Anda di halaman 1dari 11

HADIS-HADIS RUQYAH

Lutfi Pahmi
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten
luthfi061499@gmail.com

Abstract

Rasulullah SAW-style treatment is a trend today is a ruqyah who not only treat physical
diseases but also non-physical. Ruqyah is the solution the Prophet offered in over coming all
sorts of diseases, and ruqyah is allowed as long as it does not contain shirk elements. This
study aims to explain the definition of ruqyah in the hadith of the Prophet, and the verses and
prayers used at the time of ruqyah. Even explaining the existence of capitalist elements and
the influence of ruqyah on mental health. This research uses the risearch library method using
descriptive approach and socio- historical critique analysis to understand the hadith of the
Prophet. The findings are: First, ruqyah is a treatment ala Rasulullah by taking refuge in Allah
from all diseases both physical and non physical. Second, the way of ruqyah is by putting the
right hand to the painful part of the limb while reading the reading of prayers, letters of al-
Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq and al-Nas. Thirdly, the ruqyah should be based on a complete
belief in God, pleading for protection to Him because He is the Essence that Heals all
sicknesses.
2

Keyword: hadith, ruqyah and opinions of scholars

Abstrak

Pengobatan ala Rasulullah SAW yang menjadi tren saat ini adalah ruqyah yang mana
ruqyah ini tidak hanya mengobati penyakit batin tetapi penyakit non batin. Ruqyah
adalah solusi yang di anjurkan Rasulullah SAW dalam mengatai segala macam
penyakit, dan ruqyah sangat dibolehkan selama tidak mengundang unsur syirik dan
menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan definisi ruqyah dalam hadits
Nabi, dan ayat ayat tentang ruqyah. Serta pengaruh ruqyah terhadap kesehatan mental.
Metode ini menggunakan library risearch dengan menggunakan pendekatan deskriptif
dan analisis kritik sosio-historis untuk memahami hadis Nabi. Hadis temuannya adalah:
Pertama, ruqyah merupakan metode pengobatan ala Rasulullah SAW dengan
berlindung kepada Allah SWT baik fisik maupun non fisik. Kedua, cara ruqyah adalah
dengan meletakan tangan kanan kepada bagian anggota badan yang menjadi
keluhannya serta membaca doa-doa, surat al-Fatihah al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.
Ketiga, ruqyah juga harus didasari keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT,
memohon perlindungan kepada-Nya karena Dialah Dzat yang Maha menyembuhkan

Kata kunci: hadis, ruqyah dan pendapat Ulama

Pendahuluan
Ruqyah merupakan merupakan masalah yang banyak dibicirakan oleh banyak kalangan
dewasa ini. Ruqyah dipahami sebagai pengobatan ala Rasulullah SAW untuk menghilangkan
penyakit yang bersumber dari luar diri manusia, orang menyebutnya dengan kesurupan dikarenakan
masuknya jin, dan syetan pada diri manusia. Apabila ruqyah ini hanya dipahami sebagai solusi yang
tepat untuk menghilangkan penyakit psikis. Maka penelitian ini sebaliknya, bahwa ruqyah tidak
hanya berfungsi untuk menyembuhkan penyakit psikis yang berasal dari gangguan jin saja tetapi
juga menyembuhkan penyakit-penyakit yang disebabkan penyakin fisik, seperti kanker, pari-paru,
ginjal, diabetes dan penyakit lainnya yang terkena tubuh manusia.
Persoalan ruqyah banyak menimbulkan kesalahfahaman dikalangan masyrakan awam. Nereka
menilai bahwa semua ruqyah ituh boleh dan benar, padahal itu tidak lepas dari peran media yang
menyuguhkan dan menayangkan sosok seseorang yang sakti, hebat, punya kellebihan, menangkal
jin, dan bahkan mempunyai jama’ah atau pengikut. Ketika menilai fenomena yang terjadi di
3

Indonesia. Bahkan istilah pengobatan Islam pun disandarkan pada ruqyah, ibun al-Nabawi dan
sebagainya.1
Ruqyaah sebagai pengobatan ala Nabi SAW yang menjadi solusi terhadap permasalahan
penyakit yang dihadapi umat, baik fisik maupun non fisisk. Banyak tulisan yang memuat tentang
ruqyah yaitu : Adyana meneliti “Penerapan Sunnah Nabi Shallallahualaihi Wasallam: Ruqyah
Syariyyah, di Klinik Surabaya Ruqyah Center. Tulisan ini mengkaji penefapan hadis di Klinik
Surabaya Ruqyah Center dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruqyah yaang
berkembang sejak tahun 2004 sampai sekarang. M Darojat Ariyanto menulis artikel “Terapi Ruqyah
terhhadap Penyakit Fisik, Jiwa dan Gangguan Jin”. Dalam tulisan ini iah menguraikan terapi rukyah
dengan menggali pendapat-pendapat dari kalangan ulama klasik dan para cendikiawan modern
dengan menghubungkan dengan ilmu kedokteran. Sedangkan al-Qura’an dan Hadis Nabi dijadikan
sebagai dasar penguaan adanya ruqyah pada masa Nabi, namun tidak mengungkap makna hadis dari
kitab syara hadis. Syamsuri Ali meneliti “Pengobatan Alternatif dalam Persfektif hukum Islam.
Dalam penelitiannya, ia menjelaskan pengobatan alternatif dengan menggali dari sumber al-Qur’an
dan hadis untuk digunaka sebagai pedoman dalam praktek penyembuhan berbagai macam penyakit,
baik jiwa maupun jasmani dengan do’a, dzikir, dan istighfar, namun penelitian ini tiidak mengkaji
dari sisi pemaknaan hadis dengan menggali secara mendasar dari yang sempit ke luas. 2
Berdasarkan uraian telaah literatur di atas penulis berpendapat, penelitian-penelitian tersebut
belum sama sekali menyenntuh kajian hadis secara mendalam , baik dari sisi keorisinalitasan hadis
maupun dari konteks pemahaman hadis dari berbagai kitab syarah hadis pada masa kini. Oleh sebab
itu, penulis akan mencoba memehami hadis ruqyah dengan menggali dari kitab syarah hadis sampai
pada kajian kontemporer. Permasalahan tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut, yaitu apakah
definisi ruqyah?. Bagai mana pemahaman ulama terhadap hadis ruqyah?. Hadis-hadis yang
berhubungan denga ruqyah?. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskiptif analitis, yaitu
memberikan gambaran dan hadis-hadis yang diteliti kemudian dilakukan sebuah analisis sehingga
pemahaman menjadi komperhensif.

Definisi Ruqyah
Ruqyah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu kata dari raqiya-yarq-ruqyn wa
ruqyatan, yang bermakna berlindung, terkenal. Ibnu al-Air mengatakan bahwa ruqyah adalah
memohon perlindingan keppada Allah SWT dari segala macam penyakit seperti demam, syara dan
penyakit-penyakit lainnya.3
Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ruqyah bentuk kata benda tunggal yang bentuk
jamaknya adalah Ruq, yang memiliki arti kata-kata yang khusus diucapkan dan ditunjukan untuk
1
Masdar Bustaman Tambusai, Halal Haram Ruqyah (Jakarta:Pustaka al-Kausar,2013),h.7.
2
Syamsuri Ali,”Pengobatan Alternatif dalam Persfektif Hkum Islam.” AL-‘ADALAH XII, No.
4(December,2015):867--890
3
Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi.t.t),293
4

kesembuhan orang saki. Artinya do’a-do’a memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala
macam penyakit seperti shara dan demam. Al-Qarafi menambahkan bahwa ruqyah adalah segala
sesuatu yang mendatangkan manfaat, sedangkan segala sesuatu yang mendatangkan madarat atau
bahaya itu bukan ruqyah tetapi sihir. Diantara ruqyah yang tidak syar’i adalah ruqyah pada zaman
jahiliyah dan ruqyah orang-orang Hindia yang mereka menganggap bahwa dengan ruqyah tersebut
bisa menyembuhkan dari penyakit dan sebab-sebab yang membinasakan. 4
Ruqyah secara istilah adalah membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Mu’awwijatani
(surat an-Nas dan surat al-Falaq) untuk orang yang terkena penyakit ain. Penyakit ain bisa
disebabkan karena kekaguman seseorang kepada sesuatu kemudian diikuti dengan jiwa yang jahat.
Untuk menyembuhkan racunnya, jiwa tersebut meminta bantuan tatapan mata kepada orang yang
didengki. Pengaruh Ain ini bisa terjadi karena didorong oleh keinginannya sendiri atau di luar
kehendaknya.5
Wabah al-Zuhaili mendefinisikan bahwa ruqyah adalah seseorang mengobai orang sakit
dengan berdo’a memohon kebaikan dan kesehatannya. Dalam kesempatan lain, Sayid Sabiq bahwa
ruqyah yan disayariatkan adalah ruqyah yang dilakukan dengan cara berdo’a, berdzikir krepada
Allah, menggunakan bajasa arab yang bisa difahami maknannya kemudian ditiupkan. 6
Ruqyah syar’iyyah adalah meminta perlindungan kepada Allah SWT untuk kesembuhan
orang yang sedang sakit dengan cara membacakan sebagian ayat-ayat Al-Quran al-Karim, Nama-
nama Allah, dan Sifat-sifat-Nya atau dengan doa-doa yang syar’i berbahasa Arab atau dengan
bahasa yang dapat dipahami maknanya kemudian ditiupkan.7

Dalam psikoterapi ruqyah diartikan sebagai proses pengobatan dan penyembuhan suatu
penyakit, apakah mental, spiritual, noral maupun fisik dengan melalui bimbingan al-Quran al-Karim,
dan al-Sunnah. Dengan makna yng sederhana, psikoterapi ruqyah berarti suatu terapi penyembuhan
dari penyakit fisik maupun gannguan kejiwaan denga psikoterapi dan konseling islamdapat juga
dengan menggunakan bacaa ayat- ayat al-Quran dan Do’a-do’a Rasulullah saw.8
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ruqya adalah memanjatkan do’a
kepada Allah dengn mengusap tangan dan meniup kepada bagian anggota badan yang mengalam
sakit baikk fisik maupun non fisik dengan bacaan dzikir, doa-doa ma’tsurat dan bacaan al-Quran
yang diajarakan Nabi sepeti al-Muawwijat yakni surat al-Falaq dan surat an-Nas dengan penuh
keyakinan dan harapan kepada-Nya bahwa tidak ada yang bisa menyembuhhkan segala macam
penyakit kecuali Dia (Allah).

4
Ibnu Taimiyah, Al-Furqan Baina Auliya al-Rahman wa Baina Auliya al-Syaithan (Riyadh Dar al-Fa
Ilah,t.t).Juz 1,h 15.
5
Wahhid Abdussallam Bali, Ruqyah Jin, Shir dan Terapinya(Jakarta:Ummul Qura,2017).h.701
6
Sayid Sabid, Fiqih al-Sunnah (Kairo:Dar al-Fath, 2001),juz 1, h. 494.
7
Mustar Bustaman Tambusai, Halal Haram Ruqyah (Jakarta:Pustakaal-Kausar,2013), h. 10.
8
Dedy Susanto, “ Dakwah Melalui Layanan Psikoterapi Ruqyah Bagi Pasien Penderita
Kesurupan,”KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 4, no2 (2014):43-64
5

Pendapat Para Ulama


Persoalan merupakan suatu hal yang sangat populer dikalangan orang-orang Islam.
Kelompok tertentu yang membuka pengobatan dengan cara ruqyah dengan memasang taarif harga
sehingga dimungkinkan adanya unsur kapitalisme yang sebetulya memberatkakn sebagian kalalngan
yang tidak mampu membayarnya. Atas dasar inniilah penulis memaparkan pendapat ulama yang
seditadaknya menjadi solusi terhadap permasalahan yang di hadapi umat, adalah :
1. Yusuf al-Qardawi
Ruqyah jamaknya ruq adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk yang terkena
penyakit demam, penyekit ayat atu epylepsy, digigit ular, kalajengking, dan lain-lain. Ruqyah
dikenal dikalangan masyarakat Arab Jahiliyyah yang mayoritas mereka melakukan melakukan
ruqyah yang mengandung unsur kesyirikan seperti meminya perlindungan kepada jin dan syetan.
Memintta kepda selain Allah dan membaca sesuatu yang tidak dipahami maknanya. Dari sinilah
Nabi melarang ruqyah seperti ini sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW :” Sesungguhnya
ruqyah, jimat dan jampe-jampe adalah syirik ”. Secara istilah ruqyah berarti membaca kalam Allah,
dzikir, menyebut Nama-nama-Nya dan Sifat-sifat-Nya serta bertawasul kepada Allah dalam menolak
bahaya, menghilangkakn gangguan , menyembuhkan orang sakit dan lain-lain.9
2. Imam Syafi’i
‫ﻋﻦ اﻟﺮﺑﯿﻊ ﺑﻦ ﺳﻠﯿﻤﺎن ﻗﺎل (ﺳﺄﻟﺖ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻋﻦ اﻟﺮﻗﯿﺔ ﻓﻘﺎل ﻻ ﺑﺄس ان ﯾﺮﻗﻰ اﻻﻧﺴﺎن ﺑﻜﺘﺎب ﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ وﻣﺎ ﯾﻌﺮف ﻣﻦ ذﻛﺮ ﷲ ﻗﻠﺖ‬
10
‫أﯾﺮﻗﻰ اھﻞ اﻟﻜﺘﺎب اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻓﻘﺎل ﻧﻌﻢ إذا رﻗﻮا ﺑﻤﺎ ﯾﻌﺮف ﻣﻦ ﻛﺘﺎب ﷲ‬

“Dari Rubai bin Sulaiman berkata, aku pernah bertanya kepada Imam Syafi’i tentang ruqyah. Beliau
menjawab: tidak apa-apa manusia di ruqyah dengan bacaan kitab Allah (al-Quran) dan dzikir kepada
Allah yang diketahui artinya. Aku barkata bagaimana dengan ahli kitab yang meruuqyah orang-
oorang muslim?. Iya boleh apabila mereka meruuqyah dengan kitab Allah yang diketahui atau bisa
dipahami”.
3. Ibnu al-Hajib al-Maliki
‫وﺗﺠﻮز اﻟﺮﻗﯿﺔ ﺑﺎﻟﻘﺮآن وﺑﺄﺳﻤﺎء ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ وﺑﻤﺎ رﻗﻰ ﺑﮫ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم وﺑﻤﺎ ﺟﺎﻧﺴﮫ وﯾﺆﻣﺮ اﻟﻌﺎﺋﻦ ﺑﺎﻟﻮﺿﻮء ﻓﯿﻐﺴﻞ‬
„‫وﺟﮭﮫ وﯾﺪﯾﮫ وﻣﺮﻓﻘﯿﮫ ورﻛﺒﺘﯿﮫ وأطﺮاف رﺟﻠﯿﮫ وداﺧﻠﺔ إزاره وھﻮ اﻟﻄﺮف اﻷﯾﺴﺮ ﻣﻦ طﺮﻓﯿﮫ اﻟﻠﺬﯾﻦ ﯾﺴﺘﺒﺪ‬
‫ﺑﮭﻤﺎ ﻓﻲ إﻧﺎء ﺛﻢ ﯾﺼﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻌﯿﻦ‬11

“ Boleh Meruqyah dengan Bacaan al-Quran, menyebut nama-nama Allah, bacaan doa ruqyah

9
Yusuf al-Qardhawi, Mawaqif al-Islam (Kairo:Maktabah Wahbah,1994), h. 151
10
Abu Zakaria Muhidin bin Syarf Al-Nawawi, Kitab al-Majmu Syar Al-Muhasab Ali Syirazi
(Jedah:Maktabah al-Irsyad,t.t),juz 9, h. 65.
11
Jamaludin bin Umar bin Al-Hajib Al-Maliki, Jami Al-Ummahat (Beirut:al-Yamamah,1998),juz 1, h.
568.
6

untuk keselamatan dan bacaan yang sejenisnya. Baagi yang terken matanya, diperintahkan berwudhu
dengan cara membasuhi pada mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, ujung-
ujung kedua kakinya, dan memasukan kakinya yaitu bagian kain yang kiri yang dicelupkan kedalam
bejana kemudian diusapkan kebagian matanya”.
Berdasarkan pendapat ulama tentang ruqyah dan permasalahan mengambil upah darinya,
dapat dipahami bahwa ruqyah adalah membaca ayat-ayat al-Quran, dzikir, nama-nama Allah, dan
sifat denhgan tidak mengandung unsur kesyirikan kepada Allah seperti meminta pertolongan kepada
jin dan syaitan dan membaca doa-doa yang bisa dipahami, dan tidak mengambil upah atau imbalan
dari hasil ruqyahnya bahkan sampai memasang tarif. Namun demikian apabila peruqyah mendapat
upah atau imbalan atas kerelaan atas orang yang menyuruhnya tanpa memasang tarif harga, maka
tidak menjadi masalah karena ruqyah merupakan bagian dari pengobatan seperti hal pengobaan yang
dilakukan sorang dokter kepada pasien dengan membacakan al-Quran bukan mengajarkannya.

Hadis-Hadis Ruqyah
Hadis-hadis ruqyah banyak disebutkan dalam beberapa kitab hadis khususnya Kutub al-
Tis’ah (Sembilaln kitab haadis) dngan berbagai jalur periwayatan hadis dan redaksi yang sama yaitu
sebagai berikut :

‫ْن‬
ٍ ‫صي‬َ ‫ْن ُح‬ َ ‫ِر َع ْن ِع ْم َر‬
ِ ‫ان ب‬ ٍ ‫ْن َع ْن َعام‬ َ ‫ْل َح َّدثَنَا ُح‬
ٌ ‫صي‬ ٍ ‫ضي‬ َ ‫ْن ُف‬
ُ ‫ْس َر َة َح َّدثَنَا اب‬ َ ‫ْن َمي‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا ِع ْم َر‬:٥٢٧٠ ‫صحيح البخاري‬
ُ ‫ان ب‬
‫صلَّى‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ ِ‫ول اهَّلل‬ َ ‫َّاس َق‬
ٍ ‫ْن َعب‬ َ ‫ْر َف َق‬
ُ ‫ال َح َّدثَنَا اب‬ ٍ ‫ْن ُج َبي‬ َ ‫ْن أَ ْو ُح َم ٍة َف َذ َك ْرتُ ُه ل‬
ِ ‫ِسعِي ِد ب‬ ٍ ‫ِن َعي‬ َ ‫ض َي اهَّللُ َع ْن ُه َما َق‬
ْ ‫ال اَل ُر ْق َي َة إِاَّل م‬ ِ ‫َر‬
َ ‫ْس َم َع ُه أَ َح ٌد َحتَّى ُرف‬
‫ِع لِي َس َوا ٌد َع ِظي ٌم ُقلْ ُت‬ َ ‫الر ْه ُط َوالنَّ ِب ُّي لَي‬ ُ‫أْل‬ َ ‫اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُع ِر‬
َّ ‫ون َم َع ُه ْم‬ ِ ‫ض ْت َعلَ َّي ا َم ُم َف َج َع َل النَّ ِب ُّي َوالنَّ ِبي‬
َ ‫َّان َي ُم ُّر‬
ِ ‫ِيل لِي ا ْن ُظ ْر َها ُهنَا َو َها ُهنَا فِي آ َف‬
‫اق‬ َ ‫ِيل ا ْن ُظ ْر إِلَى اأْلُ ُف ِق َفِإ َذا َس َوا ٌد َي ْمأَل ُ اأْلُ ُف َق ثُ َّم ق‬
َ ‫وسى َو َق ْو ُم ُه ق‬ َ ‫َما َه َذا أُ َّمتِي َه ِذ ِه ق‬
َ ‫ِيل بَ ْل َه َذا ُم‬
َ ‫ِّن لَ ُه ْم َفأَ َف‬
‫اض الْ َق ْو ُم‬ ْ ‫َخ َل َولَ ْم يُبَي‬ َ ‫اب ثُ َّم د‬
ٍ ‫ْر ِح َس‬ َ َ ‫ِن َه ُؤاَل ِء َس ْب ُع‬
ِ ‫ون ألْ ًفا ِب َغي‬ ْ ‫ْخ ُل الْ َجنَّ َة م‬ُ ‫ِيل َه ِذ ِه أُ َّمتُ َك َويَد‬
َ ‫الس َما ِء َفإِ َذا َس َوا ٌد َق ْد َمأَلَ اأْلُ ُف َق ق‬
َّ
ُ‫صلَّى اهَّلل‬ ِ ‫ِين ُولِدُوا فِي اإْل ِ ْساَل ِم َفِإنَّا ُولِ ْدنَا فِي الْ َج‬
َ ‫اهل َِّي ِة َف َبلَ َغ النَّ ِب َّي‬ َ ‫َح ُن ُه ْم أَ ْو أَ ْواَل ُدنَا الَّذ‬ َ ‫َح ُن الَّذ‬
ْ ‫ِين آ َمنَّا ِباهَّللِ َواتَّ َب ْعنَا َر ُسولَ ُه َفن‬ ْ ‫َو َقالُوا ن‬
‫ص ٍن أَ ِم ْن ُه ْم أَنَا َيا‬َ ‫ِح‬ْ ‫ْن م‬ ُ ‫اش ُ„ة ب‬ َ ‫ال ُع َك‬ َ ُ‫ِّه ْم يَتَ َو َّكل‬
َ ‫ون َف َق‬ ِ ‫ون َو َعلَى َرب‬ َ ‫ون َواَل يَ ْكتَ ُو‬
َ ‫َّر‬ ُ ‫ون َواَل َيتَ َطي‬َ ‫ِين اَل َي ْستَ ْر ُق‬ َ ‫ال ُه ْم الَّذ‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َخ َر َج َف َق‬
‫اش ُة‬
َ ‫ال َسبَ َق َك بِ َها ُع َّك‬ َ ‫ال أَ ِم ْن ُه ْم أَنَا َق‬
َ ‫آخ ُر َف َق‬ َ ‫ول اهَّللِ َق‬
َ ‫ال نَ َع ْم َف َقا َم‬ َ ‫ َر ُس‬12

Shahih Bukhari 5270: Telah menceritakan kepada kami [Imran bin Maisarah] telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Al Fudlail] telah menceritakan kepada kami [Hushain] dari ['Amir]
dari [Imran bin Hushain] radliallahu 'anhuma dia berkata: "Tidak ada ruqyah (jampi-jampi dari
Qur'an dan Sunnah) kecuali dari penyakit 'Ain atau demam, lalu hal itu kusampaikan kepada [Sa'id
bin Jubair], dia berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abbas] Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Beberapa ummat pernah ditampakkan kepadaku, maka nampaklah seorang

12
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Bin Mughirah bin Bardizbah, Fathul Bari 5705
(http;//hadith.web.app)
7

nabi dan dua orang nabi lain lewat bersama dengan beberapa orang saja, dan seorang nabi lagi yang
tidak bersama seorang pun, hingga tampak olehku segerombolan manusia yang sangat banyak, aku
pun bertanya: "Apakah segerombolan manusia itu adalah ummatku?" di beritahukan: "Ini adalah
Musa dan kaumnya." Lalu diberitahukan pula kepadaku: "Lihatlah ke ufuk." Ternyata di sana
terdapat segerombolan manusia yang memenuhi ufuk, kemduian di beritahukan kepadaku: "Lihatlah
di sebelah sini dan di sebelah sana, yaitu di ufuk langit." Ternyata di sana telah di padati dengan
segerombolan manusia yang sangat banyak, " di beritahukan kepadaku: "Ini adalah ummatmu, dan di
antara mereka terdapat tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa hisab." Setelah itu beliau masuk ke
rumah dan belum sempat memberi penjelasan kepada mereka (para sahabat), maka orang-orang
menjadi ribut, mereka berkata: "Kita adalah orang-orang yang telah beriman kepada Allah dan
mengikuti jejak Rasul-Nya, mungkinkah kelompok tersebut adalah kita ataukah anak-anak kita yang
dilahirkan dalam keadaan Islam sementara kita dilahirkan di zaman Jahiliyah." Maka hal itu sampai
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas beliau keluar dan bersabda: "Mereka adalah orang-
orang yang tidak pernah minta untuk di ruqyah, tidak pernah bertathayur (menganggap sial pada
binatang) dan tidak pula melakukan terapi dengan kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada
daerah yang sakit), sedangkan kepada Rabb mereka bertawakkal." Lalu Ukasah bin Mihshan
berkata: "Apakah aku termasuk di antara mereka ya Rasulullah?" beliau menjawab: "Ya."
Selanjutnya sahabat yang lain berdiri dan berkata: "Apakah aku termasuk dari mereka?" beliau
bersabda: "Ukasah telah mendahuluimu."

َ ‫ِن ُكتُ ِب أَبِي ِقاَل بَ َ„ة ِم ْن ُه َما َحد‬


‫َّث بِ ِه َو ِم ْن ُه َما‬ ْ ‫ُّوب م‬„َ ‫ال ُق ِري َ„ء َعلَى أَي‬ „َ ‫ار ٌم„ َح َّد ثَنَا َح َّما ٌ„د َق‬
ِ ‫ َح َّد ثَنَا َع‬:٥٢٨٠ ‫صحيح„ البخاري‬
‫ور َع ْ„ن‬ ُ ‫ْن َم ْن‬
„ٍ ‫ص‬ ُ ‫ال َعبَّا ُد ب‬ َ ‫ض ِ„ر َك َويَا ُه َو َك َوا ُه„ أَبُو َطلْ َح َ„ة بِيَ ِد ِه َو َق‬ْ َّ‫ْن الن‬ َ ‫َس أَ َّ„ن أَبَا َطلْ َح َ„ة َوأَن‬
َ ‫َس ب‬ ٍ ‫اب َع ْ„ن أَن‬
ِ َ‫ان َه َذا فِي الْ ِكت‬
„َ ‫قُ ِر َ„ئ َعلَ ْي ِه َو َك‬
‫ِن الْ ُح َم ِ„ة‬ ْ ‫ار أَ ْن يَ ْرقُوا„ م‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ِن اأْل َ ْن‬ ٍ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ„م أِل َ ْه ِ„ل بَي‬
„ْ ‫ْت م‬ „ُ ‫ِن َر ُس‬
َ ِ ‫ول اهَّلل‬ َ ‫ال أَذ‬
„َ ‫ِك َق‬
ٍ ‫ْن َمال‬ ِ ‫ُّوب َع ْ„ن أَبِي ِقاَل بَ َ„ة َع ْن أَن‬
ِ ‫َس ب‬ َ ‫أَي‬
‫ْن ثَابِ ٍت‬ ْ َّ‫ْن الن‬
ُ ‫ض ِ„ر َو َز ْي ُ„د ب‬ ُ ‫َس ب‬ ُ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِ„ه َو َسلَّ َم َح ٌّي َو َش ِه َدنِي أَبُو َطلْ َح َ„ة َوأَن‬ ُ ‫ات الْ َج ْن ِب َو َر ُس‬
َ ِ ‫ول اهَّلل‬ ِ ‫ِن َذ‬
„ْ ‫يت م‬ ُ ‫َس ُك ِو‬ „َ ‫َواأْل ُ ُذ ِ„ن َق‬
„ٌ ‫ال أَن‬
‫ َوأَبُو َطلْ َح َة َك َوانِي‬13

Shahih Bukhari 5280: Telah menceritakan kepada kami ['Arim] telah menceritakan kepada
kami [Hammad] dia berkata: dibacakan di hadapan [Ayyub] dari kitabnya [Abu Qilabah], di
antaranya ada sesuatu yang dibacakan dan ada sesuatu yang di dengar, sementara hal ini terdapat
dalam kitabnya dari [Anas] bahwa Abu Thalhah dan Anas bin Nadlr pernah melakukan terapi kay
(menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) sementara Abu Thalhah juga pernah
melakukan terapi kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) dengan tangannya
sendiri." ['Abbad bin Manshur] mengatakan dari [Abu Qilabah] dari [Anas bin Malik] dia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi izin kepada keluarga beliau dari Anshar untuk
meruqyah dari penyakit demam dan sakit telinga. Anas mengatakan: "Aku juga pernah melakukan

13
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Bin Mughirah bin Bardizbah, Memberi Hembusan Ketika Ruqyah
(Sohih Bukhari 5308:http://hadith.web.app)
8

kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) pada penyakit radang selaput dada,
sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup. Abu Thalhah, Anas bin Nadlr, Zaid
bin Tsabit juga pernah menyaksikanku ketika aku diterapi dengan kay (menempelkan besi panas
pada daerah yang sakit) oleh Abu Thalhah."

ْ ‫يل َح َّدثَنَا أَبُو َع َوانَ َة َع ْن أَِبي ِب ْش ٍر َع ْن أَِبي الْ ُمتَ َو ِّك ِل َع ْن أَِبي َسعِي ٍد أَ َّن َر ْه ًطا م‬
‫ِن‬ َ ‫اع‬ ِ ‫ْن إِ ْس َم‬ ُ ‫وسى ب‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬:٥٣٠٨ ‫صحيح البخاري‬
َ َ
‫ضافو ُه ْم َفأبَ ْوا أ ْن‬ ُ َ َ‫است‬ ْ
ْ ‫ِن أ ْحيَا ِء ال َع َر ِب َف‬ َ ْ ‫َزلوا بِ َح ٍّي م‬ ُ َ ‫وها َحتَّى ن‬ َ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم ا ْنطلقوا فِي َسف َر ٍة َسا َف ُر‬
ْ ُ َ َ َّ َ ِ‫ول اهَّلل‬ ِ ‫اب َر ُس‬ ِ ‫ص َح‬ ْ َ‫أ‬
‫َزلُوا ِب ُك ْم لَ َعلَّ ُه أَ ْن‬َ ‫ِين َق ْد ن‬ َ ‫الر ْه َط الَّذ‬ َّ ‫ض ُه ْم لَ ْو أَتَ ْيتُ ْم َه ُؤاَل ِء‬ َ ‫ِك الْ َح ِّي َف َس َع ْوا لَ ُه ِب ُك ِّل َش ْي ٍء اَل َي ْن َف ُع ُه َش ْي ٌء َف َق‬
ُ ‫ال َب ْع‬ َ ‫ِغ َس ِّي ُد َذل‬ َ ‫وه ْم َفلُد‬ُ ‫ُض ِّي ُف‬
َ‫ي‬
َ ْ ِّ
‫ِغ َف َس َع ْينَا لَ ُه ِب ُكل َش ْي ٍء اَل َي ْن َف ُع ُه َش ْي ٌء َف َهل ِع ْن َد أ َح ٍد ِم ْن ُك ْم َش ْي ٌء‬ ُ ُ
َ ‫الر ْهط إِ َّن َسيِّ َدنَا لد‬ َ ُ َ
َّ ‫ض ِه ْم َش ْي ٌء َفأتَ ْو ُه ْم َف َقالوا يَا أيُّ َها‬ َ ‫يَ ُك‬
ِ ‫ون ِع ْن َد َب ْع‬
َ
‫وه ْم َعلى‬ ُ ‫صال ُح‬ َ َ ‫اًل‬ َ ُ
َ ‫اق لك ْم َحتى تَ ْج َعلوا لنَا ُج ْع ف‬ َّ ُ َ َ َ
ٍ ‫ضيِّفونَا ف َما أنَا بِ َر‬ُ ُ َ َ ُ
َ ‫ضفنَاك ْم فل ْم ت‬ ْ َ َ‫است‬ َ َ ‫هَّلل‬
ْ ‫ِن َوا ِ لق ْد‬ َ
ْ ‫اق َولك‬ َ ِّ ‫هَّلل‬
ٍ ‫ض ُه ْم نَ َع ْم َوا ِ إِني ل َر‬ ُ ‫ال بَ ْع‬ َ ‫َف َق‬
‫ال َفأَ ْو َف ْو ُه ْم‬
َ ‫ال َفا ْن َطلَ َق َي ْم ِشي َما ِب ِه َقلََب ٌة َق‬ ْ ‫ِين َحتَّى لَ َكأَنَّ َما نُ ِش َط م‬ ُ
َ ‫ِن الْ َغن َِم َفا ْن َطلَ َق َف َج َع َل َي ْت ُف ُل َو َي ْق َرأ الْ َح ْم ُد هَّلِلِ َر ِّب الْ َعالَم‬
ٍ ‫ِن ِع َق‬ ْ ‫يع م‬ٍ ‫َق ِط‬
ُ ْ َّ
‫صلى ا َعلَ ْي ِه َو َسل َم َفنَذك َر لَ ُه‬ ُ‫هَّلل‬ َّ ‫هَّلل‬ َ ‫ِي َر ُس‬ ْ ُ َّ ْ َّ
َ ِ ‫ول ا‬ َ ‫ال الذِي َر َقى اَل تَ ْف َعلوا َحتَّى نَأت‬ َ ‫ض ُه ْم اق ِس ُموا َف َق‬ َ ‫صالَ ُحو ُه ْم َعلَ ْي ِه َف َق‬
ُ ‫ال بَ ْع‬ َ ‫ُج ْعلَ ُه ْم الذِي‬
ْ ُ َ ٌ ْ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ‫هَّلل‬ َّ ‫هَّلل‬ َ َ َ ْ
ِ ‫ان َفنَ ْن ُظ َر َما يَأ ُم ُرنَا فق ِد ُموا َعلى َر ُس‬ َ ‫الَّذِي َك‬
‫ص ْبت ْم اق ِس ُموا‬ َ ‫ْريك أن َها ُرقيَة أ‬ ِ ‫صلى ا َعل ْي ِه َو َسل َم فذك ُروا ل ُه فقال َو َما ُيد‬ َ ِ ‫ول ا‬
‫اض ِربُوا لِي َم َع ُك ْم ِب َس ْه ٍم‬ ْ ‫َو‬

Shahih Bukhari 5308: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah


menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu
Sa'id bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi dalam
suatu perjalanan, ketika mereka singgah di suatu perkampungan dari perkampungan Arab,
mereka meminta supaya diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk
menjamu mereka, ternyata salah seorang dari tokoh mereka tersengat binatang berbisa, mereka
sudah berusaha menerapinya namun tidak juga memberi manfa'at sama sekali, maka sebagian
mereka mengatakan: "Sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang
singgah di tempat kalian, semoga saja salah seorang dari mereka ada yang memiliki sesuatu,
lantas mereka mendatangi para sahabat Nabi sambil berkata: "Wahai orang-orang,
sesungguhnya pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha menerapinya
dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan hasil, apakah salah seorang dari kalian
memiliki sesuatu (sebagai obat)?" Salah seorang sahabat Nabi menjawab: "Ya, demi Allah aku
akan meruqyahnya (menjampinya), akan tetapi demi Allah, sungguh kami tadi meminta kalian
supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu kami, dan aku tidak akan
meruqyah (menjampinya) sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami." Lantas
penduduk kampung itu menjamu mereka dengan menyediakan beberapa ekor kambing, lalu
salah satu sahabat Nabi itu pergi dan membaca al hamdulillahi rabbil 'alamin (al fatihah) dan
meludahkan kepadanya hingga seakan-akan pemimpin mereka terlepas dari tali yang
membelenggunya dan terbebas dari penyakit yang dapat membinasakannya. Abu Sa'id berkata:
"Lantas penduduk kampung tersebut memberikan imbalan yang telah mereka persiapkan kepada
sahabat Nabi, dan sahabat Nabi yang lain pun berkata: "Bagilah." Namun sahabat yang
9

meruqyah berkata: "Jangan dulu sebelum kita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dan memberitahukan apa yang terjadi dan kita akan melihat apa yang beliau perintahkan kepada
kita." Setelah itu mereka menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
memberitahukannya kepada beliau, beliau bersabda: "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu
adalah ruqyah? Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berilah
bagian untukku."

‫ال أَبُو َعبْد اهَّللِ و َح َّدثَنِي أَ ِسي ُد‬ َ ‫ْن ح َق‬ ٌ ‫صي‬ َ ‫ْل َح َّدثَنَا ُح‬ ٍ ‫ضي‬ َ ‫ْن ُف‬ ُ ‫ْس َر َة َح َّدثَنَا اب‬َ ‫ْن َمي‬ ُ ‫ان ب‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا ِع ْم َر‬:٦٠٥٩ ‫صحيح البخاري‬
‫ض ْت‬ َ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُع ِر‬ َ ‫ال النَّ ِب ُّي‬ َ ‫ال َق‬ َ ‫َّاس َق‬ ٍ ‫ْن َعب‬ ُ ‫ال َح َّدثَنِي اب‬ َ ‫ْر َف َق‬ ٍ ‫ْن ُجبَي‬ ِ ‫ال ُك ْن ُت ِع ْن َد َسعِي ِد ب‬ َ ‫ْن َق‬ ٍ ‫صي‬ َ ‫ُش ْي ٌم َع ْن ُح‬ َ ‫ْن َز ْي ٍد َح َّدثَنَا ه‬ ُ‫ب‬
‫َعلَ َّي اأْلُ َم ُم َفأَ َخ َذ النَّ ِب ُّي َي ُم ُّر َم َع ُه اأْلُ َّم ُة َوالنَّ ِب ُّي يَ ُم ُّر َم َع ُه النَّ َف ُر َوالنَّ ِب ُّي يَ ُم ُّر َم َع ُه الْ َع َش َر ُة َوالنَّ ِب ُّي َي ُم ُّر َم َع ُه الْ َخ ْم َس ُة َوالنَّ ِب ُّي َي ُم ُّر َو ْح َد ُه‬
‫ال َه ُؤاَل ِء أُ َّمتُ َك‬ َ ‫ِير َق‬ٌ ‫َظ ْر ُت َفإِ َذا َس َوا ٌد َكث‬ َ ‫ِن ا ْن ُظ ْر إِلَى اأْلُ ُف ِق َفن‬ ْ ‫ال اَل َولَك‬ َ ‫يل َه ُؤاَل ِء أُ َّمتِي َق‬ ُ ‫ْر‬ ِ ‫ِير ُقلْ ُت يَا ِجب‬ ٌ ‫َظ ْر ُت َفإِ َذا َس َوا ٌد َكث‬ َ ‫َفن‬

ِ ‫ون َو َعلَى َرب‬


‫ِّه ْم‬ َ ‫َّر‬ َ ‫ون َواَل َي ْس َت ْر ُق‬
ُ ‫ون َواَل َيتَ َطي‬ َ ‫ال َكا ُنوا اَل َي ْك َت ُو‬َ ‫اب ُق ْل ُت َولِ َم َق‬ َ ‫اب َعلَي ِْه ْم َواَل َع َذ‬َ ‫ون أَْل ًفا ُقدَّا َم ُه ْم اَل ِح َس‬
َ ‫َو َه ُؤاَل ِء َس ْب ُع‬
‫ْع اهَّللَ أَ ْن‬ َ ‫اج َعلْ ُه ِم ْن ُه ْم ثُ َّم َقا َم إِلَ ْي ِه َر ُج ٌل‬
َ ‫آخ ُر َق‬
ُ ‫ال اد‬ َ ‫ْع اهَّللَ أَ ْن يَ ْج َعلَنِي ِم ْن ُه ْم َق‬
ْ ‫ال اللَّ ُه َّم‬ َ ‫ص ٍن َف َق‬
ُ ‫ال اد‬ َ ‫ِح‬ ُ ‫اش ُة ب‬
ْ ‫ْن م‬ َ ُ‫يَتَ َو َّكل‬
َ ‫ون َف َقا َم إِلَ ْي ِه ُع َّك‬
14 َ ‫ال َسبَ َق َك بِ َها ُع َّك‬
ُ ‫اشة‬ َ ‫يَ ْج َعلَنِي ِم ْن ُه ْم َق‬

Shahih Bukhari 6059: Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Maisarah telah


menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail telah menceritakan kepada kami Hushain -lewat jalur
periwayatan lain, - Abu Abdullah mengatakan: dan telah menceritakan kepadaku Asid bin Zaid telah
menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain mengatakan, pernah aku di sisi Sa'id bin Jubair,
selanjutnya ia katakan, Ibnu 'Abbas telah menceritakan kepadaku dengan mengatakan, Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Beberapa umat diperlihatkan kepadaku, maka aku melihat
ada seorang Nabi lewat bersama umatnya, kemudian lewatlah seorang Nabi bersama beberapa orang,
kemudian lewatlah seorang Nabi bersama sepuluh orang, dan Nabi bersama lima orang, dan seorang
Nabi yang berjalan sendirian. Tiba-tiba aku melihat ada rombongan besar, maka saya tanyakan
kepada Jibril: 'Apakah mereka umatku? ' 'bukan, namun lihatlah ufuk, ' jawab Jibril. Aku melihat,
tiba-tiba ada serombongan besar. Kata Jibril: 'Itulah umatmu, dan itu ada tujuh puluh ribu orang
mula-mula yang masuk surga dengan tanpa hisab dan tanpa siksa.' Saya bertanya: 'Mengapa mereka
bisa seperti itu? ' Jibril menjawab: 'Karena mereka tidak minta di obati (dengan cara) kay (ditempel
besi panas), tidak minta diruqyah dan tidak meramal nasib dengan burung, dan kepada rabb-Nya
mereka bertawakkal." 'Ukkasyah bin Mihshan berdiri seraya berujar: "doakanlah aku, agar Allah
menjadikan diriku diantara mereka!" Nabi berdoa: "Ya Allah, jadikanlah dia supaya diantara
mereka!" Lantas laki-laki lainnya berdiri dan berujar: "Jadikanlah aku diantara mereka!" Nabi
menjawab: "kamu sudah didahului 'Ukkasyah."

14
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Bin Mughirah bin Bardizbah,Akan Masuk Surga Tujuh Puluh
Orang Tanpa Hisab(Sohih Bukhari 6058):http://hadits.web.app
10

Pemahaman Hadis Ruqyah


Imam Nawawi mengatakan dalam kitab Syara al-Nawawi ala al-Muslim, bahwa hadis hadis
diatas tidak hanya membolehkan ruqyah pada tiga penyakit saja karena konteksnya hadis tersebut
berangkat dari pertanyaan sahabat Nabi tentang tiga penyakit kemudian Rasulullah
membolehkannya. Sehinga sekiranya beliau ditanya tentang penyakit selainnya, maka tentu beliau
membolehkannya dan beliau sendiri pernah merukyah selain tiga penyakit tersebut.15
Al- Husain bin Masud al-Baghawi mengatan bahwa hadis ini sahih kemudian ia
menghubungkan dengan hadis dari Imran bin Husain bahwa Rasulullah SAW bersabda: ruqyah itu
disebabkan karena ada penyakit Ain dan demam, namun hadis ini bukan berarti bermaksud
meniadakan kebolehan ruqyah untuk selain dua penyakit tersebut, bahkan boleh meruqyah dengan
cara berdzikir untuk menyembuhkan segala macam penyakit selain penyakit ‘ain dan demam.

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama,
ruuqyah merupakan suatu pengobatan ala Rasulullah dengan berlindung kepada Allah segala
penyakit baik fisik maupun non fisik. Kedua cara ruqyah adalah dengan meletakan tangan kanan
kepada bagian anggota badan yang terasa sakit sambil membaca membaca doa-doa, surat al-Fatihah,
al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas. Ketiga, ruqyah harus didasari kkeyakinan sepenuhnya kepada Allah,
memohon perlindungan kepadanya karena dialah Dzat yang maha menyembuhkan segala penyakit
apapun. Keempat, ruqyah dapat memberikan pengaruh positif yaitu menyembuhkan kesehatan
mental atau jiwa. Kelima, ruqyah salah satu tindakan sholutif terhadap penyakit masyyarakat yang
jauh dari Allah tanpa melakukan kapitalisasi dengan mengkomersilkan untuk dijjadikan sebagai
mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup kecuali atas kerelaan pasien atau penderitia
ruqyah dengan memberikan upah sebagai bentuk rasa terima kasih dan peruqyah boleh mengambil
upah tersebut dengan ikhlas atas apa yang diterimanya tidak memandang besar dan kkecilnya uupah
tesebut.

15
Abu Zakaria Bin Syaraf Bin Mari al-nawawi Ya yaSyar al-Nawawi ala Muslim(Kairo:al-Mathbaah al-
Mishiriyyah bi al-Azhar.1929),juz, h. 185
11

Daftar Pustaka

Tambusai, Masdar Bustaman, Halal Haram Ruqyah. Jakarta: Pustaka al-Kausar 2013

Al-Nawawi , Abu Zakaria Muhidin bi syarf. Kit b Al-majm’Syar Al-Muhaab li Syirazi.


Jedah:Maktabah al-Irsyad,t.t.

Al-Baghawi, Al-Husan bin Masud, Tafsir al-Baghawi, Beirut: al-Kutub Al-Islami,1983

Ali, Syamsuri.”Pengobatan Alternatif dalam Persfektif Hukum Islam”. AL-ADALAH XII,no4


(2015):867-90.

Bali, Wahid Abdussalam, Ruqyah,Jin,Sihir dan Terapinya. Jakarta:Ummul Qura 2017

Ya ya, Abu Zakariya bin Syarf bin mari Al-Nawawi ala Muslim Kairo: al-Mathbahah al-
Mishiriyyah bi al-Azhar, 1929

Al-Maliki, Jamaludin bin Umar bun al-Hajib, Jami al-Ummahat. Beirut:al-Yamamah,1998.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqih al-Islami wa Adilatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr,1984

https://gethadith.web.app

Anda mungkin juga menyukai