Anda di halaman 1dari 2

“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” sampai hari ini !

Ribuan guru honorer mendesak pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan mereka.


Keinginan mereka itu mereka ungkapkan melalui aksi unjuk rasa yang dilangsungkan di depan
istana merdeka, Jakarta, Rabu pada tanggal 10/2/2016 (Harianjogja.com). Hal ini menjadi salah
satu contoh bahwa masih banyak keresahan hati “Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” di Negeri
Ibu Pertiwi, namun mari sejenak kita tinggalkan tentang contoh kasus diatas dan lebih memahami
makna kata Guru sebenarnya.

Makna Guru

Kata Guru dalam bahasa sanskerta secara etimologi berasal dari dua suku kata yaitu Gu artinya
darkness dan Ru artinya light (Wikipedia encyclopedia). Sangat menarik ternyata kata Guru
tersusun dari dua suku kata yang bermakna berlawanan yaitu gelap versus
terang/bercahaya/bersinar, kemuraman versus keceriaan/kemahardikaan. Secara harafiah guru
atau pendidik adalah orang yang menunjukkan “cahaya terang” atau pengetahuan dan
memusnahkan kebodohan atau kegelapan.

Manusia secara alamiah pada mulanya adalah “gu” yaitu tidak berpengetahuan atau gelap. Dalam
posisi ini sering disebut masih belum memiliki arah atau orientasi. Setelah menjalani pendidikan
ia akan menjadi “ru” atau terang, bercahaya, bersinar, ringan karena disinari oleh pengetahuan
yang dimilikinya. Menurut Sudira (2012:2) Proses transformasi dari “gu” ke “ru” atau gelap
(awidya) menuju terang (widya) berjalan secara terus menerus tanpa henti sebagai proses long life
education. Widya dalam hal ini dapat juga berarti pengetahuan. salah satu tugas guru adalah
mendidik

Tugas Guru

Pasal 20 UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen menandaskan, dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban: (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (b)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan
tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan para siswa. Sehinga melihat kedua pendapat diatas dapat disimpulkan
menjadi guru bukanlah hal yang mudah, guru harus memiliki memiliki pengetahuan yang cukup
tentang bidang yang ditekuninya, mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan yang terpenting
mempunyai jiwa ikhlas Mengabdi untuk dunia Pendidikan di Indonesia.

Semangat Mendidik Para Guru di Indonesia

“Ada banyak hal, dari pendidikan guru yang tidak memadai, sistem rekrutmen dan distribusi yang
tidak sesuai bahkan masalah kesejahteraan juga masih ada,” kata Sulistiyo saat jumpa pers di
Kantor PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin pada tanggal 26/11/2012 (Kompas.com).
Kutipan diatas merupakan contoh masalah yang dihadapi para guru di Indonesia, namun di balik
itu semua kita harus selalu mengapresiasi semangat para guru dalam mendidik dan memajukan
dunia pendidikan di Indonesia. Guru merupakan salah satu komponen penting untuk menunjang
mutu pendidikan suatu bangga selain ditopang oleh faktor pendukung seperti kurikulum, sarana
prasarana, lingkungan sekolah dan siswa itu sendiri.

Kita akan selalu menemukan sosok guru seperti Oemar Bakri atau Bu Muslimah dalam Film
Laskar Pelangi serta masih banyak guru lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang
mengabdikan dirinya untuk mendidik tanpa mengharap penghasilan yang besar atau pujian dari
orang lain sehingga tidak berlebihan apabila “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” tetap layak
disematkan bagi guru-guru yang luar biasa.

Mengingat kata-kata dari kutipan Film Negeri 5 Menara yang menyatakan bahwa, orang yang
hebat itu bukanlah politisi atau pejabat-pejabat tinggi melainkan mereka, guru yang mengabdikan
diri mereka untuk mengajar anak-anak di bawah kolong jembatan dan daerah-daerah pelosok
negeri. Itulah orang hebat yang hakiki.

Banyak di luar sana guru-guru yang mengajar di pelosok daerah terpencil dan tertinggal yang
“sinyal” pun berfikir ulang untuk masuk ke daerah sana namun mereka, para guru luar biasa
selalu mengabdikan dirinya untuk terus berjuang memajukan dunia pendidikan Indonesia.

Semoga baik guru honorer atau yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) selalu semangat
dalam memajukan dunia pendidikan di Negeri Ibu Pertiwi. Tanpa lelah dan tanpa pamrih serta
ikhlas mengabdi. Terima kasih karena selalu yakin bahwa Dunia Pendidikan di Indonesia akan
jauh lebih baik daripada hari ini dan itu takkan terjadi tanpa kalian “ pahlawan tanpa tanda jasa”.

Anda mungkin juga menyukai