Anda di halaman 1dari 18

HADITS DALAM TINJAUAN SAINS

Oleh:
Nadia Firli Maulida, Dian Mufarika, Siti Rofidayati, Farisa
Farkhah, Fadholi

Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Jember

PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan hadits adalah dua sumber ajaran agama
Islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya.
Landasan umat Islam setelah Al-Qur’an adalah hadits. Hadits
ini berasal dari Rasulullah SAW tidak hanya bercerita tentang
tauhid, fiqih, akhlak, maupun ibadah tetapi juga bercerita
tentang beberapa hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
umum atau sains. Pengetahuan mendasar dari hadits bukanlah
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai aspek
kehidupan yang dinamis, yang diperoleh berdasarkan observasi
dan eksperimen. Ilmu pengetahuan yang demikian ini dapat
dipelajari manusia dengan melalui proses uji coba secara terus-
menerus. Ilmu pengetahuan yang diserukan Islam dan
dianjurkan oleh hadits adalah ilmu yang didasarkan pada
pembuktian, karena itu taqlid tidak dianggap ilmu dalam Islam,
sebab ia hanya mengikuti pendapat orang lain tanpa argumen.
Dengan begitu, ilmu dalam Islam itu meliputi bidang yang
sangat luas.
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk
memberitahu korelasi hadits dengan sains. Dengan adanya
makalah ini juga diharapkan, banyak orang yang mengetahui
apa saja hadits yang berhubungan dengan sains dan contoh-
contohnya seperti apa, seperti yang sudah dijelaskan oleh Allah
SWT di dalam Al-Qur’an.
Makalah ini akan menjelaskan poin-poin penting
sebagai berikut:
1. Pengertian tentang hadits
2. Apa saja korelasi antara hadits dan sains

PEMBAHASAN
Table 1 Tadabbur Dalil-dalil Tentang Hadits dalam tinjauan
Sains
No Dalil Al-Qur’an Tadabbur
1  HR Bukhari no. 5687, Habbatu al-Sauda’
Muslim no. 2215
2  HR Bukhari Terapi Pengobatan
dengan Bekam
3  HR Al-Bukhari vol. 4 hal Di dalam Sayap
158, nomor: 3320) Lalat Terkandung
(Bukhari, 1987) Penawar
4  HR Muslim Larangan Makan dan
Minum Berdiri

A. Pengertian Hadits
Secara etimologis kata hadits memiliki beberapa arti
diantaranya adalah “khabar” artinya berita, atau bermakna
“tahdits” artinya pemberitaan. Adapun hadits menurut
terminologi adalah seperti yang didefiniskan oleh para
muhaddits yaitu segala yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik itu dalam bentuk perkataan, perbuatan,
dan diamnya Rasul terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
sahabatnya, serta sifat-sifat fisik, akhlak dan sirah beliau baik
setelah diangkat menjadi Rasul ataupun sebelumnya. Hadits
atau yang disebut dengan sunah sebagai sumber ajaran agama
islam yang berisi pernyataan, pengalaman, pengakuan dan hal
ihwal Nabi Muhammad SAW yang beredar pada masa Nabi
Muhammad SAW hingga wafatnya, hadits ini disepakati
sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan isinya
menjadi hujjah (sumber otoritas) keagamaan. Oleh karena itu,
umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya menggunakan hadits sebagai hujjah keagamaan
yang diikuti dengan mengamalkan isinya dengan penuh
semangat, kepatuhan dan ketulusan.

B. Hadits dalam Tinjauan Sains


1. Keutamaan Habbatu al-Sauda
Dalam dunia kedokteran diketahui bahwa setiap jenis
obat tertentu, baik berupa cairan, tablet, kapsul, dan herbal
diperuntukan untuk jenis atau beberapa jenis penyakit tertentu
sehingga hampir tidak ada satu jenis obat saja yang mampu
menyembuhkan semua jenis penyakit. Namun dalam hadits ada
satu jenis obat saja yang mampu menyembuhkan semua jenis
penyakit. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh ahli hadits tepercaya, ditemukan redaksi
yang berisi obat penyembuh segala penyakit yakni habbatu al-
sauda’ Rasulullah SAW bersabda:
‫ إِاَّل ِمنَ السَّام‬،‫الحبَّةَ السَّوْ دَا َء ِشفَا ٌء ِم ْن ُكلِّ دَا ٍء‬
َ ‫إِ َّن هَذ ِه‬
Artinya: “Sesungguhnya pada habbatussauda’
terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian”
(HR Bukhari)

Dari hadits tersebut banyak ilmuan dan dokter muslim


terdorong untuk meneliti kemungkinan penggunaan biji
Habbatu al-sauda’ ini untuk pengobatan beberapa penyakit. Hal
ini berangkat dari status lafal syifa (obat). Dalam hadits ini
berbentuk umum, sehingga ada sementara berpendapat bahwa
biji ini tidak berlaku umum untuk segala penyembuhan, dan
tingkat kesembuhan dengan biji ini pun bisa bertambah dan
berkurang tergantung jenis sakit dan parah tidaknya. Habbatu
al-sauda’ ini ditelaah dari perspektif kebahasaan, maka
sebenarnya kata syifa yang digunakan dalam hadits ini
berbentuk nakirah (indefinite noun), sehingga dapat dipahami
bahwa bukan hanya Habbatu al-sauda’ saja yang dapat dipakai
sebagai obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi
mengandung pengertian ada juga obat lain yang mampu
menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Seorang pakar muslim
imigran Amerika keturunan Mesir, Prof. Ahmad al-Qadhi
melakukan penelitian uji validitas terhadap hadits ini menurut
pandangan medis.

Dan berdasarkan penelitiannya ia menyimpulkan:


Habbatu al-sauda’ merupakan biji-bijian yang mengandung
obat bagi segala macam penyakit kecuali kematian. Bahkan
dapat dipastikan bahwa ia memiliki hubungan langsung dengan
sistem kekebalan tubuh manusia yang difungsikan oleh Allah
SWT untuk melindungi tubuh. Prof. Ahmad pun lantas
melakukan pengujian hubungan ini kepada beberapa penderita
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan imunitas dan Prof.
Ahmad memproduksi kapsul yang mengandung Habbatu al-
sauda’, bawang putih dan fakta menunjukkan bahwa Habbatu
al-sauda’ memiliki khasiat dan manfaat besar dalam
memproteksi kekebalan tubuh (imunitas). Dari percobaan ini
dapat diketahui bahwa mengonsumsi Habbatu al-sauda’ secara
teratur dengan dosis yang tepat dapat menunjukkan
peningkatan drastis pada jumlah sel kekebalan tubuh yang
disebut sel T4-T8.

The Journal of American Scientist melaporkan Habbatu


al-sauda’ bermanfaat untuk banyak penyakit, ia mengandung
antihistamine (pencegah alergi), antioksidan pencegah
kerusakan sel, antibiotik pembunuh kuman, dan anticancer.
Habbatu al-sauda’ juga kaya akan lemak yang berguna untuk
kesehatan. Kandungannya dapat mengatur metabolisme tubuh
membawa racun kepermukaan kulit agar dapat dihilangkan,
menyeimbangkan hormon insulin, meningkatkan sirkulasi
darah serta dapat mengatur kolesterol dan mengatur fungsi hati.

Dengan demikian, dari penjelasan di atas menunjukkan


apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW tidaklah
bertentangan dengan penemuan ilmiah baik sains maupun
medis. Relavansi hadis-hadis tersebut membuktikan bahwa
bukan hadis yang menyalahi penemuan ilmiah justru haditslah
yang turut memberikan kontribusi pada penemuan ilmiah.
2. Terapi Pengobatan dengan Bekam
Banyak kini mulai muncul berbagai macam alternatif
pengobatan, mulai dari bentuk herbal, bahkan sampai aji-ajian
doa yang dapat menghilangkan penyakit. Dan salah satu
alternatif pengobatan yang dilakukan dari zaman dahulu
sampai kini yaitu dengan cara berbekam, yakni pengobatan
dengan melakukan penghisapan darah kotor dari beberapa
tempat dari tubuh kita, bahkan rasul sendiri pun menyuruh kita
untuk berbekam. Adapun hadits tentang bekam sebagai berikut,
riwayat Imam al-Bukhari dalam kitabnya Bab al-Syifau fi
Tsalatsin nomor Hadits 5248 yang berbunyi:

ٍ ‫يع َح َّدثَنَا َمرْ َوانُ بْنُ ُش َج‬


‫اع َح َّدثَنَا َسالِ ٌم‬ ٍ ِ‫َح َّدثَنِي ْال ُح َسيْنُ َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد بْنُ َمن‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل ال ِّشفَا ُء ِفي‬
ِ ‫س َر‬ ٍ ‫اأْل َ ْفطَسُ ع َْن َس ِعي ِد ْب ِن ُجبَي ٍْر ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
ِّ ‫َار َوأَ ْنهَى أُ َّمتِي ع َْن ْال َك‬
َ ‫ي َفَ َع ْال َح ِد‬
‫يث‬ ٍ ‫ثَاَل ثَ ٍة شَرْ بَ ِة َع َس ٍل َوشَرْ طَ ِة ِمحْ َج ٍم َو َكيَّ ِة ن‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ْال َع َس ِل‬
َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ‫َو َر َواهُ ْالقُ ِّم ُّي ع َْن لَ ْي‬
ٍ ‫ث ع َْن ُم َجا ِه ٍد ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
‫َو ْال َحجْ ِم‬
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami Al Husain
telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah
menceritakan kepada kami Marwan bin Syuja’ telah
menceritakan kepada kami Salim Al Afthas dari Sa’id bin
Jubair dari Ibnu Abbas radhliallahu’anhuma dia berkata:
“terapi pengobatan ini ada tiga cara, yaitu minum madu,
bekam, dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang
terluka), sedangkan aku melarang umatku berobat dengan
kay” hadis ini di rafa’kan (kepada Nabi Muhammad SAW).
Dan diriwayatkan pula oleh Al Qumi dari Laits dari Mujahid
dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad SAW tentang minum
madu dan berbekam.”
‫َار َوإِنِّ ْي أَ ْنهَى‬
ٍ ‫ شَرْ بَ ِة َع َس ٍل َوشَرْ طَ ِة ِمحْ َج ٍم َو َكيَّ ِة ن‬:‫ال ِّشفَا ُء فِ ْي ثَالَثَ ٍة‬
‫أُ َّمتِ ْي ع َْن ْال َك ِّي‬
Artinya: “kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu
minum madu, sayatan pisau bekam dan sundutan dengan api
(kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan
kay.” (HR Bukhari)
Setelah Nabi Muhammad SAW menetapkan
penggunaan bekam pada masanya, kemudian bekam dibawa ke
Eropa bersamaan dengan hadirnya Islam di Andalusia
(Spanyol). Hingga saat ini bekam masih digunakan untuk
mengoabti insomnia, sakit kepala, kecanduan, dan penyakit-
penyakit fisik lainnya yang bermacam-macam, karena bekam
juga memiliki efek yang bekerja pada daya tahan yang dapat
menggiatkan jaringan saraf dan pusat sistem motorik tubuh.
Proses pembekaman bertumpu pada upaya penjernihan
udara (rarefaction) pada bagian-bagian tubuh yang menderita
sakit atau pada titik tertentu tubuh. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan gelas yang mempunyai dua lubang, satu lubang
untuk mneyedot udara dan satu lubang yang lain diletakkan di
atas tempat pada badan yang telah ditentukan, sehingga daerah
sekitar kulit tempat bekam tersebut akan terlihat lebih jelas
karena menahan darah. Baru kemudian dilakukan penyayatan
dengan pisau dengan sayatan kecil dan tidak dalam, dengan
panjang tidak lebih dari 3 cm dan kedalaman tidak melebihi 1,5
mm dari sayatan inilah darah dikeluarkan dengan cara disedot.
Senada dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang
menyebutkan pengobatan dengan tiga hal, yakni meminum
madu, bekam, dan kay (menempelkan besi panas pada daerah
yang terluka), dan Nabi Muhammad SAW melarang
pengobatan dengan kay. Kemudian ucapan Nabi Muhammad
SAW “syartathun” berarti goresan, kemudia “Mihjam” berarti
tempat goresan bekam. Mihjam bisa berarti alat yang
digunakan untuk mengumpulkan darah bekam. Ada juga yang
mengartikan Mihjam adalah gelas yang digunakan untuk
menghimpun bagian yang dibekam, dan di tempat itu pula
darah terhimpun. Kata tersebut adalah bentuk jamak sedangkan
tunggalnya adalah al-Mihjamah.
Rahasia pengobatan Nabi Muhammad SAW telah
terbukti sampai sekarang ketika manusia sudah panik mencari
kesembuhan, tenaga medis sudah berusaha dengan semaksimal
mungkin sedangkan pasien sudah tidak sabar lagi menahan
penderitaan biaya pengobatan yang tinggi, maka masyarakat
pun mulai mencari cara alternatif atau terapi alternatif dalam
berobat. Hingga saat ini banyak yang menawarkan pengobatan
alternatif banyak pasien berdatangan meskipun ada juga yang
merasa tidak cocok, karena dirasakan ada sesuatu yang aneh
dan tidak rasional.
Untuk pengobatan bekam ini, sebenarnya tidak pantas
dikatakan pengobatan alternatif, karena Rasulullah SAW yang
memberikan garansi sedangkan beliau adalah suritauladan.
Karena untuk beribadah yang sempurna diperlukan raga dan
jiwa yang sehat pula, Rasulullah tidak hanya mengajarkan hal
bagaimana tata cara beribadah akan tetapi menjaga esensi
kesehatan agar ibadah pun tetap lancar dan kesehatan juga
terjaga

3. Di dalam Sayap Lalat Terkandung Penawar


Ada beberapa hadits yang berkaitan dengan adanya
obat penawar disalah satu sisi dari seekor lalat, lebih kurang
redaksi haditsnya ialah apabila seekor lalat masuk ke dalam
minuman maka celupkanlah ia, lalu buanglah lalatnya karena
di salah satu sisi sayap dari lalat ada penawarnya. Lalat adalah
salah satu jenis binatang yang tidak disukai oleh manusia, ia
dinilai menjadi sumber penyebab penyakit seperti sakit perut,
disentri dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, banyak orang
yang tidak menginginkan binatang lalat hidup di sekitar
mereka, bahkan tidak jarang mereka membunuhnya entah
dengan obat yang banyak dijumpai di toko-toko atau warung-
warung kecil dan tidak pula juga banyak yang memukulnya.
Namun di dalam hadits Nabi Muhammad SAW ditemukan
sebuah redaksi yang memberikan perintah untuk
membenamkan lalat ini ketika ia hinggap ke dalam sebuah
makanan atau minuman kalian. Adapun hadits mengenai lalat
sebagai berikut:
‫ قال النبي صلى اهللا عليه وسلم إذا وقع‬:‫ يقول‬:‫عن أبي هريرة رضي ااهللا عنه‬
‫الذباب في شراب أحدكم فليغمسه ثم لينزعه فإن في إحدى جناحيه داء واألخرى‬
‫شفاء ((أخرجه البخاري‬
Artinya: “Qutaibah menceritakan pada kami (ia
berkata) Ismail bin Ja’far menceritakan pada kami ‘Utbah bin
Muslim dai ‘Ubaid bin Hanin dari Abu Hurairah, Nabi
Muhammad SAW bersabda: Apabila lalat jatuh ke dalam
tempat (makanan atau minuman) kalian, maka benamkanlah,
kemudian buanglah, karena pada salah satu sayapnya
terdapat penyakit sedangkan pada sayap yang lain terdapat
penawar” (HR Bukhari)
Dari hadits di atas, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
menyebutkan, bahwa lalat melindungi dirinya dengan sayap
sebelah kiri. Keterangan ini merupakan isyarat bahwa sayapnya
yang sebelah kanan adalah sayap yang mengandung obat
penawar, hal ini menguatkan pandangan salah seorang peneliti.
Ketika lalat sudah dibenamkan seluruhnya maka unsur-unsur
obat akan menyerang unsur-unsur penyakit dengan izin Allah
SWT.
Dokter Juan Alvarez Bravo dan timnya berhasil
mengangkat martabat binatang kotor ini. Sebagaimana ditulis
“The Economist” ternnyata dari tubuh lalat bisa diangkat
beraneka ragam bahan antibiotik. Penemuan itu berawal dari
pengalaman sepele yang mempertanyakan mengapa larva lalat
(belatung) bisa bertahan hidup di lingkungan sampah yang
penuh kuman. Perhatian pun tertuju pada lalat hijau
Sarcophaga peregina yang suka mengerubuti daging busuk.
Ternyata dari perut serangga itu Juan Alvarez menemukan
enam macam antibiotika. Salah satu diantaranya ditandai
sebagai Sapecin-B sebuah senyawa kimia yang memilki 34
gugus asam amino.
Dengan demikian, validitas dan otentisitas hadis
tentang lalat dari sisi sanad dan matan, serta kebenaran yang
dikandungnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
baik dari kritik ekstern (al-naqd al-kharij), maupun kritik intern
(al-naqd al-dhakil) dengan dukungan dari pengamatan empiris.
Oleh karena itu, hadis tentang ini tidak bertentangan sama
sekali dengan sains. Bahkan hadis tentang lalat ini
membuktikan keistimewaan dan kemukjizatan yang dimiliki
oleh Nabi SAW., yang sudah tentu melalui pengetahuan atau
wahyu yang diberikan oleh Allah SWT. kepada beliau.
4. Larangan Makan dan Minum Berdiri
Larangan makan dan minum berdiri berkaitan erat
dengan akhlak, moral, etika nilai kesopanan. Dalam budaya
masyarakat Indonesia makan berdiri adalah sesuatu yang di
pandang buruk dan tercela. Orang tua dahulu pun melarang
anak-anak makan sambil berdiri dengan nasihat khas mereka,
meskipun kadang tak masuk akal. Seperti kata orang “Jangan
makan sambil berdiri, nanti nasinya turun ke betis”.
Meskipun begitu, ternyata medis membenarkan larangan
tersebut. Makan dan minum sambil berdiri dapat memberikan
dampak buruk bagi kesehatan. Tidak hanya buruk dalam etika.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ قال‬،ً‫عن النبي ﷺ أنه نهى أن يشرب الرجل قائما‬ ‫عن أنس‬
‫ رواه مسلم‬،‫ ذاك أشر أو أخبث‬:‫ فاألكل؟ قال‬:‫ فقلنا ألنس‬:‫قتادة‬
Artinya: “Dari Anas diriwayatkan bahwa nabi saw.
melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah
berkata, “Kami lalu bertanya , “Lantas bagaimana halnya
dengan makan sambil berdiri?” Nabi pun menjawab, “Tentu
itu lebih buruk dan lebih keji lagi.” (HR Muslim)
Dari sisi kesehatan Hadits sangat mendapat tempat bagi
kalangan para dokter, dikarenakan oleh pesan yang ada
dihadits ini sangat sejalan dengan teori kesehatan pencernaan.
Seperti yang pernah dikatakan oleh dr. Abdurrazzaq Al-
Kailani, bahwa cara makan dan minum yang paling tepat dan
selamat adalah dengan cara duduk, tidak dengan cara berdiri,
sebab minum dan makan dengan cara berdiri akan mempersulit
proses pencernaan, karena minumam dan makanan itu akan
terhempas lebih kuat ke dinding lambung, dan itu berulang-
ulang secara terus menerus akan menyebabkan kesulitan pada
pencernaan.
Dr. Ibrahim Ar-Rawi dalam bukunya, Buku Pintar
Sains Dalam Al-Qur’an  berpendapat bahwa ketika berdiri,
keseimbangan pusat-pusat saraf manusia akan berkurang, dan
otomatis mengurangi ketenangan. Padahal, ketenangan
merupakan syarat terpenting yang harus terpenuhi saat makan
dan minum. Ketenangan ini hanya didapat jika seseorang
duduk dalam keadaan relaks dan tenang. Dalam posisi duduk,
organ pencernaan juga semakin mudah menerima makanan dan
minuman. Kebiasaan makan dan minum sambil berdiri juga
dapat membahayakan dinding lambung, sehingga lambung
rentan mengalami radang.
Para pakar radiologi mengatakan bahwa radang
lambung kerap terdapat di area-area lambung yang bisa
mendapatkan benturan oleh makanan dan minuman. Saat
berdiri, proses masuknya makanan ke dalam lambung akan
sulit dan terkadang menimbulkan rasa nyeri. Tak jarang, orang-
orang yang makan dan minum sambil berdiri tidak dapat
menikmati makanan dan minuman mereka dengan nyaman.
Namun, ironisnya sekarang tidak sedikit dari kita tidak malu-
malu lagi bahkan sudah terbiasa makan dan minum dalam
keadaan berdiri.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik itu dalam bentuk perkataan, perbuatan,
dan diamnya Rasul terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
sahabatnya, serta sifat-sifat fisik, akhlak dan sirah beliau baik
setelah diangkat menjadi Rasul ataupun sebelumnya. Oleh
karena itu, umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya menggunakan hadis sebagai hujjah keagamaan
yang diikuti dengan mengamalkan isinya dengan penuh
semangat, kepatuhan dan ketulusan.

Ada beberapa hadits yang saling berhubungan dengan


sains seperti:

a. Khasiat Habbatu al-sauda’ (Habbatu al-sauda’


merupakan biji-bijian yang mengandung obat bagi
segala macam penyakit kecuali kematian. Bahkan
dapat dipastikan bahwa ia memiliki hubungan
langsung dengan sistem kekebalan tubuh manusia
yang difungsikan oleh Allah SWT untuk
melindungi tubuh).
b. Pengobatan dengan bekam (Salah satu alternatif
pengobatan yang dilakukan dari zaman dahulu
sampai kini yaitu dengan cara berbekam, yakni
pengobatan dengan melakukan penghisapan darah
kotor dari beberapa tempat dari tubuh kita, bahkan
rasul sendiri pun menyuruh kita untuk berbekam.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan gelas
yang mempunyai dua lubang, satu lubang untuk
mneyedot udara dan satu lubang yang lain
diletakkan di atas tempat pada badan yang telah
ditentukan, sehingga daerah sekitar kulit tempat
bekam tersebut akan terlihat lebih jelas karena
menahan darah).
c. Sayap Lalat Mengandung Penawar (Ada beberapa
hadis yang berkaitan dengan adanya obat penawar
disalah satu sisi dari seekor lalat, lebih kurang
redaksi hadisnya ialah apabila seekor lalat masuk ke
dalam minuman maka celupkanlah ia, lalu buanglah
lalatnya karena di salah satu sisi sayap dari lalat ada
penawarnya keterangan ini merupakan isyarat
bahwa sayapnya yang sebelah kanan adalah sayap
yang mengandung obat penawar, hal ini
menguatkan pandangan salah seorang peneliti.
Ketika lalat sudah dibenamkan seluruhnya maka
unsur-unsur obat akan menyerang unsur-unsur
penyakit dengan izin Allah SWT).
d. Larangan Makan dan Minum berdiri (Larangan
makan dan minum berdiri berkaitan erat dengan
akhlak, moral, etika nilai kesopanan. Dalam budaya
masyarakat Indonesia makan berdiri adalah sesuatu
yang di pandang buruk dan tercela).

DAFTAR PUSTAKA
Basri, Helmi (2018), Relevansi Antara Hadits dan Sains
Kaidah dan Aplikasinya dalam Bingkai I’jaz Ilmi,
Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, 130-146, UIN
Sultan Syaif Kasim Riau.
Hasibuan, M. Idham Aditia, Achyar Zein, Sulidar (2017),
Kontribusi Sains dalam Menentukan Kualitas Hadits,
Vol. 1, No. 3, UIN Sumatra Utara.
Al-Qardhawy, Yusuf (1998), As-Sunah Sebagai Sumber
IPTEK dan Peradaban terjemahan olej Setiawan Budi
Utomo, hlm (101-103), penerbit Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai