Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL LIVING QUR’AN

Penggunaan Surah Al-Fath Ayat 1-4 Sebagai Pengobatan:


Studi Living Qur’an Pada Praktek Pengobatan Ruqyah Ustadz Yudi Setiawan
Dosen Pengampuh: Luqman Abdul Jabbar, S. Ag., M. Si

Oleh:

Dzaki Fikri Hidayatullah


11909035

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

TAHUN 2022
A. Judul Penelitian
Penggunaan Surah Al-Fath Ayat 1-4 Sebagai Pengobatan: Studi Living
Qur’an Pada Praktek Pengobatan Ruqyah Ustadz Yudi Setiawan

B. Latar Belakang
Memiliki kesehatan secara jasmani dan rohani merupakan dambaan bagi
setiap individu dalam hidupnya, tidak peduli apakah masih lajang ataupun sudah
berkeluarga, orang tua ataupun anak muda, kaya ataupun miskin, semua orang
tentu memimpikan hal tersebut. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman
yang semakin modern, banyak orang yang lupa akan fitrahnya sebagai hamba dan
terpukau dengan modernisasi. Padahal dalam kehidupan yang semakin modern,
ada suatu gejala yang dapat menhakibatkan ketegangan psiko-sosial, yaitu
semakin meningkatnya angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindakan
kekerasan, pemerkosaan, kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa
dan sebagainya. Kondisi seperti ini terjadi pada masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam (Akhmad, 2005).
Kenyataan-kenyataan tersebut menjadi penyebab terganggunya kesehatan
mental pada setiap individu di era kemodernan ini. Kemajuan dalam berbagai hal
yang memudahkan manusia dalam menjalankan aktifitas juga mengakibatkan
manusia mengabaikan tuntunan agama yang menyebabkan pergeseran nilai-nilai
dalam kehidupan. Hal ini mengakibatkan sebagian masyarakat hanyut dalam
kemajuan zaman tanpa memperhatikan lagi ajaran agama (Barzani, 1970).
Hilangnya nilai-nilai agama pada setiap hamba, akan menimbulkan
penyakit rohani. Penyakit rohani merupakan sifat buruk dan dapat merusak
kehidupan, mengganggu kebahagiaan dan cenderung mendorong menjadi pribadi
yang buruk. Penyakit rohani berbeda dengan penyakit mental. Kesehatan mental
lebih mengarah kepada terhindarnya seseorang dari gejala-gejala ganguan jiwa
dan gejala-gejala penyakit jiwa (Zaini, 1990).
Salah satu penyakit rohani yang dapat menyerang seseorang adalah
kesurupan. Kesurupan merupakan sejenis penyakit akibat gejolak rohani yang
diiringi dengan ketegangan pada seluruh anggota tubuh, yang tidak jarang juga
menyebabkan pingsan layaknya penderita epilepsy (Salim Ad-Dimasyqi, 2005).
Kesurupan merupakan penyakit rohani yang disebabkan oleh kendali jin atas diri
manusia melalui akal pikiran, daya indra dan fungsi organ tubuh dengan beragam
cara (Maramis, 2005). Faktor kuat yang mengakibatkan seseorang dapat
mengalami kesurupan adalah kurangnya penanaman nilai-nilai spiritual dan
lemahnya iman yang terdapat dalam dirinya. Apabila hal tersebut terus diabaikan,
maka seterusnya seseorang tersebut akan mudah mengalami kesurupan dan tentu
sangat membahayakan dirinya.
Walaupun demikian, gangguan yang dialami oleh seseorang yang
disebabkan oleh kendali jin pada dirinya, tidak semata-mata hanya disebabkan
oleh lemahnya iman pada dirinya. Namun, yang menjadi faktor lain adalah
serangan atau yang biasa dikenal sebagai “kiriman” yang dilakukan oleh
seseorang. Hal tersebut biasanya sulit untuk dihindari oleh seorang hamba bahkan
orang yang alim sekalipun, karena terkadang kuatnya pengaruh dari seseorang
yang bersekutu dengan jin dalam melumpuhkan diri seorang hamba. Oleh karena
itu, untuk mengatasi hal yang tidak diinginkan tersebut, perlu diadakan tindakan
yang berfungsi sebagai pelindung dirinya dari gangguan-gangguan jin yang dapat
menyerang. Salah satu tindakan yang tepat untuk mengatasi kesurupan adalah
ruqyah.
Ruqyah pada dasarnya merupakan kegiatan yang bertujuan mengharapkan
penyembuhan dan pertolongan dari Allah dengan membaca ayat-ayat suci Al-
Qur’an. Ruqyah tidak hanya ditujukan untuk penyembuhan gangguan jiwa atau
gangguan dari makhluk halus, tetapi juga dapat digunakan untuk penyakit fisik
dan segala kondisi yang menimpa manusia. Ruqiyah biasanya dilakukan kepada
orang dengan gangguan jiwa untuk menghilangkan penyakit-penyakit yang ada di
hatinya dan di pikirannya, menghilangkan jin atau gangguan setan yang berada di
dalam tubuhnya yang mengganggu, memperbaiki sistem saraf yang rusak,
menanamkan nilai agama melalui bacaan Al-Qur’an dan hadits yang diberikan.
Dewasa ini ruqyah menjadi salah satu pengobatan alternatif yang
dilakukan oleh kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia. Perkembangan
terhadap pengobatan dengan metode ruqyah ini dapat dibuktikan dengan adanya
beberapa stasiun televisi nasional yang menayangkan program-program yang
berkaitan dengan ruqyah, dengan mendatangkan peruqyah dan orang yang akan
diruqyah. Ruqyah seperti itu, yang melibatkan ahli ruqyah untuk menyembuhkan
seseorang yang perlu diruqyah, dikenal dengan sebutan ruqyah intensif. Ruqyah
intensif adalah ruqyah yang dilakukan oleh peruqyah atau ahli ruqyah kepada
seseorang yang akan disembuhkan. Pengobatan ruqyah intensif ini diawali dengan
membaca doa-doa ruqyah yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an, seperti Surah
Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Baqarah ayat 1-4, Ali-Imran ayat 18-
19, Al-Jin ayat 1-9 dan beberapa surah lainnya. Surah-surah ini dibaca langsung
oleh peruqyah, sedangkan orang yang diruqyah diminta untuk beristighfar,
menutup mata dan mengingat kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya
(Dony, 2019).
Perlu diketahui bahwa ruqyah tidak hanya dilakukan oleh peruqyah
kepada orang yang diruqyah, namun ruqyah juga bisa dilakukan sendiri melalui
petunjuk dari peruqyah yang dikenal dengan sebutan ruqyah mandiri. Ustadz Arif
Rahman, dalam bukunya yang berjudul Ar-Ruqyah Asy-Syar’iyyah: Terapi
Gangguan Jin dan Penyakit Hati menyatakan bahwa Nabi Muhammad juga
pernah melakukan ruqyah mandiri saat hendak tidur. Beliau meruqyah diri sendiri
dengan membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
Selain surah-surah pada Al-Qur’an yang telah disebutkan di atas, ada salah
satu surah yang juga digunakan dalam kegiatan ruqyah, yaitu surah Al-Fath ayat
1-4. Seperti halnya yang dilakukan oleh ustadz Yudi Setiawan. Pada kegiatan
ruqyah oleh ustadz Yudi Setiawan, beliau membaca surah Al-Fath ayat 1-4
apabila orang yang diruqyah merasa gelisah dan ketakutan ataupun saat orang
tersebut memberontak. Disamping itu, ustadz Yudi Setiawan juga menganjurkan
kepada orang yang diruqyah, apabila suatu ketika hatinya sedang gelisah, cemas
dan takut, disarankan untuk membaca surah Al-Fath ayat 1-4. Pembacaan ayat
tersebut dimaksudkan untuk melembutkan dan menenangkan hatinya.
Fenomena mengenai ruqyah merupakan salah satu study Living Qur’an
karena dalam kegiatan ruqyah, melibatkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan penyembuhan. Untuk itu, penulis menghadirkan Ustadz Yudi Setiawan
sebagai narasumber dalam penelitian ini untuk mengetahui alasan penggunaan
surah Al-Fath ayat 1-4 dalam kegiatan ruqyah.

C. Rumusan Masalah
Masalah utama yang peneliti tekankan dalam penelitian ini adalah
mengenai penggunaan surah Al-Fath ayat 1-4 yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana metode kegiatan ruqyah yang dilakukan oleh Ustadz Yudi
Setiawan?
2. Bagaimana dampak yang terjadi kepada pasien ruqyah terhadap pembacaan
surah Al-Fath ayat 1-4 pada kegiatan ruqyah?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian
ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh Ustadz Yudi Setiawan dalam
kegiatan ruqyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang dirasakan oleh orang yang
diruqyah terhadap pembacaan surah Al-Fath ayat 1-4.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Manfaat Teoritis:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka Living Qur’an
dan juga pedoman dalam penyembuhan kesehatan mental.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pijakan dan
panduan bahwa metode ruqyah yang dilakukan oleh Ustadz Yudi
Setiawan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental.
3. Bagi peneliti sebagai pengalaman dan pendukung untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut.
b. Manfaat Praktis:
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap
penulis maupun pembaca mengenai penggunaan surah Al-Fath ayat 1-4
dalam kegiatan ruqyah sebagai pengobatan bagi mereka yang memiliki
kesehatan mental.
2. Dapat memberikan wawasan baru tentang adanya dampak dari pembacaan
surah Al-Fath ayat 1-4 terhadap kesehatan mental.

F. Kajian Pustaka
a. Penilitian Terdahulu
Kajian pustaka merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian.
Dalam penelitian Living Qur’an sebagaimana yang telah peneliti telusuri,
sudah banyak penelitian yang membicarakan mengenai ruqyah, namun
dengan objek yang berbeda-beda. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan tema dalam penelitian ini:
1. Skripsi yang ditulis oleh Marsudi yang berjudul “Motivasi Praktik Ruqyah
Qur’anic Healing Indonesia (QHI) Cabang Ponorogo” Jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, 2019. Dalam skripsinya tersebut
penulis memaparkan faktor-faktor yang memotivasi masyarakat Ponorogo
memilih ruqyah Qur’anic Healing Indonesia cabang Ponorogo sebagai
pengobatan medis dan non medis. Hasil dari penelitian tersebut adalah
motivasi tindakan instrumental, tindakan berdasarkan nilai, tindakan
efektif dan tindakan tradisional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Siti Fatimah pada skripsinya yang
berjudul “Metode Ruqyah Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok
Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah” Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2019.
Dalam skripsi ini peneliti memaparkan pengaruh yang timbul setelah
dilakukannya ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro terhadap santri,
selain sebagai amal ibadah, metode ruqyah yang dilakukan oleh Kyai
Maksum dan Bapak Faizin juga menjadi obat penawar bagi santi yang
gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
3. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Neila Susanti
yang berjudul “Pengobatan Alternatif Ruqyah Rumah Sehat Thibun
Nawawi Al Iman, Medan” Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu
Sosial UIN SU Medan, 2020. Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor-
faktor yang mendorong pasien memilih pengobatan dengan terapi ruqyah,
yaitu penyakit yang diderita tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan
ilmiah, penyakit diperkirakan akibat gangguan makhluk ghaib, rumah
sehat juga menyediakan aneka ragam obat-obat herbal, teknik
pengobatannya alami sehingga efek sampingnya kecil, biaya pengobatan
lebih murah dari pada pengobatan modern.
Penelitian penggunaan surat Al-Fath ayat 1-4 ini menarik untuk diteliti
karena memiliki manfaat bagi orang lain. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah, dalam penelitian ini lebih mengarah kepada
surah Al-Fath ayat 1-4 yang dianggap dapat mengobati seseorang yang
mengalami gangguan mental.
b. Landasan Teori
1. Living Qur’an
Living Qur’an dapat diartikan sebagai studi tentang beragam
fenomena atau fakta sosial yang berhubungan dengan kehadiran Al-
Qur’an di dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Living Qur’an juga dapat diartikan sebagai respon sosial terhadap Al-
Qur’an, respon tersebut dapat berupa Al-Qur’an dilihat sebagai ilmu,
ataupun Al-Qur’an dapat dilihat sebagai buku petunjuk yang bernilai
sakral.
Penelitian living Qur’an memerlukan pendekatan sosiologi dalam
prakteknya, hal ini dikarenakan living qur’an juga merupakan suatu upaya
untuk menghidupkan Al-Qur’an di tengah masyarakat dan juga
mengetahui respon sosial terhadap kehadiran Al-Qur’an.
Teori penelitian tentang bagaimana cara melihat masyarakat
berinteraksi dengan Al-Qur’an belum terstruktur secara khusus. Namun
segala teori yang menyangkut sistem sosial dan sistem religi dapat
digunakan untuk melihat fenomena atau keadaan yang terjadi di
masyarakat terkait proses pemahaman dan pendalamannya terhadap Al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Hal lain yang dapat diperhatikan untuk melihat bagaimana Al-Qur’an
itu diterima di tengah masyarakat adalah dengan melihat bagaimana Al-
Qur’an itu disikapi, baik secara teoritik maupun dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian living qur’an adalah studi tentang
Al-Qur’an tetapi tidak hanya mengacu pada eksistensi tekstualnya,
melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan
kehadiran Al-Qur’an.
Muhammad Yusuf mengungkapkan bahwa fenomena yang terjadi di
tengah masyarakat bukanlah kejadian yang disengaja, namun fenomena
tersebut muncul atas kesadaran religius masyarakat, dalam hal ini terhadap
Al-Qur’an. Walaupun Al-Qur’an itu berbahasa arab yang sangat asing
bagi masyarakat muslim Indonesia, namun masyarakat tidak mempersulit
hal itu, justru memunculkan spekulasi yang variatif untuk melakukan
eksperimen tanpa menghilangkan aspek sakralitas.
Terlebih dalam AL-Qur’an yang menyatakan bahwa dirinya secara
fungsional sebagai petunjuk, rahmat, syifa furqan dan bacaan. Itulah yang
menyebabkan timbulnya berbagai sikap dan tindakan yang berbeda-beda
di tengah masyarakat muslim terhadap Al-Qur’an.
Pendekatan sosiologis dilakukan bertujuan untuk mempelajari
masyarakat yang meliputi prilaku masyarakat dan prilaku sosial manusia
dengan jalan mengamati prilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok
tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi
politik, ekonomi dan sosial. Menurut Emile Durkheim, sosiologi
merupakan suatu ilmu yang memperlajari fakta-fakta sosial, yakni fakta
yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan, yang berada di
luar individu dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk
mengendalikan individu.
2. Kandungan Surah Al-Fath
Penamaan surah Al-Fath ini merujuk pada lafadz di ayat pertamanya yang
berbunyi fathan. Surah ini begitu bermakna bagi Rasulullah, menurut
beliau surah ini lebih beliau cintai daripada dunia dan seisinya. Seperti
yang disampaikan oleh Umar bin Khattab ra., bahwasannya Nabi saw.
bersabda, “Telah turun kepadaku tadi malam, surah yang lebih aku cintai
daripada dunia dan seisinya. Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu kemenangan yang nyata. Niscaya Allah akan mengampuni
dosamu yang telah lalu dan yang akan datang”. Kandungan yang tersirat
dalam surah Al-Fath ini adalah sebagai berikut:
1. Surah Al-Fath menerangkan bahwa Allah swt. memiliki bala tantara
tersendiri di muka bumi dan langit.
2. Menjelaskan tentang Allah yang mengutus Nabi Muhammad sebagai
saksi dan pembawa peringatan serta kabar gembira.
3. Surah Al-Fath menjelaskan mengenai hal yang berhubungan dengan
kemenangan Rasulullah dalam peperangan melawan kaum kafir.
Dalam surat ini dimulai dengan pernyataan kemenangan yang
dijanjikan benar-benar telah tiba.

G. Metode Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif menurut Sugiyono adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Pada metode kualitatif yang lebih ditekankan adalah proses
pengamatan yang mendalam sehingga dengan metode kualitatif, penelitian ini
dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif.
Sedangkan pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan antropologi. Antropologi merupakan studi tentang umat manusia
dimana dalam studi ini berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
2. Sumber Data Primer dan Sekunder
Di dalam sebuah penelitian, dibutuhkan sumber data yang menjadi
bahan dasar dalam penelitian. Sumber data terbagi menjadi dua, yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder. Maka dari itu sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
melalui narasumber. Narasumber itu sendiri adalah seorang peruqyah yang
bernama Yudi Setiawan. Dimana peneliti melakukan tanya jawab secara lisan
dengan seorang narasumber dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi
secara mendalam. Keterangan yang peneliti dapatkan dari narasumber,
peneliti tulis dalam sebuah buku. Pertanyaan yang peneliti ajukan kepada
narasumber berupa pengalaman pribadi, pengetahuan dan opini. Sedangkan
alasan peneliti memilih narasumber sebagai sumber data pribadi adalah tidak
adanya sumber lain yang sangat berhubungan dengan isu dalam penelitian ini.
Dikarenakan pada penelitian ini mengangkat isu mengenai ruqyah, maka dari
itu peneliti memilih narasumber seorang peruqyah yang sudah
berpengalaman, sebagai sumber data primer pada penelitian ini, sehingga
penelitian ini akan memperoleh data yang mendalam.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah studi literatur.
Dalam studi literatur ini peneliti memperoleh data dari membaca, ataupun
mencatat data pustaka. Data-data yang peneliti jadikan sebagai bahan dapat
bersumber dari jurnal, makalah, buku dan skripsi. Data sekunder ini
difungsikan sebagai data tambahan yang tidak peneliti dapatkan dari data
primer yaitu dari hasil wawancara.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni
sebagai berikut:
1. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu proses interaksi antara
pewawancara dan sumber informasi atau narasumber melalui komunikasi
langsung. Metode wawancara juga diartikan sebagai proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap
muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai atau biasa
disebut narasumber.
Wawancara bertujuan untuk mencatat opini, pengetahuan dan hal
lain yang berkaitan dengan individu yang diwawancarai. Dengan
melakukan wawancara, peneliti dapat memperoleh data yang lebih
mendalam sehingga peneliti dapat memahami isu yang sedang diteliti
melalui bahasa dan ekspresi seorang yang diwawancarai.
Apabila tema yang akan diteliti adalah ruqyah, maka peneliti dapat
melakukan wawancara kepada seorang peruqyah yang sudah
berpengalaman dalam hal tersebut. Adapun alat pengumpulan data yang
digunakan adalah pedoman wawancara.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen. Dokumen tersebut dapat
berupa dokumen sendiri atau dokumen orang lain yang sudah ada.
Sebagian besar data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.
Data-data tersebut tersimpan dokumen yang dapat berbentuk jurnal, buku,
makalah, skripsi dan lain-lain. Sifat utama dokumentasi tak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
4. Analisis Data
Teknik analisis data kualitatif adalah proses analisis data yang tidak
melibatkan atau berbentuk angka. Data yang diperoleh untuk penelitian
menggunakan teknik analisis data kualitatif bersifat subjektif.
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskripsi. Analisis deskriptif adalah salah satu teknik atau metode
yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah melalui wawancara. Maka dari itu teknik analisis data
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif berupa proses menganalisis,
menggambarkan dari data yang diperoleh melalui proses wawancara. Tujuan
dari teknik analisis deskriptif ini adalah untuk menggambarkan secara utuh
dan mendalam mengenai kejadian berbagai fenomena yang diteliti.

H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan kerangka (rumusan pokok pembahasan)
suatu karya ilmiah. Urutan pembahasan dalam penelitian ini berupa tiga bagian,
yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Urutan bab-bab dalam penelitian ini ditulis
secara runtun dari bab pertama hingga bab kelima, sebagai berikut:
BAB I : Pada bab ini berisi pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini berisi penjelasan mengenai ruqyah secara umum.
BAB III : Pada bab tiga ini, peneliti membahas metode ruqyah yang digunakan
oleh Ustadz Yudi Setiawan.
BAB IV : Bab empat ini peneliti membahas mengenai kandungan dari surah
Al-Fath ayat 1-4 dan juga peneliti menyampaikan hasil analisis mengenai dampak
dari pembacaan surah Al-Fath ayat 1-4 terhadap orang yang diruqyah.
BAB V : Pada bab lima ini berisi penutup yang meliputi kesimpulan dari
penelitian Living Qur’an dan saran-saran peneliti untuk kedepannya.
Daftar Pustaka
Afiyatin, Alfiyah Laila. Ruqyah Sebagai Pengobatan Berbasis Spiritual Untuk
Mengatasi Kesurupan, HISBAH: Jurnal Bimbingan Komseling dan Dakwah
Islam, Vol. 16 No. 2, 2019. hlm. 216-226.
Fatimah, Santi Siti. “Metode Ruqyah Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok
Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah”, Skripsi,
Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung, Lampung. 2019.
Hayat, Mukhtamar. Ruqyah Syar’iyyah: Upaya Mencari Kesembuhan, Jurnal Emik,
Vol. 3 No. 2, 2020. hlm. 206-222.
Marsudi. “Motivasi Praktik Ruqyah Qur’anic Healing Indonesia (QHI) Cabang
Ponorogo (Studi Living Qur’an)”, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri,
Ponorogo. 2019.
Setyawan, Sigit Dwi, Yadi Purwanto. Fenomena Teraqi Ruqyah Dan Perkembangan
Kondisi Afeksi Klien, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 8 No. 2, 2006.
hlm. 65-75.
Susanti, Neila. Pengobatan Alternatif Ruqyah Rumah Sakit Thibun Nawawi Al Iman
Medan, JISA: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama, Vol. 3 No. 2, 2020. hlm. 147-
157.
Sya’roni, Khusnul Khotimah. Terapi Ruqyah Dalam Pemulihan Kesehatan Mental,
Journal of Islamic Guidance and Counseling, Vol. 2 No. 1, 2018. hlm. 79-93.

Anda mungkin juga menyukai