etiche Politiek). Dengan kata lain,
unsur pendidikan sangatlah penting bagi pembentukan kebudayaan dan kesadaran akan
kebangsaan sebagai identitas nasional.
Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi, dan
persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia
merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan. Identitas nasional pasca
kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan
melalui berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan proses pendidikan dalam lembaga
pendidikan formal atau non formal. Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antarentnis,
antarbudaya, antarbahasa, antargolongan yang terus menerus dan akhirnya menyatu
berafiliasi dan memperkokoh NKRI.
Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi penciri atau
pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara Sang Merah Putih, bahasa
Indonesia meliputi: bendera Sang Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
atau bahasa negara, lambing negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangasaan Indonesia Raya.
Bentuk-bentuk identitas nasional ini telah diatur dalam peraturan perundangan baik dalam
Page 4
UUD maupun dalam peraturan yang lebih khusus. Bentuk-bentuk identitas nasional
Indonesia pernah dikemukakan pula oleh Winarno (2013) sebagai berikut: (1) Bahasa
nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia; (2) Bendera negara adalah
Sang Merah Putih; (3) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya; (4) Lambang negara
adalah Garuda Pancasila; (5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika; (6) Dasar
falsafah negara adalah Pancasila; (7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI
1945; (8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; (9) Konsepsi Wawasan
Nusantara; dan (10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan
nasional. Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Empat identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan diatur dalam peraturan perundangan khusus yang ditetapkan dalam Undang-
Undang No.24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan. Dasar pertimbangan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia diatur dalam undang-undang karena (1) bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas,
dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945; dan (2) bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa,
kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut sumber legal-formal, empat identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa,
dan lambang negara serta lagu kebangsaan dapat diuraikan sebagai berikut.
Page 5
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Identitas
Nasional Indonesia
Pada hakikatnya, semua unsur formal identitas nasional, baik yang langsung maupun secara
tidak langsung diterapkan, perlu dipahami, diamalkan, dan diperlakukan sesuai dengan
peraturan dan perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana warga
negara Indonesia memahami dan menyadari dirirnya sebagai warga negara yang baik yang
identitas sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga negara yang baik akan
berupaya belajar secara berkelanjutan agar menjadi warga negara bukan hanya baik tetapi
cerdas (to be smart and good citizen)
Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia. Dengan
saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling hormat, saling pengertian (mutual
understanding), tidak ada stratifikasi dalam kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam
berhubungan antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing-masing
mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain.
Istilah ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem habet imperium”.
Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap negara berdaulat
lainnya.
1. Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-ciri,
atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu
membedakannya dengan yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada kelompok-kelompok
persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasar ras,
agama, budaya, bahasa, dan sebagainya.
Page 6
3. Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat dibentuk oleh
beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi dan kelembagaan.
5. Bendera Negara Indonesia, Bahasa Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan merupakan identitas nasional bagi negara- bangsa Indonesia yang telah diatur
lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009 Tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Page 7
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, ST. 1978. Kalah dan Menang: Fajar Menyingsing di Bawah Mega Mendung
Amal, Ichlasul & Armaidy Armawi, (ed). 1998. Sumbangan Ilmu Sosial Terhadap Konsepsi
Anshory, HM. Nasruddin Ch. & Arbaningsih. 2008. Negara Maritim Nusantara, Jejak
Arfani, RN. 2001. “Integrasi Nasional dan Hak Azasi Manusia” dalam Jurnal Sosial
269).
Armawi, A. 2012. Karakter Sebagai Unsur Kekuatan Bangsa. Makalah disajikan dalam “Workshop
Pendidikan Karakter bagi Dosen Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi”,
tanggal 31 Agustus – 2 September 2012 di Jakarta
Aristoteles. 1995. Politics. Translate by Ernest Barker. New York. Oxford Unversity
Press
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Buku VIII dan IX, Jakarta Setjen MKRI. Asshiddiqie,
J. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jilid 1. Jakarta: Setjen MKRI.
Page 8
Asshiddiqie, J. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Setjen MKRI. Asshiddiqie,
Bahar, S. & Hudawatie, N. (Peny). 1998. Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI. Jakarta: Sekretariat
Negara RI
Bahar, S. 1996. Integrasi Nasional. Teori Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Baramuli, A. 1992. Pemikiran Rousseau dalam Konstitusi Amerika Serikat. Jakarta: Yayasan
Sumber Agung.
Basrie, C. 2002. “Konsep Ketahanan Nasional Indonesia” dalam Kapita Selekta Pendidikan
Kewarganegaraan. Bagian II. Jakarta: Proyek Peningkatan Tenaga Akademik, Dirjen
Dikti, Depdiknas
Branson, MS. 1998. The Role of Civic Education. Calabasas: Center of Civic Education
dan Suryadi. K. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Prodi PKn,
CICED. 1999. Democratic Citizens in a Civil Society: Report of the Conference on Civic
Page 9
Education for Civil Society. Bandung: CICED.
Cogan, J dan Derricot, R. 1998. Citizenship for The 21st Century International
Dephan. 2008. Buku Putih Pertahanan. Jakarta: Departemen Pertahanan RI Esposito, JL dan
Voll, J.O. .1999. Demokrasi di Negara-Negara Islam: Problem dan Propspek.
Bandung: Mizan
Feith, H. 1994. “Consitutional Democracy: How did It Function?”, dalam D. Bouchier dan J.
Legge, eds. Democracy in Indonesia 1950s and 1990s, Monash Papers On Southeast Asia, No.
31, Center of Southeast Asian Studies, Monash University, Victoria, pp. 6-25.
Hadi, Hardono. 1994. Hakekat dan Muatan Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Penerbit
Kanisus
Hardiman, BF. 2011. Hak-Hak Asasi Manusia, Polemik dengan Agama dan
Haryomataram, GPH S. 1980. “Mengenal Tiga Wajah Ketahanan Nasional” dalam Bunga Rampai
Ketahanan Nasional oleh Himpunan Lemhanas. Jakarta: PT Ripres Utama
Page 10
Kaelan. 2012. Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.
Yogyakarta: Paradigma
Kurana, S. 2010. National Integration: Complete information on the meaning, features and
promotion of national integration in India in
http://www.preservearticles.com/201012271786/national-integration.html
Jakarta: PT Gramedia.
Madjid, N. 1992. Islam: Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Mahfud MD, M. 2001. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Mahfud MD, M. 2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi Tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mill, JS. 1996. On Liberty and Consideration of Representative Government. Oxford: Basic
Black Well.
Page 11
Mill, JS. 1996. Perihal Kebebasan (Pent Alex Lanur). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Morgenthou. HJ. 1990. Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan UUD NRI 1945 dan Ketetapan MPR RI.
Nasikun. 2008. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nasution, AB.
Notonagoro .1975. Pancasla Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pancuran Tujuh. Pabottingi, M. .
2002. “Di Antara Dua Jalan Lurus” dalam St. Sularto (Ed). Masyarakat Warga dan
Pergulatan Demokrasi: Menyambut 70 Jacob Utama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Panitia Lemhanas. 1980. Bunga Rampai Ketahanan Nasional. Konsepsi dan Teori. Jakarta.
PT Ripres Utama.
Pasha, MK. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta. Citra Karsa
Mandiri.
Page 12
Ranadireksa, H. 2007. Bedah Kostitusi Lewat Gambar Dinamika Konstitusi Indonesia.
Bandung: Focusmedia.
Sabon, MB. 1991. Fungsi Ganda Konstitusi, Suatu Jawaban Alternatif Tentang Tepatnya
Sekretariat MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan UUD NRI 1945 dan Ketetapan MPR RI.
Jakarta: Sekretariat MPR RI.
Komputindo.
Soepardo, dkk. .1960. Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia. Jakarta: Departemen PP
dan K.
Sudradjat, Edi. “Ketahanan Nasional sebagai Kekuatan Penangkalan: Satu Tinjauan dari Sudut
Kepentingan Hankam” dalam Ichlasul Amal & Armaidy Armawi. 1996. Keterbukaan
Informasi dan Ketahanan Nasional. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Page 13
Sukardja, A. 1995. Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan
tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk. Jakarta: UI Press.
Republik Indonesia dalam Jurnal Ketahanan Nasional No VI, Agustus 2001. Surbakti,
Suroyo, D.. 2002. Integrasi Nasional dalam Perspektif Sejarah Indonesia. Pidato
Pengukuhan Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra, Undip Semarang.
Tamar, RM. 2008. Naskah Komprehensif Perubahan dang Undang Dasar Negara Republik
Tilaar, HAR. 2007. MengIndonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Page 14
Pendidikan Nasional
(KUHAP).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Undang-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-undang
Page 15
Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas PressWahab A.A. & Sapriya.
Wertheim, WF. .1956. Indonesian Society in Transititon. Te Hague: Van Hoeve. Winarno.
Wirutomo, P. 2001. Membangun Masyarakat Adab. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar tetap Dalam Bidang Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
Djambatan.
Djambatan.
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1, Jkarta: Yayasan
Prapantja.
Page 16