A. Latar Belakang
برأ باذن اهلل عز وجل لكل داء دواء فاذا أصيب دواء الدء
Artinya: Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya, maka dia akan sembuh dengan seizin Allah swt (HR. Muslim).3
1
Abdul Basith Muhammad as-sayyid, Kitab Obat Hijau, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
Solo, 2014, h. 1
2
Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab at-Tibb, bab 1, Darul Kutub Al-Ilmiyah,
Beirut, 1412 H, cet 1 h.15
3
Abi al-Husaini Muslim bin al Hujaj al-Qasyiri al-Nasaburi, Shahih Muslim, Dar al fikr h. 50
2
4
Nunu el fasa, Sehat Tanpa Obat ala Rasulullah saw, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2014, h. 153
5
Ibnu Manzur, Lisan al-Arab,Beirut, Darul Fikri, 1386 H
3
Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat dengan para pedagang dari daratan
Cina, Kwang Tung6.
Kegunaan gaharu awalnya hanya terbatas sebagai pelengkap pada
upacara ritual keagamaan masyarakat hindu dan islam serta sebagai bahan
pengharum tubuh dan ruangan dengan cara dibakar (fumigasi). Namun
berbeda penggunaannya pada zaman sekarang, dikalangan masyarakat Timur
Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Mesir dan Obat gaharu banyak
diminati sebagai bahan pengaharum tubuh atau ruangan yang tahan lama.
Tidak heran jika kini aroma gaharu banyak digunakan sebagai aromaterapi di
spa-spa kelas atas. Bahkan karena wanginya mumi mesir pada zaman mesir
kuno juga diberi gaharu.
Selain di manfaatkan sebagai wewangian atau parfum masyarakat
diberbagai daerah telah memanfaatkan bagian dari tumbuhan penghasil
gaharu, seperti akar, daun, kulit, dan buah sebagai campuran ramuan obat
tradisional (jamu). Bahan tersebut digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit.
Sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi,:
د اهلل عن ام قيس بنت00 عن عبي0,ري00 مسعت الزه:ال00ة ق00ا ابن عيين00ال اخربن00ل ق00دقة بن الفض00دثنا ص00ح
بعة00ه س00ان في00 ف,دي00ود اهلن00ود الع00ول عليكم هبذا الع00لم يق00ه وس00لى اهلل علي00يب ص00 مسعت لن:ال00ن ق00حمص
7
يستعط به من العدرة ويلد به من ذات اجلنب:اشفية
Artinya: Dari Shadaqah bin al-Fadhi menyampaikan kepada kami dan
ibnu uyainah yang mengabarkan kepada kami dan mengatakan aku
mendengar dari az-Zuhri dari Ubaidullah, dari Ummu Qais binti Mihshan
bahwa Nabi bersabda: hendaklah kalian menggunakan kayu india ini karena
6
Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto, Panduan Lengkap Gaharu, penebar
swadaya, Jakarta, 2014, h.10.
7
Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab at-Tibb, bab 1, Darul Kutub Al-Ilmiyah,
Beirut: 1412 H, cet 1 h.18.
4
B. Rumusan Masalah
8
Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto, Panduan Lengkap Gaharu, penebar
swadaya, Jakarta, 2014, h.8-10.
9
Jan Balkam , Aromaterapi penuntun Praktis untuk Pijat Minyak Asiri dan Aroma, Dahara
Prize, Semarang, 2001, h.1-3.
5
10
Jujun S. Suria Sumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1993, h. 312.
6
11
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo ,Semarang, 2007,h. 34-
35.
7
Ketiga, Jurnal dengan judul Efek Sedativa dan Kebugaran The Celup
Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis L) karya Muhammad Totong
Kamaluddin, dkk. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Daun Gaharu
(Aquilaria Malaccensis L) sejak lama telah digunakan masyarakat kabupaten
Bangka Tengah untuk menangkal keletihan akibat gangguan tidur ringan.
Minuman yang diramu dari daun gaharu yang diiris-iris lalu dijemur sebentar
kemudian disedu air hangat ternyata berkhasiat untuk menimbulkan rasa
kantuk dan setelah bangun dari terlelap sejenak maka tubuh akan menjadi
lebih segar.
Kelima, Jurnal dengan judul Pembuatan Teh Dari Daun Gaharu Jenis
Gyrinops versteegii karya Taufik Samsuri dan Herdiyana Fitriani Dosen
Program Studi Pendidikan Biologi IKIP Mataram. Dalam jurnal tersebut
dijelaskan bahwa teh daun gaharu dapat dipercaya memiliki khasiat bagi
peminumnya. Teh daun gaharu biasanya dibuat dari daun atau pucuk muda
pohon gaharu yang belum diinokulasi. Sedangkan pembuatan teh daun gaharu
dari pohon yang telah dioptimalisasi pemanfaataan daun gaharu yang telah
diinokulasi sebagai bahan pembuat teh. Sehingga dapat menghasilkan teh
daun gaharu dengan mutu yang baik tanpa kehilangan aroma, rasa, dan
manfaatnya.
8
E. Metodo Penelitian
Agar penelitian ini dapat mencapai tujuannya dengan tetap mengacu
pada standar keilmiahan sebuah karya akademis, maka diperlukan suatu
metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji, karena metode itu sendiri
berfungsi sebagai pedoman mengerjakan sesuatu agar dapat menghasilkan
sesuatu dan memperoleh hasil yang memuaskan dan maksimal. Metode
penelitian adalah serangkaian tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan
berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelanggarakan suatu penelitian dalam
koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.12 Dalam hal ini peneliti memggunakan metode-metode sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
Kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Library
research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitiannya.13 Ia merupakan suatu penelitian yang memanfaatkan sumber
perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Metode penelitian
kepustakaan ini dimaksudkan untuk menggali teori-teori dan konsep yang
telah dibahas atau ditemukan oleh para peneliti terdahulu.
12
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitataif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, cet.3, 2012), h. 2.
13
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, h. 3.
9
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam
data, yaitu data primer dan data sukender.
a. Sumber Data Primer
Sumber data Primer adalah suatu data yang diperoleh dari
sumbernya yang asli17. Dalam Penelitian ini, data primer yang
digunakan peneliti adalah al-kutub al-sittah dan syarh-nya. Dalam hal
ini tentu penulis menggunakan alat kitab-kitab takhrij seperti al-
Mu’jam al-Mufahras li alfaz al hadis dan aplikasi pelacak hadis digital,
yang dalam hal ini penulis menggunakan aplikasi Jawami’ Al-Kalem
sebagai alat penunjang dalam proses takhrij yang dilakukan dalam
penelitian ini. Kemudian penulis mengumpulkan hadis-hadis secara
tematik dari kitab tersebit terkait dengan kayu gaharu dalam hadis.
a. Sumber Data Sekunder
Kemudian untuk mengolah data primer dan mempertajam
analisis, penulis menggunakan juga data-data sekunder, yaitu berupa
buku, artikel, karya tulis ilmiah, kitab-kitab syarah hadis, Ensiklopedia
al-Qur’an dan Hadis, buku-buku sains yang berhubungan dengan
masalah yang penulis bahas.
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah kegiatan untuk memanfaatkan data
sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran dan ketidakbenaran. 18
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan beberapa metode,
yaitu sebagai berikut:
a. Metode Takhrij
17
M. Iqbal Hasan. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, 2001, h. 82.
18
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, 1991, h. 106.
11
Metode kritik sanad dan matan hadis, serta memahami hadis pendekatan
sains.
Bab Ketiga, mencakup mengenai hadis-hadis tentang kayu gaharu,
takhrij hadis dengan melihat kualitas sanad dan matan hadis serta melihat
berbagai pandangan para ulama mengenai hadis tentang kayu gaharu.
Bab Keempat, analisis dan pembahasaan hasil penelitian yaitu
pemaparaan khusus yang menjelaskan jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian. Di dalam penelitian ini akan dijelaskan pertama, menjelaskan
kualiatas hadis kayu gaharu . kedua, menjelaskan penjelasaan kayu gaharu
dan relevansinya dengan tinjauan sains.
Bab Kelima, merupakan akhir dari proses penelitian atas hasil
penelitian yang berpijak pada bab-bab sebelumnya dan kemudian diikuti
dengan saran maupun kririk yang relevan dengan objek penelitian.Yang
terakhir penulis memaparkan daftar kepustakaan.