Anda di halaman 1dari 30

Thibbun Nabawi ( Pengobatan Nabi )

Pengobatan cara Nabi memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena
metode ini bersumber dari wahyu, misyakat kenabian dan akal yang sempurna, maka tentu memiliki
derajat kepastian yang menyakinkan di samping memiliki nilai keilahian, berbeda dengan metode
pengobatan lainnya yang umumnya hanya berdasarkan pikiran, dugaan atau pengalaman semata-
mata. *Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah, dalam Zaadul Maad IV hal.33+

Sesungguhnya kesehatan merupakan salah satu nimat besar yang Allah berikan kepada manusia,
sayangnya, nikmat ini kadang-kadang kurang disukuri. Tak jarang manusia -termasuk kita- menyia-
nyiakannya. Lalu, ketika penyakit mulai menghampiri kita, kita pun berkeluh kesah dan baru sadar
betapa mahalnya harga sebuah kesehatan.

Nabi Shallallaahu alaihi wasallam mengingatkan kepada kita dengan sabda beliau, Ada dua nimat,
banyak manusia tertipu dalam dua nimat ini: kesehatan dan kesempatan (waktu luang). *Shahih, Al
Bukhari 11/229 Al Fath]

Ada suatu nasihat yang amat bijak mencegah datangnya penyakit memang lebih baik dari pada
mengobati. Tetapi jikalu kehendak Allah menentukan kita untuk sakit, maka kita pun wajib untuk
berikhtiayar mencari kesembuhan, tentu saja ada rambu-rambu syariat yang wajib kita perhatikan
dalam hal ini.

Hadis tentang perintah berobat: Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian karena tidaklah Allah
Azza wa jalla menimpakan suatu macam penyakit kecuali telah dia ciptakan obat untuknya, kecuali
satu macam penyakit. Mereka bartanya: Apa penyakit itu ? jawab Belau: Penyakit tua (pikun).
*Shahih, Ahamad 4/278, Ibnu Majah 3436, Abu Dawud 3855, At Tirmizi 2039 dari Zaadul maad IV: 12
dengan tahqiq Al Arnauth]

Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat untuk penyakit itu digunakan, niscaya akan sembuhlah
ia dengan seizin Allah Azza wa Jalla. *Shahih, Muslim 2204+

Thibbun Nabawi (Pengobatan Cara Nabi)

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Metode pengobatan yang digunakan Nabi shallallahu alaihi Wasallam saat mengobati sakit yang
dideritanya, atau belau perintahkan kepada kelaurga serta para sahabat yang tengah sakit untuk
melakukannya. Adapun sumber yang dapat dijadikan rujukan adalah Al Quran, hadis shahih serta
atsar para sahabat yang diriwayatkan melalui jalan yang dapat dipertanggungjawabkan menurut
kaidah-kaidah ilmu hadits sebagaimana dijelaskan para ulama keutamaannya:

Pengobatan cara Nabi memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena
metode ini bersumber dari wahyu, misyakat kenabian dan akal yang sempurna, maka tentu memiliki
derajat kepastian yang menyakinkan di samping memiliki nilai keilahian, berbeda dengan metode
pengobatan lainnya yang umumnya hanya berdasarkan pikiran, dugaan atau pengalaman semata-
mata. *Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah, dalam Zaadul Maad IV hal.33+

Sifat Pengobatan

Pengobatan cara nabi bersifat holistik, artinya menyeluruh. Metode ini akan bekerja secara efektif
dengan seizin Allah jika si pasien diobati melalui dua jalur terapi: psikis (jiwa) dan fisik.

a. Terapi psikis (pengobatan jiwa)

Jiwa atau hati, saat ia dalam kondisi yang prima, akan membantu memperkuat jasmani dalam
menolak serta mengusir berbagai macam penyakit.

b. Pengobatan fisik

Adapun pengobatan dari jalur fisik jasmani dapat dilihat dari berbagai contoh berikut:

Habbah sauda (jinten hitam)

Khalid bin Saad menuturkan: Kami berpergian, dan bersama kami ada Ghalib bin Abjar. Di tengah
perjalanan dia sakit. Sesampainya di Madinah sakitnya belum juga sembuh. Ibnu Ubay bin Atiq
menengoknya, lalu dia berkata kepada kami, Cobalah kalian dengan biji jinten hitam ini. Ambilah
lima atau tujuh, lalu tumbuklah sampai halus, kemudian teterkan zat (minyak Zaitun) dari arah sini
dan dari arah sini, karena sesungguhnya Aisyah radhiallahuanha telah menyampaikan hadist

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


kepadaku beliau telah mendengar Rasulullah salallullah alaiwasalam bersabda: Sesungguhnya
jinten hitam ini adalah obat penyembuh dari segala macam penyakit, kecuali dari maut? Beliau
menjawab, Mati. *Shahih, Al Bukhari juz 7 hal.13+

Minyak Zaitun

Allah Taala berfirman:

pohon yang diberkati, yaitu pohon zitun. (QS. An Nuur:35)

Rasullallah shallallaahu alahi wasalllam bersabda: Makanlah zaitun dan pergunakanlah ia sebagai
minyak, karena sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkati. *HR. At Tirmidzi 1853, Ahmad
3/497, ad Darimi 2/102, lihat takhrij dan tahqiqnya dalam Zaadul Maad 4/291+

Hijam (bekam) dan Madu

Hijamah ialah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor pada bagian tubuh
tertentu sampai tengkuk atau yang lainnya.

Rasulullah bersabda: Sesungguhnya pengobatan paling utama yang kalian lakukan adalah hijamah
(berbekam). *Shahih, Al Bukahri juz 7 hal.15, Muslim juz 5 hal.39+

Dari Ibnu Abbas radiallahhuanhu, Nabi shalullahallaihi wassalam bersabda:

Penyembuhan itu ada pada tiga cara: minum madu, mengelaurkan darah dengan alat bekam dan
kayy (memanaskan besi dengan api lalu menempelkannya pada bagian tubuh yang sakit) akan tetapi
aku melarang umatku dari kayy. *Shahih, Al Bukahri, juz 7 hal.12+

Prinsip-Prinsip Terapi Thibbun Nabawi

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Prinsip-Prinsip Terapi Thibbun Nabawi

Dari Ibnu Abbs, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Kesembuhan itu ada dalam tiga
hal, yakni minum madu, sayatan alat bekam, dan sundutan api. Aku melarang umatku berobat
dengan sundutan api. (HR. Bukhr (5680)

Dari Ibnu Abbs, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Dalam madu dan bekam. (HR.
Bukhr secara muallaq (5681))

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Di dalam habbatus saud terdapat penyembuh
setiap penyakit, kecuali kematian. (Muttafaqun alaih: Bukhr (5688) dan Muslim (2215) dari Ab
Huroiroh)

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, menyebutkan bahwa ada tiga prinsip terapi dalam Thibbun Nabawi. Beliau
menyimpulkan ketiga prinsip ini dari ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang rukhshah yang
diberikan kepada orang sakit dalam menjalankan ibadah puasa, haji, dan shalat. Ketiga prinsip itu
adalah:

1. Hifzhu `sh-Shihhah (Menjaga Kesehatan)

Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain (Al-
Baqoroh:184)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Taala membolehkan orang yang musafir untuk berbuka puasa,
demi menjaga kesehatan dan kekuatannya. Oleh karena itu, salah satu yang harus dilakukan oleh
seorang terapis ketika menghadapi seorang pasien adalah, memberinya nutrisi yang bisa
memulihkan kekuatan tubuhnya. Itulah sebabnya, sebagian terapis menyarankan agar memberikan
spirulina kepada pasien yang sakit berat, karena dengan cepat spirulina ini akan membangkitkan dan
memulihkan kekuatan pasien.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


2. Istifrgh (Releasing, Mengeluarkan)

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkurban (Al-Baqoroh:196)

Dalam ayat ini, Allah membolehkan orang sakit atau orang yang ada gangguan di kepalanya, entah
berupa kutu, gatal-gatal, atau lainnya, untuk mencukur kepalanya pada saat melaksanakan ihrom.
Dengan dicukurnya kepala, akan keluarlah uap dari pori-pori kulit kepala. Hijamah juga merupakan
salah satu terapi untuk mengeluarkan toksid, zat-zat yang mengotori darah, dan sel-sel darah yang
mulai rusak karena menua atau mati.

3. Himyah (Memantang)

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci). (An-Nis :43)

Allah membolehkan orang yang sakit untuk menggunakan debu sebagai pengganti air, demi
mencegah terjadinya hal yang menyakiti dirinya.

Ini merupakan karunia dan nikmat Allah Subhanahu wa Taala kepada kita bahwa Dia telah
mengutus Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada kita dengan membawa petunjuk yang
menerangi semua jalan, tanpa satu pun terlupakan.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Thibbun Nabawi Adalah Solusi Pengobatan

Dunia pengobatan menempati kedudukan yang penting dalam kehidupan manusia, karena Allah
telah menjadikannya sebagai sarana diperolehnya kesembuhan. Sekalipun di dunia ini terdapat
sangat banyak metode pengobatan, baik yang tergolong dalam pengobatan tradisional maupun
pengobatan modern yang kini populer, namun sebagian -atau bahkan kebanyakan- ahli pengobatan
tradisional maupun modern masih kebingungan untuk menyembuhkan beberapa penyakit.

Mereka tidak menemukan cara pengobatan penyakit-penyakit tersebut kecuali dari informasi
wahyu, yaitu sabda penutup para nabi, semoga salawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
beliau. Beliau telah memetakan semua jalan menuju kebenaran dan kebaikan, dengan izin Allah.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam merupakan tokoh paling penting yang berbicara tentang
pengobatan, bukan hanya di zamannya, tetapi hingga sekarang dan bahkan sampai hari kiamat
kelak.

Semua metode pengobatan, baik yang tradisional maupun modern dengan segala manfaatnya,
sebenarnya bersumber dari ajaran para nabi Allah, semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam
kepada mereka semua. Maka, Thibbun Nabawi merupakan pengobatan yang paling bermanfaat dan
efektif.

Kita mengenal penyakit-penyakit seperti hydrochephalus, liver, gout, radang amandel, radang
selaput dada (pleuritis) dan berbagai penyakit lainnya; dan dalam resep-resepThibbun Nabawi kita
peroleh informasi berharga seperti: habbatus saud, bekam, madu, kay (pengobatan dengan besi
panas), talbinah, itsmid, kamah, air, air zamzam, ruqyah, doa, kurma, susu unta, d hind, tanah dan
ludah, ekor kambing, san dan sant, bath, dan qiymul lail.

Karena penyakit sulit diobati, para pakar pengobatan modern maupun tradisional kebingungan,
maka mereka mengarahkan pandangan kepada pengobatan yang berdasarkan wahyu, yaitu dari
sabda sang penutup para nabi.

Contohnya, ketika orang-orang Arab Badui kebingungan menghadapi penyakit Jawy Madinah
(sejenis penyakit demam atau menurut keterangan lain adalah sakit perut), mereka datang kepada
Nabi Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam. Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam pun memerintah mereka

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


supaya mencari penggembala unta, kemudian meminum dan susu unta. Mereka pun mencari
penggembala unta, lantas meminum dan susu unta, sehingga badan mereka kembali sehat.

Itu dulu, 1400 tahun lalu. Saat ini, hasil-hasil riset juga mengukuhkan bahwa obat paling baik untuk
penyakit hydrochephalus adalah dan susu unta.

Sudah banyak orang yang menyaksikan hal menakjubkan dalam pengobatan Thibbun Nabawi. Belum
saatnyakah kita percaya dan beriman? Belum tibakah waktunya kita mengatakan kepada seruan
Allah dan Rasul-Nya, Kami mendengar dan kami taat?

Bukankah Allah berfirman:

Wahai orang-orang beriman, sambutlah seruan Allah dan Rosul, ketika menyeru kalian kepada apa
yang menghidupkan kalian. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah menghalangi seseorang dari hatinya
dan bahwa kepada-Nya kalian kelak dikumpulkan. (Al-Anfl: 24)

apa saja yang dibawa orang Rosul kepadamu, maka ambillah, dan apa saja yang dilarangnya,
maka tinggalkanlah (Al-Hasyr: 7)

dan jika kalian taat kepadanya, niscaya kalian mendapat petunjuk (An-Nr:54)

Kebenaran Thibbun Nabawi

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Dulu sedikit saja orang yang meyakini bahwa Thibbun Nabawi atau pengobatan ala Nabi mampu
mengatasi penyakit-penyakit yang di kalangan medis modern diyakini sebagai penyakit-penyakit
yang tak bisa disembuhkan.

Mereka tidak bisa menalar, bagaimana seseorang yang mengalami stroke, tekanan darah tinggi,
diabetes, dan jantung koroner dibekam, dikeluarkan darah dari permukaan kulitnya, lantas ia bisa
memperoleh kesembuhan?

Bagaimana pula ruqyah, madu, habbatus sauda, minyak zaitun, dan berbagai resep-resep
pengobatan dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara mencengangkan, cepat, mudah, dan murah,
dengan izin Allah, menjadi sebab sembuhnya berbagai penyakit yang dianggap kronis dan
degeneratif ?

Namun, saat ini sudah tak terhitung manusia yang membuktikan bahwa resep-resep dari Al-Quran
dan As-Sunnah benar-benar mujarab. Berbagai testimoni, di antaranya yang dimuat di website ini,
menjadi bukti tak terbantahkan mengenai hal itu. Itulah sebabnya, semakin banyak orang yang
mempelajari dan mempraktikan Thibbun Nabawi.

Maha Benar Allah, yang telah berfirman:

Akan Kami perlihatkan tanda-tanda kekuasaan kami di segenap cakrawala dan di dalam diri
mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. (Fushshilat:63)

Thibbun Nabawi adalah fakta. Ia keluar dari pelita kenabian, yaitu wahyu yang diturunkan kepada
Nabi yang berbicaranya bukan berdasarkan hawa nafsu. Karena itu, hanya manusia yang cacat
imannya dan rusak fitrahnya yang menolaknya.

Thibbun Nabawi Bukan Alternatif

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekedar
sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang
utama, karena kepastiannya datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala lewat lisan Rasul-Nya Shallallahu
'alaihi wa sallam. Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti
kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan
dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba. (Fathul Bari, 10/210)

Shahabat yang mulia Abu Said Al-Khudri rahimahullahu berkata:



: .

.
! : .

.

:
:
.
}
{ :

.



: . : .

:

.

Sejumlah shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi dalam sebuah safar (perjalanan)
yang mereka tempuh, hingga mereka singgah di sebuah kampung Arab. Mereka kemudian meminta
penduduk kampung tersebut agar menjamu mereka, namun penduduk kampung itu menolak.

Tak lama setelah itu, kepala suku dari kampung tersebut tersengat binatang berbisa. Penduduknya
pun mengupayakan segala cara pengobatan, namun tidak sedikit pun yang memberikan manfaat
untuk kesembuhan pemimpin mereka. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: Seandainya
kalian mendatangi rombongan yang tadi singgah di tempat kalian, mungkin saja ada di antara
mereka punya obat (yang bisa menghilangkan sakit yang diderita pemimpin kita). Penduduk
kampung itu pun mendatangi rombongan shahabat Rasulullah yang tengah beristirahat tersebut,
seraya berkata: Wahai sekelompok orang, pemimpin kami disengat binatang berbisa. Kami telah
mengupayakan berbagai cara untuk menyembuhkan sakitnya, namun tidak satu pun yang
bermanfaat. Apakah salah seorang dari kalian ada yang memiliki obat? Salah seorang shahabat
berkata: Iya, demi Allah, aku bisa meruqyah. Akan tetapi, demi Allah, tadi kami minta dijamu

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


namun kalian enggan untuk menjamu kami. Maka aku tidak akan melakukan ruqyah untuk kalian
hingga kalian bersedia memberikan imbalan kepada kami.

Mereka pun bersepakat untuk memberikan sekawanan kambing2 sebagai upah dari ruqyah yang
akan dilakukan. Shahabat itu pun pergi untuk meruqyah pemimpin kampung tersebut. Mulailah ia
meniup disertai sedikit meludah dan membaca3: Alhamdulillah rabbil alamin (Surah Al-Fatihah).
Sampai akhirnya pemimpin tersebut seakan-akan terlepas dari ikatan yang mengekangnya. Ia pun
pergi berjalan, tidak ada lagi rasa sakit (yang membuatnya membolak-balikkan tubuhnya di tempat
tidur).

Penduduk kampung itu lalu memberikan imbalan sebagaimana telah disepakati sebelumnya.
Sebagian shahabat berkata: Bagilah kambing itu. Namun shahabat yang meruqyah berkata:
Jangan kita lakukan hal itu, sampai kita menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kita
ceritakan kejadiannya, dan kita tunggu apa yang beliau perintahkan. Mereka pun menghadap
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu mengisahkan apa yang telah terjadi. Beliau bertanya
kepada shahabat yang melakukan ruqyah: Dari mana engkau tahu bahwa Al- Fatihah itu bisa dibaca
untuk meruqyah? Kalian benar, bagilah kambing itu dan berikanlah bagian untukku bersama kalian.

Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam kitab Shahih-nya no. 5749,
kitab Ath-Thibb, bab An-Nafats fir Ruqyah. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu
dalam Shahih-nya no. 5697 kitab As-Salam, bab Jawazu Akhdzil Ujrah alar Ruqyah.

Beberapa faedah yang dapat kita ambil dari hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu di atas
adalah:

1. Surah Al-Fatihah mustahab untuk dibacakan kepada orang yang disengat binatang berbisa dan
orang sakit.

2. Boleh mengambil upah dari ruqyah dan upah itu halal.4

3. Seluruh kambing itu sebenarnya milik orang yang meruqyah adapun yang lainnya tidak memiliki
hak, namun dibagikannya kepada teman-temannya karena kedermawanan dan kebaikan.

4. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam minta bagian dalam rangka lebih menenangkan hati para
shahabatnya dan untuk lebih menunjukkan bahwa upah yang didapatkan tersebut halal, tidak
mengandung syubhat.

Demikian faedah yang disebutkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam Al-Minhaj Syarhu
Shahih Muslim (14/410).

Pengobatan Nabawiyyah (At-Thibbun Nabawi) Bukan Pengobatan Alternatif

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyyah yang diciptakan oleh Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang ditetapkan Allah Subhanahu wa
Ta'ala atas hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi
kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan.
Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapatkan
kelapangan, ia bersyukur. Maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia
bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya. (HR. Muslim no. 2999)

Termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada kaum mukminin, Dia
menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka.
Sebagaimana tersebut dalam hadits Abdullah bin Masud radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah
menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. (HR. Al-
Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)

Di sisi lain, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan penyakit, Dia pun menurunkan
obat bersama penyakit itu. Obat itupun menjadi rahmat dan keutamaan dari-Nya untuk hamba-
hamba-Nya, baik yang mukmin maupun yang kafir. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya. (HR. Al-
Bukhari no. 5678)

Abdullah bin Masud radhiallahu 'anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya
bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang
yang mengetahuinya. (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadits ini dishahihkan dalam Ash-
Shahihah no. 451)

Jabir radhiallahu 'anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin
Allah Subhanahu wa Ta'ala. (HR. Muslim no. 5705)

Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam penyembuhan dan obat yang
bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu
berpaling dan meninggalkannya untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada di masa
sekarang ini5. (Shahih Ath-Thibbun Nabawi, hal. 5-6, Abu Anas Majid Al-Bankani Al-Iraqi)

Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: Sungguh para tabib telah
sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan maka jangan beralih
kepada obat-obatan (kimiawi, pent.). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana,
maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: Setiap penyakit yang bisa
ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya
dengan obat-obatan.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Ibnul Qayyim juga berkata: Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya
berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat. (Ath-
Thibbun Nabawi, hal. 6, 29)

Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekedar
sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang
utama, karena kepastiannya datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala lewat lisan Rasul-Nya Shallallahu
'alaihi wa sallam. Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti
kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan
dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba. (Fathul Bari, 10/210)

Namun tentunya, berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hamba tidak boleh
bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang
menyembuhkan sakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan bergantung kepada Dzat yang
memberikan penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seorang
hamba hendaknya selalu bersandar kepada-Nya dalam segala keadaannya. Hendaknya ia selalu
berdoa memohon kepada-Nya agar menghilangkan segala kemudharatan yang tengah menimpanya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Siapakah yang mengijabahi (menjawab/ mengabulkan) permintaan orang yang dalam kesempitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan (siapakah) Dia yang menghilangkan kejelekan? (An-Naml: 62)

Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Karena itulah, Nabi Ibrahim 'alaihissalam berkata memuji Rabbnya:

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. (Asy-Syuara`: 80)

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Contoh Pengobatan Nabawi

Banyak sekali cara pengobatan nabawi. Kami hanya menyebutkan beberapa di antaranya, karena
keterbatasan halaman yang ada:

1. Pengobatan dengan madu

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah:

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69)

Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:

. :
. : . :

.

: .
:
. :

Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: Saudaraku mengeluhkan
sakit pada perutnya6. Nabi berkata: Minumkan ia madu. Kemudian orang itu datang untuk kedua
kalinya, Nabi berkata: Minumkan ia madu. Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap
berkata: Minumkan ia madu.

Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: Aku telah melakukannya (namun belum sembuh
juga malah bertambah mencret).7 Nabi bersabda: Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu
dusta8. Minumkan lagi madu. Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh. (HR.
Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731)

2. Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam, red.)

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


:
.
:

Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari penyakit as-
samu. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: Apakah as-samu itu? Beliau menjawab:
Kematian. (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727)

3. Pengobatan dengan susu dan kencing unta

Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: Ada sekelompok orang Urainah dari penduduk Hijaz
menderita sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: Wahai Rasulullah, berilah
tempat kepada kami dan berilah kami makan. Ketika telah sehat, mereka berkata: Sesungguhnya
udara kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami menderita sakit, pent.). Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat pemeliharaan
unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: Minumlah dari susu dan kencing unta-
unta itu.9

Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta
tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam, -pent.). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman
dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka. (HR. Al- Bukhari no.
5685, 5686 dan Muslim no. 4329)

4. Pengobatan dengan berbekam (hijamah)10

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan:

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam
keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya. (HR.
Al-Bukhari no. 5701)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung



:

Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan
dengan kay, namun aku melarang umatku dari kay.11 (HR. Al-Bukhari no. 5680)

Ruqyah,

Salah Satu Pengobatan Nabawi

Di antara cara pengobatan nabawi yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah
ruqyah yang syari, yang ditetapkan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih. Ketahuilah, Allah
Subhanahu wa Ta'ala menjadikan Al-Qur`anul Karim sebagai syifa` (obat/ penyembuh) sebagaimana
firman-Nya:

Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur`an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka
mengatakan: Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Al-Qur`an) dalam bahasa
asing, sedangkan (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: Al-Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang yang beriman. (Fushshilat: 44)

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an apa yang merupakan syifa` dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Al-Isra`: 82)

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Huruf dalam ayat di atas untuk menerangkan jenis, bukan menunjukkan tabidh (makna
sebagian). Karena Al-Qur`an seluruhnya adalah syifa` dan rahmat bagi orang-orang beriman,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat sebelumnya (yaitu surat Al-Fushshilat: 44). (Ad-Da`u wad
Dawa`, hal. 7)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata ketika memberikan komentar terhadap
hadits yang menyebutkan tentang wanita yang menderita ayan (epilepsi): Dalam hadits ini ada dalil
bahwa pengobatan seluruh penyakit dengan doa dan bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
adalah lebih manjur serta lebih bermanfaat daripada dengan obat-obatan. Pengaruh dan khasiatnya
bagi tubuh pun lebih besar daripada pengaruh obat-obatan jasmani.

Namun kemanjurannya hanyalah didapatkan dengan dua perkara:

Pertama: Dari sisi orang yang menderita sakit, yaitu lurus niat/tujuannya.

Kedua: Dari sisi orang yang mengobati, yaitu kekuatan bimbingan/arahan dan kekuatan hatinya
dengan takwa dan tawakkal. Wallahu alam. (Fathul Bari 10/115)

Dalam hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu 'anhu tentang ruqyah dengan surat Al-Fatihah yang
dilakukan salah seorang shahabat, benar-benar terlihat pengaruh obat tersebut pada penyakit yang
diderita sang pemimpin kampung. Sehingga obat itu mampu menghilangkan penyakit, seakan-akan
penyakit tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Cara seperti ini merupakan pengobatan yang paling
mudah dan ringan. Seandainya seorang hamba melakukan pengobatan ruqyah dengan membaca Al-
Fatihah secara bagus, niscaya ia akan melihat pengaruh yang mengagumkan dalam kesembuhan.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: Aku pernah tinggal di Makkah selama beberapa
waktu dalam keadaan tertimpa berbagai penyakit. Dan aku tidak menemukan tabib maupun obat.
Aku pun mengobati diriku sendiri dengan Al-Fatihah yang dibaca berulang-ulang pada segelas air
Zam-zam kemudian meminumnya, hingga aku melihat dalam pengobatan itu ada pengaruh yang
mengagumkan. Lalu aku menceritakan hal itu kepada orang yang mengeluh sakit. Mereka pun
melakukan pengobatan dengan Al-Fatihah, ternyata kebanyakan mereka sembuh dengan cepat.

Subhanallah! Demikian penjelasan dan persaksian Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu terhadap
ruqyah serta pengalaman pribadinya berobat dengan membaca Al-Fatihah. (Ad-Da`u wad Dawa` hal.
8, Ath-Thibbun Nabawi hal. 139)

Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan berkata: Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan Al-
Qur`an sebagai syifa` bagi penyakit-penyakit hissi (yang dapat dirasakan indera) dan maknawi
berupa penyakit-penyakit hati dan badan. Namun dengan syarat, peruqyah dan yang diruqyah harus
mengikhlaskan niat. Dan masing-masing meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dan ruqyah dengan Kalamullah merupakan salah satu di antara sebab-sebab
yang bermanfaat.

Beliau juga berkata: Pengobatan dengan ruqyah Al-Qur`an merupakan Sunnah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan amalan salaf. Mereka dahulu mengobati orang yang terkena ain,
kesurupan jin, sihir dan seluruh penyakit dengan ruqyah. Mereka meyakini bahwa ruqyah termasuk
sarana yang mubah12 lagi bermanfaat, sementara yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu
wa Ta'ala saja. (Al-Muntaqa min Fatawa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, juz 1, jawaban soal no. 77)

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Thibbun Nabawi Memberi Pengaruh bagi Kesembuhan dengan Izin Allah Subhanahu wa Ta'ala

Mungkin ada di antara kita yang pernah mencoba melakukan pengobatan dengan thibbun nabawi
dengan minum madu13 misalnya atau habbah sauda`. Atau dengan ruqyah membaca ayat-ayat Al-
Qur`an dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun tidak merasakan
pengaruh apa-apa. Penyakitnya tak kunjung hilang. Ujung-ujungnya, kita meninggalkan thibbun
nabawi karena kurang percaya akan khasiatnya, lalu beralih ke obat- obatan kimiawi. Mengapa
demikian? Mengapa kita tidak mendapatkan khasiat sebagaimana yang didapatkan Al-Imam Ibnu
Qayyim rahimahullahu ketika meruqyah dirinya dengan Al-Fatihah? Atau seperti yang dilakukan oleh
seorang shahabat ketika meruqyah kepala suku yang tersengat binatang berbisa di mana usai
pengobatan si kepala suku (pemimpin kampung) sembuh seakan- akan tidak pernah merasakan
sakit?

Di antara jawabannya, sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yang telah lewat,
bahwasanya manjurnya ruqyah (pengobatan dengan membaca doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur`an)
hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal:

Pertama: Dari sisi si penderita, harus lurus dan benar niat/ tujuannya.

Kedua: Dari sisi yang mengobati, harus memiliki kekuatan dalam memberi bimbingan/arahan dan
kekuatan hati dengan takwa dan tawakkal.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: Ada hal yang semestinya dipahami, yakni zikir, ayat,
dan doa-doa yang dibacakan sebagai obat dan yang dibaca ketika meruqyah, memang merupakan
obat yang bermanfaat. Namun dibutuhkan respon pada tempat, kuatnya semangat dan pengaruh
orang yang meruqyah. Bila obat itu tidak memberi pengaruh, hal itu dikarenakan lemahnya
pengaruh peruqyah, tidak adanya respon pada tempat terhadap orang yang diruqyah, atau adanya
penghalang yang kuat yang mencegah khasiat obat tersebut, sebagaimana hal itu terdapat pada
obat dan penyakit hissi.

Tidak adanya pengaruh obat itu bisa jadi karena tidak adanya penerimaan thabiah terhadap obat
tersebut. Terkadang pula karena adanya penghalang yang kuat yang mencegah bekerjanya obat
tersebut. Karena bila thabiah mengambil obat dengan penerimaan yang sempurna, niscaya manfaat
yang diperoleh tubuh dari obat itu sesuai dengan penerimaan tersebut.

Demikian pula hati. Bila hati mengambil ruqyah dan doa-doa perlindungan dengan penerimaan yang
sempurna, bersamaan dengan orang yang meruqyah memiliki semangat yang berpengaruh, niscaya
ruqyah tersebut lebih berpengaruh dalam menghilangkan penyakit. (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 8)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu menyatakan, terkadang sebagian orang yang menggunakan
thibbun nabawi tidak mendapatkan kesembuhan. Yang demikian itu karena adanya penghalang pada
diri orang yang menggunakan pengobatan tersebut. Penghalang itu berupa lemahnya keyakinan
akan kesembuhan yang diperoleh dengan obat tersebut, dan lemahnya penerimaan terhadap obat
tersebut.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Contoh yang paling tampak/ jelas dalam hal ini adalah Al-Qur`an, yang merupakan obat penyembuh
bagi penyakit yang ada dalam dada. Meskipun demikian, ternyata sebagian manusia tidak
mendapatkan kesembuhan atas penyakit yang ada dalam dadanya. (Hal ini tentunya terjadi, -pent.)
karena kurangnya keyakinan dan penerimaannya. Bahkan bagi orang munafik, tidak menambah
kecuali kotoran di atas kotoran yang telah ada pada dirinya, dan menambah sakit di atas sakit yang
ada.

Dengan demikian thibbun nabawi tidak cocok/ pantas kecuali bagi tubuh-tubuh yang baik,
sebagaimana kesembuhan dengan Al-Qur`an tidak cocok kecuali bagi hati-hati yang baik. (Fathul
Bari, 10/210)

Tentunya perlu diketahui bahwa kesembuhan itu merupakan perkara yang ditakdirkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dia Yang Maha Kuasa sebagai Dzat yang memberikan kesembuhan terkadang
menunda pemberian kesembuhan tersebut, walaupun si hamba telah menempuh sebab-sebab
kesembuhan. Dia menundanya hingga waktu yang ditetapkan hilangnya penyakit tersebut dengan
hikmah-Nya.

Yang jelas kesembuhan dapat diperoleh dengan obat-obatan jika dikonsumsi secara tepat,
sebagaimana rasa lapar dapat hilang dengan makan dan rasa haus dapat hilang dengan minum. Jadi
secara umum obat itu akan bermanfaat. Namun terkadang kemanfaatan itu luput diperoleh karena
adanya penghalang. (Fathul Bari, 10/210)

Wallahu taala alam bish-shawab.

1Rahthun adalah kelompok yang terdiri dari 3 sampai 10 orang

2 Qathi, kata ahli bahasa, umumnya digunakan untuk jumlah antara 10 sampai 40. Ada pula yang
berpendapat 15 sampai 25. Namun yang dimaukan dalam hadits ini adalah 30 ekor kambing
sebagaimana ditunjukkan dalam riwayat Al-Amasy. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim 14/409, Fathul
Bari 4/576)

3 Ibnu Abi Hamzah berkata: Saat meniup disertai meludah kecil dalam meruqyah adalah setelah
qira`ah, agar diperoleh barakah qira`ah pada anggota badan yang diusapkan ludah di atasnya.
(Fathul Bari, 4/576)

4 Tentang mengambil upah dalam ruqyah, bisa dilihat lebih lanjut pembahasannya dalam rubrik
Kajian Utama.

5 Namun bukan berarti di sini kita mengharamkan pengobatan kimiawi, selama hal tersebut
dibolehkan dan jelas kehalalannya.

6 Dalam lafadz lain, disebutkan orang itu berkata:

Makna ( ) adalah banyak yang keluar dari isi perutnya yakni mencret/ diare. (Fathul Bari,
10/208)

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


7 Sebagaimana dalam riwayat Muslim, orang itu berkata:

Aku telah meminumkannya madu namun tidak menambah bagi dia kecuali mencret.

8 Maknanya, perutnya tidak pantas untuk menerima obat bahkan menolaknya. Di sini juga ada
isyarat bahwa madu itu adalah obat yang bermanfaat. Adapun jika penyakit tetap ada dan tidak
hilang setelah minum madu, bukan karena jeleknya madu, namun karena banyaknya unsur yang
rusak dalam tubuh. Oleh karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruhnya untuk
mengulang minum madu. (Fathul Bari, 10/209, 210)

9 Kencing unta bermanfaat khususnya untuk penyakit gangguan perut/pencernaan, sebagaimana


ditunjukkan dalam riwayat Ibnul Mundzir dari Ibnu Abbas secara marfu. (Fathul Bari, 10/177)

10 Dengan cara mengeluarkan darah kotor (darah penyakit) pada bagian tubuh tertentu.

11 Kay adalah pengobatan dengan cara menempelkan sambil menekan (mencobloskan) besi panas
yang membara pada bagian tubuh yang sakit.

12 Dan kebolehan di sini adalah bagi orang yang tidak meminta agar dirinya diruqyah, juga karena
hukum permasalahan ini ada pembahasan sendiri.

13 Dalam hadits yang menyebutkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan orang yang
sakit perut untuk minum madu. Pada awalnya, madu yang diminumnya tidak menghentikan penyakit
yang diderita karena obat harus memiliki kadar yang seimbang dengan penyakit. Bila obatnya kurang
maka tidak menghilangkan penyakit secara keseluruhan, namun bila dosisnya berlebih malah
melemahkan kekuatan dan menimbulkan kemudharatan lainnya. (Fathul Bari, 10/210)

Sumber :

Muslim Abu Ishaq Al-Atsari

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Sesungguhnya di dalam habbatus sawda (jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam
penyakit kecuali kematian.

Ibnu Syihab mengatakan : Kata As-Saam di sini berarti kematian, sedangkan habbatus sawda
berarti syuniz *1+

Habbatus sawda ini mempunyai manfaat yang sangat banyak. *2+

Jintan hitam sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan izin Allah.

PENGOBATAN DENGAN MADU

Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan *An-Nahl : 69]

Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu : Dalam pisau pembekam, meminumkan madu, atau
pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan
besi panas (kayy). *3+

PENGOBATAN DENGAN BEKAM [4]

Berbekam [5] termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahkan
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada
tukang bekam.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan
melakukan bekam *6+

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

Sebaik-baik pengobatan penyakit adalah dengan melakukan bekam *7+

Wasiat Malaikat Untuk Berbekam

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah aku
melewati seorang Malaikat ketika di Mirajkan ke langit- kecuali mereka mengatakan Wahai
Muhammad, lakukanlah olehmu berbekam *8+

Dari Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan
ketika beliau di Israkan, tidaklah beliau melewati sekumpulan Malaikat melainkan mereka meminta
kami, Perintahkanlah ummatmu untuk berbekam *9+

Waktu Yang Paling Baik Untuk Berbekam

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang ingin berbekam, hendaklah ia
berbekam pada tanggal 17,19,21 (bulan Hijriyyah), maka akan menyembuhkan setiap penyakit *10+

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata : Sesungguhnya hari yang paling baik bagimu untuk
berbekam adalah hari ke 17, hari ke 19, dan hari ke 21 (bulan Hijriyyah) *11+

Hari yang paling baik untuk berbekam adalah pada hari Senin, Selasa dan Kamis. Sebaliknya hindari
berbekam pada hari Rabu, Jumat, Sabtu dan Ahad *12+

PENGOBATAN MENGGUNAKAN AIR ZAMZAM

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai air zamzam ini.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Air zamzam itu penuh berkah. Ia merupakan makanan yang mengenyangkan (dan obat bagi
penyakit) *13+.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda.

Air zamzam tergantung kepada tujuan di minumnya *14+

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah membawa air zamzam (di dalam tempat-tempat air) dan
girbah (tempat air dari kulit binatang), beliau menyiramkan dan meminumkannya kepada orang-
orang yang sakit *15+

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Aku sendiri dan juga yang lainnya pernah mempraktekkan
upaya penyembuhan dengan air zamzam terhadap beberapa penyakit, dan hasilnya sangat
menakjubkan, aku berhasil mengobati berbagai macam penyakit dan aku pun sembuh atas izin
Allah *16+

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Taala agar Dia memberikan bimbingan kepada kita
untuk dimudahkan dalam menggunakan pengobatan yang sesui dengan syariat (Sunnah Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam).

_________

Catatan Kaki

[1]. Al-Bukhari no. 5688/Al-Fath X/143, dan Muslim no. 2215 dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
Lafazh ini adalah lafazh Muslim.

*2+. Zaadul Maaad IV/297 dan lihat juga Ath-Thibbu Minal Kitab was Sunnah, karya Al-Allamah
Muwaffaquddin Abdul Lathif Al-Baghdadi (hal.88)

[3]. HR Al-Bukhari no. 5681/Fathul Baari X/137. Lihat bab : Beberapa manfaat madu. Zaadul
Maaad IV/50-62 dan juga Ath-Thibbu Minal Kitab was Sunnah, karya Al-Allamah Muwaffaquddin
Abdul Lathif Al-Baghdadi (hal. 129-136)

[4]. Lihat bahasan ini dalam Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah oleh Dr Muhammad
Musa Nashr.

[5]. Bekam : Mengeluarkan darah kotor dari kepala, badan, dan anggota tubuh lainnya dengan alat
bekam.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


[6]. HR Abu Dawud no. 3857 dan Ibnu Majah no. 3476, Al-Hakim IV/410, Ahmad II/342 dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, lihat Shahiih Ibni Majah II/259 no 2800 dan Silsilah Al-Ahaadiits Ash-
Shahiihah no. 760

[7]. HR Ahmad V/9,15,19, Al-Hakim IV/208 dari Samurah Radhiyallahu anhu. Lihat Shahiih Al-
Jaamiish Shaghiir no. 3323, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 1053.

[8]. HR Ibnu Majah no. 3477, Shahiih Ibni Majah II/259 no. 2801, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah
no. 2263

[9]. HR At-Tirmidzi no. 2052, Shahiih Sunan At-Tirmidizi II/204 no. 1672

[10]. HR. Abu Dawud no. 3861 Al-Hakim, Al-Baihaqi IX/340 Dari Abu hurairah Radhiyallahu anhu.
Lihat Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no 622

[11]. Shahiih Sunan At-Tirmdizi II/204 no. 1674

[12]. HR Ibnu Majah no. 3487, Shahiih Ibn Majah II/261, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah no. 766

[13]. HR Muslim IV/1922 no. 2473 dan matan yang terdapat dalam kurung adalah menurut riwayat
Al-Bazaar, Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani, dan sanadnya Shahih. Lihat Majmauz Zawaaid III/286

[14]. HR Ahmad III/357, 372, Ibnu Majah no. 3062 dan lainya dari Jabir bin Abdillah Radhiyalahu
anhu, lihat Shahiih Ibni majah II/183 dan Irwaaul Ghalil no. 1123

[15]. HR At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi V/202, lihat Shahiih At-Tirmidzi I/284, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-
Shahiihah no. 883. Dan juga Zaadul Maaad IV/392

*16+. Zaadul Maaad IV/393 dan 178

KAIDAH-KAIDAH TIBBUN NABAWI

Allah menciptakan makhlukNya agar beribadah serta tunduk kepadaNya, Allah menciptakannya
terdiri dari ruh dan jasad. Allah menurunkan untuk mereka hukum-hukum sayari, dan beban-beban
ibadah yang bisa memelihara badan dan ruh mereka. Allah juga telah mengeluarkan untuk mereka
makanan-makanan yang baik, agar kesehatan badan mereka tetap terjaga, Allah berfirman.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu
menyembah *Al-Baqarah : 172]

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Maka makanan yang baik itu adalah makanan yang bermanfaat. Sedangkan sesuatu yang kotor dan
najis adalah racun yang membunuh. Oleh karena itu, Allah menhalalkan untuk manusia makanan
yang baik dan mengharamkan khabaits (segala yang buruk). Allah berfirman.

Artinya : Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk *Al-Araf : 157+

Dan ini termasuk diantara tujuan yang terbesar diutusnya Rasulullah.

Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling menginginkan kebaikan
dan Rasul yang paling sayang kepada makhluk Allah khsusnya kepada uamatnya- sebagaimana
Allah jelaskan tentang beliau, (dalam firmanNya).

Artinya : Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin *At-Taubah : 128]

Beliau tidak meninggalkan satu kebaikanpun, kecuali telah beliau tunjukkan kepada umatnya. Dan
tidak membiarkan satu kejelekanpun, kecuali telah beliau peringatkan dan beliau larang.

Termasuk dalam masalah ini, yaitu anjuran beliau kepada umat ini dengan sesuatu yang bisa
menjaga kesehatan mereka dan mencegah hal-hal yang bisa menimbulkan penyakit pada badan dan
ruh. (Juga) larangan beliau dari setiap yang membahayakan dan menghindari mudarat sebelum
terjadi. Inilah yang dinamakan dengan tibbun nabawi al-wiqai (tindakan Nabi yang bersifat
preventif), yang banyak terdapat dalam Sunnah dan bahkan dianjurkan oleh Al-Quran. Dan engkau
dapat menyimpulkan, bahwa kaidah-kaidah menjaga kesehatan yang dijelaskan oleh Al-Quran dan
Al-Hadits dapat dibagi menjadi tiga.

Pertama : Menjaga Kesehatan

Allah mengisyaratkan dalam firmanNya :Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain *Al-Baqarah : 184]

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Imam Ibnu Qayyim mengatakan : Dalam ayat ini, Allah membolehkan berbuka bagi orang yang
sakit, karena alasan sakitnya. Dan bagi orang yang bersafar karena berkumpulnya kesusahan-
kesusahan yang akan menyebabkan lemahnya badan, sehingga Allah membolehkan orang yang
bersafar untuk berbuka, untuk memelihara kekuatan mereka dari hal-hal yang bisa
melemahkannya.

Kedua :Menjaga Diri Dari Hal-Hal Yang Membahayakan

Kaidah ini telah diisyaratkan Allah Subhanahu wa Taala dalam firmanNya : Dan jika kamu sakit atau
sedang dalam perjalanan (safar) atau kembali dari tempat buang air atau kamu lelah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci) *An-Nisa : 43]

Dalam ayat ini Allah membolehkan orang yang sakit untuk menggunakan debu yang suci dan tidak
menggunakan air, demi menjaga badan dari hal-hal yang bisa membahayakannya. Disini juga
terdapat peringatan agar menjaga diri dari setiap hal yang membahayakan, baik dari dalam maupun
dari luar.

Ketiga : Membuang Zat-Zat Yang Rusak

Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya : Jika ada diantara kamu yang sakit atau
ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajib atasnya berfidyah, yaitu berpuasa, atau
bersedekah atau berkorban *Al-Baqarah : 196]

Dalam ayat ini Allah membolehkan bagi orang yang sakit atau yang ada gangguan di kepalanya,
seperti : kutu, atau rasa gatal, atau yang lainnya; maka boleh baginya memotong rambut walaupun
dalam keadaan ihram, untuk menyingkirkan zat-zat yang menyebabkan penyakit di kepalanya

Bertolak dari sini juga, banyak hadits-hadits shahih yang penuh berisi wasiat agar berbekam. Bahkan
ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam miraj, beliau diperintahkan oleh para malaikat untuk
berhijamah (berbekam) sebagaimana sabda beliau.

:Artinya : Tidaklah aku melewati satu malaikat dari malaikat-malaikat kecuali mereka mengatakan: ,
Wahai Muhammad perintahkanlah umatmu untuk berbekam *Hadits Riwayat Ibnu Majah+

Bahkan juga bersabda.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Artinya : Apabila obat itu ada pada sesuatu, maka pada tiga hal : goresan orang yang berbekam,
jilatan madu, dank ay (besi yang dipanaskan), dan aku dilarang dari kai

Jadi, menahan zat-zat yang rusak di dalam badan menjadi sebab utama timbulnya penyakit-penyakit
ganas. Para dokter dan ulama menyebutkan seperti Ibnul Qayyim dan yang lainnya- bahwa ada
sepuluh hal, yang jika ditahan bisa menimbulkan penyakit ganas. Yaitu : darah apabila tekanannya
naik, mani jika telah memuncak (tidak tersalurkan) [1], air kencing, berak, kentut, muntah, bersin,
mengantuk, lapar dan haus. Masing-masing dari sepuluh macam ini, apabila ditahan akan
mengakibatkan penyakit sesuai dengan kadarnya.

Penyakit yang dijelaskan oleh Al-Quran ada dua macam.

Pertama : Penyakit hati

Kedua : Penyakit badan

Penyakit hati dibagi menjadi dua : Yaitu penyakit syubhat dan ragu-ragu, serta penyakit syahwat dan
dosa.

Penyakit syubhat dan ragu-ragu, telah dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya.

Artinya : Di dalam hati mereka terdapat penyakit, maka Allah menambah penyakit tersebut *Al-
Baqarah : 10]

Dan juga firmanNya.

Artinya : Dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir
(mengatakan) : Apakah yang dikehendaki Allah dengan (menjadikan) bilangan ini sebagai
perumpamaan? *Al-Muddtastsir : 31]

Dan juga firmanNya.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Artinya : Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit ; atau
(karena) mereka ragu-ragu? *An-Nur : 50]

Dan bentuk penaykit ini lebih ganas dan lebih berbahaya, yaitu penyakit syahwat dan dosa, Allah
telah mengisyaratkan penyakit yang kedua ini dalam firmanNya.

Artinya : Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya *Al-Ahzab : 32]

Maksud penyakit disini adalah penyakit syahwat zina.

Sedangkan mengenai penyakit badan, Allah menyebutkan dalam kitabNya dengan firmanNya.

Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi orang yang pincang, tidak pula bagi
orang yang sakit *An-Nur : 61]

Penyakit badan ini ada dua.

Pertama : Yang bersifat fitrah, seperti rasa lapar haus dan lelah.

Kedua : Yang membutuhkan pikiran, penelitian, pengalaman dan percobaan.

Demikian itulah pengobatan untuk umat manusia seluruhnya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah
datang dengan membawa pengobatan terhadap (penyakit) ruh ataupun badan. Beliau
memerintahkan umatnya dengan hal-hal yang bisa menjaga kesehatan badannya dan kekuatannya.
Karena keselamatan agamanya terdapat pada kesehatan badannya. Inilah makna sabda Rasulullah.

Artinya : Mukmin yang kuat lebih baik dan labih dicintai Allah dibandingkan dengan mukmin yang
lemah, dan pada masing-masing keduanya terdapat kebaikan *Hadits Riwayat Muslim+

Dan juga sabdanya.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Artinya : Berobatlah, wahai hamba Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu
penyakit, kecuali Allah turunkan (juga) obatnya, kecuali penyakit tua.

Jadi, sehat merupakan nikmat yang besar dari Allah yang wajib dijaga. Karena, kesehatan itu akan
membantu seseorang melaksanakan ketaatan kepada Allah. Disebutkan di dalam hadits yang shahih.

Artinya : Ada dua nikmat, banyak orang tertipu pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan luang
waktu *Hadits Riwayat Bukhari]

Kesehatan adalah nikmat pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban tentangnya. Dikatakan
kepada seorang hamba.

Artinya : Bukankah Aku sehatkan badanmu, dan Aku beri kamu minum dengan air yang dingin.

Maka barangsiapa yang mendapatkan kesehatan, ssungguhnya ia telah mendapatkan kebaikan yang
besar dan bagian yang banyak. Rasulullah bersabda.

Artinya : Barangsiapa yang mendapatkan rasa aman pada dirinya pada waktu pagi hari, sehat
badanya, (berarti) ia memiliki makanan pada hari itu, seolah-olah dunia dikumpulkan untuknya.

Oleh karena itu, kesehatan merupakan kerajaan yang tersembunyi, mahkota bagi orang-orang yang
sehat, yang tidak dapat dilihat, kecuali oleh orang yang sakit.

Semoga dengan kemurahan dan kedermawananNya Allah melindungi kita dan semua kaum
muslimin dari segala penyakity. Alhamdulillah atas segala nikmatNya, baik yang nampak maupun
yang tidak nampak.

Sumber :

Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr

__________

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung


Catatan Kaki

[1]. Maksudnya yang sudah berkemampuan hendaklah segera meniikah (-pent)

Taqabbal dawana ya Mujibas sailin. Wallahu taala alam bish-shawab.

Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila aqwamit thariq.

Sumber :

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung

Hak Cipta...!

Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Kaum Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Catatan Dari
Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung Ini dan mencantumkan semua sumbernya tanpa
diedit.

Jika Antum menyalahin peraturan ini siap dituntut secara hukum.

Thibbun Nabawiyah Asy-Syifaa'u Cabang Bandung

Anda mungkin juga menyukai