Anda di halaman 1dari 19

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah membangun tenaga pendidik yang berkarakter
tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini.
Seiring dengan selesainya tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada
terkira kepada semua pihak yang telah mendukung penulis untuk segera
menyelesaikan tulisan ini, yang berjudul "membangun tenaga pendidik yang
berkarakter kepada bu rah kasirah selaku dosen mata kuliah Profesi Pendidikan,
serta teman-teman dan semua pihak yang terlibat.
Penulis menyadari bahawa makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan yang ditimbulkan. Maka diharapkan kritik dan saran bagi
para pembaca, demi terselesaikannya tulisan yang semakin baik dimasa mendatang.
Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca serta
memperoleh amalan dalam mengaplikasikan isi dari tulisan ini. Semoga Bermanfaat.

Jakarta, Juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

ndonesia merupakan Negara yang memiliki banyak tenaga pendidik, indoneia
memiliki sedikit sekali tenaga pendidik yang berkarakter dan berkualitas. Pendidik di
ndonesia lebih mengedepankan akademik dari pada moral yang luhur. Walaupun
akademik pun penting dalam dunia pendidikan tetapi apabila akademik dibarengi
dengan moral luhur maka karakter siswa didik tidak akan berkualitas.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya
melalui Depdiknas terus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan
system pendidikan. Lahirnya Undang- Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen dan peraturan Pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk
menata dan memperbaiki mutu pendidika ndonesia. Michael G. Fullan mengemukakan
" educational change depends on what teacher do and think .." Sangat bergantung
pada " what teachers do and think " atau dengan kata lain bergantung pada
penguasaan kompetensi pendidik.
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi pendidik saat ini agaknya masih
beragam. Salah satu cirri krisis pendidikan di ndonesia adalah pendidik belum mampu
menunjukkan kinerja yang memadai. Hal ini menunjukkanbahwa kinerja pendidik belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena
itu perlu adanya upaya yang kemprehensif guna meningkatkan kompetensi pendidik.
Pendidik merupakan komponen vital dan fundamental dalam proses pendidikan yang
mengedepankan proses pematangan kejiwaan, pola piker dan pembentukan serta
pengembangan karakter untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Keberadaan dan
peran pendidik dalam proses pembelajaran tidak dapat digantikan oleh siapapun dan
apapun.
Pendidik yang handal, professional dan berdaya saing tinggi, serta memiliki
karakter merupakan modalbesar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang
mampu mencetak sumber daya manusia, yang demikianlah yang sebenarnya
diperlukan oleh bangsa ndonesia untuk dapat bersaing dengan Negara- Negara lain
dan dapat berperan serta aktif dalam perkembangan dunia di era global dan bebas
tanpa batas.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menjadi pendidik yang berkarakter ?
Bagaiman tata cara pengajaran yang baik dan benar ?
Bagaiman strategi menciptakan pendidik yang berkarater ?
Bagaimana perlunya menjadi tenaga pendidik yang berkarakter ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana menjadi pendidik yang berkarakter
2. Memahami tata cara pengajaran yang baik dan benar
3. Mengetahui strategi menciptakan pendidik yang berkarakter
4. Mengetahui perlunya menjadi tenaga pendidik yang berkarakter
BAB II

PEMBAHASAN
Guru adalah profesi yang mulia, mendidik dan mengajarkan pengalaman baru bagi
anak didiknya. Apa yang membuat guru di katakana hebat? Kualitas apa yang
diharapkan pada diri seorang guru menurut orang tua dan siswa? Berikut adalah
beberapa tips bagaimana menjadi guru berkarakter yang hebat.
O Cintailah anak, cinta yang tulus kepada anak adalah modal awal mendidik anak.
Guru menerima anak didiknya apa adanya, mencintainya tanpa syarat dan
mendorong anak untuk melakukan yang terbaik pada dirinya. Penampilan yang
penuh cinta adalah dengan senyum, sering tanpak bahagia dan menyenangkan
dan pandangan hidupnya positif.
O 078ahabat d0ngan anak dan jadilah tauladan, guru (digugu dan ditiru),
sebelum ilmu ambilah akhlakmu. Rosulullah SAW bersahabat dengan anak-anak
tanpa ada rasa kikuk lebih-lebih angkuh. Anak senantiasa mengamati perilaku
gurunya dalam setiap kesempatan.
O Cintailah p0k07jaan anda, guru yang mencintai pekerjaannya akan senantiasa
bersemangat. Setiap tahun ajaran baru adalah dimulainya satu kebahagiaan dan
satu tantangan baru. Guru yang hebat tidak akan merasa bosan dan terbebani.
Guru yang hebat akan mencintai anak didiknya satu persatu, memahami
kemampuan akademisnya, kepribadiannya, kebiasannya dan kebiasaan
belajarnya
O uw08 dan mudah b07dapta8i d0ngan p07ubahan, terbuka dengan teknik
mengajat baru, membuang rasa sombong dan selalu mencari ilmu. Masuk ke
kelas dengan pikiran terbuka dan tidak ragu mengevaluasi gaya mengajarnya
sendiri, serta siap berubah jika diaperlukan.
O %idak p07nah b07h0nti b0laja7
Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada
etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar),cepat (produktif), tepat
(efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan
prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif.
Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi,
pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri.
Membangun tenaga pendidik yang berkarakter
1. Pendidik yang berkarakter
Pendidik yang berkarakter bukan semata- mata pendidik yang secara fisik memiliki
badan atau tubuh yang kuat da pandai. Lebih dari itu yang dimaksud dengan
berkarakter adalah disamping fisik yang kuat, pendidik harus memiliki kepribadian yang
utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi luhur, bermoral baik, penuh tanggung
jawab, dan memiliki jiwa keteladanan dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk
berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya
melalui tugas- tugas yang diembannya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-
upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka keluar ( out of track ) dari jalan
dan perjuangan yang benar.
Dalam situasi dan kondisi bangsa yang masih dilanda krisis multidimensi yang
berkepanjangan dan masih diselimuti ketidakpastian berbagai aspek kehidupan,
eksistensi pendidikan merupakan penyejuk dan sekaligus pemberi harapan terhadap
kecerahan masa depan bangsa. Melalui pendidikan inilah semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara diharapkan dapat berevolusi sesuai peran dan fungsi
masing- masing secara sinergis menuju tercapainya tujuan nasional. Oleh karena itu,
keberadaan dan kehadiran pendidik sebagai key actor in the learning process, yang
professional serta memiliki karakter merupakan suatu kebutuhan. Character Building di
kalangan pendidik sejak beberapa decade terakhir ini telah menjadi perhatian yang
serius berbagai bangsa di dunia, tak terkecuali ndonesia. Karena melalui pendidik yang
berkarakter ini akan tercipta SDM yang merupakan pencerminan bangsa yang
berkarakter kuat dan cerdas serta bermoral luhur. Hanya dengan SDM yang
demikianlah tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berlangsung
dengan wajar dan natural, karena baik pemimpin maupun yang dipimpin memiliki
komitmen maupun moral yang baik untuk bersama- sama membangun tatanan
kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Dengan SDM yang berkarakter kuat dan
cerdas ini diharapkan korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ) akan berangsur- angsur
terkikis.
Alasan dan pertimbangan inilah yang mendasari perlunya suatu Character Building
tidak saja bagi ndonesia, tetapi Negara- Negara di dunia lainnya baik Negara- Negara
maju maupun yang sedang berkembang. Peterson dan Martin ( 2004 ) mengemukakan
pembentukan karakter merupakan bagian penting dalam proses pendidikan dan
pembelajaran bangsa. Lebih lanjut mereka menyatakan secara tegas bahwa " Good
character are crucial for the country ".
Jika dicermati, character Building pada umumnya dimulai atau dilakukan melalui
sektor pendidikan, karena melalui pendidikan pembangunan karakter mulai
dilaksanakan. Stiles ( 1998 ) menyatakan bahwa pembangunan karakter tidak dapat
dilakukan dengan serta merta tanpa upaya sistematis dan terprogram sejak dini. Jika
ingin berhasil, lakukanlah sejak dini ( dari siswa ), karena pada dasarnya siswa- siswa
inilah yang akan menjadi penerus bangsa. Jika pembangunan karakter dilakukan
melalui pendidikan dan siswa menjadi salah satu sasaran utama, bagaimana dengan
kesiapan pendidiknya ?
Sejak tiga dasawarsa terakhir ini, ketika semua stakeholder dan masyarakat risau
terhadap kualitas pendidikan dinegeri ini, berbagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan akademik siswa Nampak menjadi prioritas. Kecenderungan untuk memacu
agar siswa memiliki kemampuan akademis dan penguasaan ilmu pengetahuan tak
dapat dihindarkan. Sekolah dan masyarakat merasa bangga jika siswa atau anak
anak mereka memiliki nilai akademik yang tinggi. Bahkan untuk mencapai nilai yang
tinggi tidak jarang orang tua ( yang mampu ) mengirim anak- anak mereka untuk
mengikuti pendidikan non formal seperti kursus maupun les privat. Hal ini tidak salah,
namun yang menjadi masalah adalah dengan keinginan untuk memperoleh nilai
akademik yang tinggi, masalah non akademik terutama pembentukan karakter,
kepribadian, sikap, etos kerja, nasionalisme dan sejenisnya ( termasuk soft skill )
seringkali terabaikan. Sehingga para lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak
memiliki karakter kuat dan cerdas.
Karakter pendidik
Pendidik harus memiliki karakteristik atau sifat- sifat khas yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas mendidik, yaitu :
a. Kematangan diri yang stabil : memahami diri, mencintai diri secara wajar, dan
memiliki nbilai- nilia kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai- nilai itu,
sehingga ia bertanggung jawab atas hidupnya.
b. Kematangan social yang stabil : mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
masyarakatnya dan kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
c. Kematangan professional ( kemampuan mendidik ) : menaruh perhatian dan
sikap cinta terhadap anak didik mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam
menggunakan cara- cara mendidik.
Tanggung jawab pendidik
Pendidik yang bertanggung jawab memiliki sifat- sifat yaitu :
1. Taqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa
2. Mau memikul tugas mendidik secara bebas, berani gembira ( tugas
bukanmenjadi beban baginya )
3. Menerima dan mematuhi norma dan nilai- nilai kemanusiaan
4. Sadar akan nilai- nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat- akibat
yang timbul ( kata hati )
5. Menghargai orang lain, termasuk anak didik
6. Bijaksana dan hati- hati

Guru adaIah seorang pendidik
Sebagai seorang pendidik di sekolah atau sering disebut dengan guru selain
memiliki sifat pendidik secara umum yang lebih bersifat persyaratan pribadi, guru pun
perlu memiliki persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi ( kemampuan
professional ) dari guru tersebut.
Kemampuan professional yang dimiliki oleh guru akan menentukan kualitas / mutu
dari profesi guru tersebut. Dalam studi Basic EducationQuality ditemukan bahwa guru
yang bermutu ditentukan oleh empat factor :
1. Kemampuan professional
2. Upaya professional
3. Waktu yang tercurah untuk kegiatan professional
4. Akuntabilitas
Pertama, kemampuan professional adalah intelegensi, sikap dan prestasi di
bidang pekerjaannya. Untuk mencapai kemampuan professional seorang guru tidak
cukup mengantungi ijazah tetapi kemampuan belajar seumur hidup untuk memperkaya
kemampuannya.
Kedua, upaya professional seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan
professional ke dalam tindakan pendidik dan pengajar secara berhasil. Ketiga , waktu
yang dicurahkan untuk kegiatan professional adalah intensitas waktu dari seorang guru
yang dikonsentrasikan untuk tugas mengajar. Keempat, guru bisa dikatakan
professional jika pekerjaannya itu dapat menjamin kehidupan mereka. Pendapatan
seorang professional ditentukan oleh kemampuan dan prestasi mereka.
Hanya sebagian kecil status professional guru itu ditentukan oleh pendidikan guru,
yaitu sebagian kriteria pertama. Sebagian besar justru ditentukan oleh dirinya sendiri
dalam belajar dan berkarya untuk memuaskan klien. Sebagian dipengaruhi oleh sistem
pembinaan guru sebagian jabatan professional seperti pengupahan dan akuntabilitas.
Karakter pendidik yang juga merupakan produk atau lulusan lembaga pendidikan
akhir ini juga sering dipertanyakan. Jika dicermati secara mendalam pendidik yang
memiliki karakter tidak banyak jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :
1. System pendidikan yang mereka terima ketika masih bangku sekolah / kuliah tidak
jelas arah dan pelaksanaannya, berbeda dengan sekolah zaman dahulu yang
tegas mengangkat masalah pembentukan karakter sebagai bagian integral dari
proses pendidikan, sehingga kita dapat mengenali apakah seseorang berprofesi
sebagai pendidik ( guru ) atau tidak
2. System evalusi pendidikan yang lebih banyak menekankan pada aspek akademik
dan kurang memperhatikan aspek- aspek pembentukan karakter
3. Kehidupan bermasyarakat dan berpolitik hamper tidak mendukung terciptanya
pembentukan karakter pada pendidik, sebaliknya praktek- praktek yang terjadi
banyak yang tidak mencerminkan pembentukan karakter, praktek KKN, kekerasan
dan pembunuhan mengedepankan kepentingan sendiri atau kelompok dari pada
kepentingan Negara, menghasut dan menghujat merupakan con toh praktek yang
tidak mendidik dan menghambat upaya pembentukan karakter yang kuat dan
cerdas.
Strategi membangun pendidik yang berkaraker
Menurut Thomas ( 2006) bahwa determining strategy or the way in which character
building can be implemented is not easy we need a seriously think about it.
Ditinjau dari prosesnya, strategi pembentukan karakter pendidik dapat dilakukan
melalui dua cara aitu pre- service dan in- service. Startegi pertama yaitu pre- service,
merupakan strategi formal yang dilakukan pada saat calon pendidik mengikuti prose
pendidikan.
Kurikulum dan materi kuliah perlu ditinjau dan dikaji ulang secara periodic untuk
meyakinkan apakah character building sudah tercakup secara memadai, termasuk
bagaimana melaksanakanya.
Sedangkan strategi kedua yaitu in- service merupakan program tindak lanjut dari
strategi yang pertama, yang dilakukan saat lulusan telah menjadi pendidik. Prinsip once
for all dan all in one sangat tidak cocok dalam upaya membangun karakter. Upaya
pembentukan karakter harus dilakukan secara periodic dan berkesinambungan, dan
tidak hanya dilakukan sekali.
Selain kedua strategi pembentukan karakter yang lebih menekankan pada pendidik,
perlu pula dilakukan strategi dari luar pendidik yaitu mengurangi praktek- praktek yang
justru kontraproduktif dalam upaya pembentukan karakter yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan berpoitik yang ditunjukkan oleh politisi, pemimpin Negara, anggota
parlemen dan masyarakat sendiri. Pendidikan / pembentukan karakter perlu dilakukan
pula kepada seluruh stakeholder bangsa sebagai wujud pengejawantahan
pembentukan secara menyeluruh dan terpadu, tidak hanya melalui pendidik tetapi juga
melalui masyarakat dan pemimpin bangsa.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang efektifitas startegi pendidik
yang berkarakter, antara lain:
!re Service :
a. Pengintegrasian character building ke dalam kurikulum
b. mplementasi character building dalam proses pembelajaran
c. Panjabaran character building dalam pemberian contoh dan keteladanan
d. Penerapan character building dalam kehidupan sehari- hari
e. Penekanan character building sebagai bagian aspek dan proses penilaian
f. Pengintegrasian character building dalam kegiatan ekstra kurikuler
g. Pemanfaatan media komunikasi untuk menunjang character building
In service
a. Pelatihan / training tentang pembentukan karakter
b. Seminar dan workshop membangun pendidik yang berkarakter
c. Penyelenggaraan outbond untuk membangun pendidik yang berkarakter
d. Sertifikasi guru
e. Upaya- upaya lain

Selain upaya- upaya yang dilakukan melalui preservice dan in- service perlu
dilakukan upaya- upaya pembentukan karakter pendidk secara tidak langsung melalui
upaya membengun karakter melalui masyarakat, politisi, pemimpin bangsa dan semua
stakeholder terkait. Upaya ini merupakan upaya membangun pendidikan yang
berkarakter dari luar pendidik, sedangkan upaya upaya yang dilakukan melalui pre-
service dan in service merupakan upaya yang dilakukan dari dalam calon pendidik.
Bambang Q-Anees dan Adang Hambali dalam bukunya, menyebutkan bahwa
pendidikan karakter berdiri di atas dua pijakan. !ertama, keyakinan bahwa pada diri
manusia telah terdapat benih-benih karakter dan alat pertimbangan untuk menentukan
tindakan kebaikan. Namun seperti sebuah benih, ia belum menjadi apa-apa, ia harus
dibantu untuk ditumbuh-kembangkan. Kedua, pendidikan berlangsung sebagai upaya
pengenalan kembali sekaligus mengafirmasi apa yang sudah dikenal dalam aktualisasi
tertentu (Suharno, 2009). Lebih lanjut, mengutip Thomas Lickona dalam Pendidikan
Karakter Berbasis al-Qur'an, Bambang Q-Anees dan Adang Hambali menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang
melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang,
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain,
kerja keras, dan sebagainya.
Dengan demikian, untuk menyukseskan "proyek pendidikan karakter, maka tugas
guru tidak lagi ringan. Adalah benar jika saat ini guru dinamakan sebagai profesi.
Artinya, guru merupakan orang pilihan bukan orang "buangan. Tidak semua orang
bisa jadi guru. Harus melewati beberapa tahapan "penting sehingga orang tersebut
dapat lulus seleksi menjadi guru. Dalam praktiknya, pada saat menjalankan fungsinya,
guru dapat memiliki bermacam-macam tugas, seperti mengajar matematika, fisika,
bahasa nggris, pendidikan agama slam, kesenian, komputer, dan sebagainya. Di sisi
lain, guru juga memilki tugas sebagai wali kelas, pembimbing kegiatan ekstrakurikuler.
Bahkan, ada juga guru yang merangkap jabatan struktural, seperti kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah.
Namun, yang perlu diingat adalah tugas-tugas guru di atas seharusnya tidak hanya
dipandang sebagai formalitas-birokrasi saja, melainkan guru harus menyadari di balik
itu semua menyimpan misi pendidikan karakter yang nyata. Model perilaku dan sikap
yang dimiliki guru dalam menjalankan tugas-tugas di atas, secara langsung akan
berdampak pada pembentukan karakter siswanya. Sekali lagi, memang tugas guru
tidak ringan, apalagi jika seorang guru tersebut menyandang sebagai pendidik yang
berkarakter!
Ada perbedaan nuansa antara konsep guru sebagai pengajar dan pendidik. Dalam
kata pendidik, guru berperan lebih sebagai model bagi pembentuk karakter. Kehadiran,
sikap, pemikiran, nilai-nilai, keprihatinan, komitmen, dan visi yang dimilikinya
merupakan dimensi penting yang secara tidak langsung mengajarkan nilai yang
membentuk karakter siswa. Apapun fungsi dan jabatan guru di dalam sekolah, mereka
tidak dapat menanggalkan keberadaan diri mereka sebagai pendidik karakter.
(Koesoema, 2009:136).
Lebih lanjut Koesoema (2009:137) mengingatkan bahwa pendidikan karakter
bukanlah sebuah program pendidikan yang menawarkan keajaiban, yang mampu
membuat siswa mendadak menjadi malaikat! Pendidikan karakter justru lebih terbentuk
ketika guru bersama-sama dengan siswa dan anggota komunitas sekolah berjuang
jatuh bangun untuk menghayati visi dan merealisasikan nilai-nilai pendidikan dalam
hidup mereka secara bersama-sama.
%idak ada di dunia ini yang tidak berubah. !erubahan mesti terjadi atas kehendak
Yang Mahakuasa. Guru adalah pelaku perubahan. Dan, guru memiliki peranan utama
sebagai pendidik karakter. Sebagai pendidik karakter, guru wajib membekali para siswa
dengan nilai-nilai kehidupan yang positif dan berguna bagi masa hidup siswa saat ini
dan masa mendatang. Guru yang baik akan membawa perubahan terhadap para siswa
menuju ke arah yang lebih baik, membuat siswa menjadi cerdas, membuat siswa
mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan yang
terpenting dapat membangun karakter positif.





BAB III

PENUTUP

1. KesimpuIan
Sebagai seorang pendidik di sekolah atau sering disebut dengan guru selain
memiliki sifat pendidik secara umum yang lebih bersifat persyaratan pribadi, guru
pun perlu memiliki persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi ( kemampuan
professional ) dari guru tersebut.
Pendidik harus memiliki karakteristik atau sifat- sifat khas yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas mendidik, yaitu :
a. Kematangan diri yang stabil : memahami diri, mencintai diri secara wajar, dan
memiliki nbilai- nilia kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai- nilai
itu, sehingga ia bertanggung jawab atas hidupnya.
b. Kematangan social yang stabil : mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang masyarakatnya dan kecakapan membina kerjasama dengan orang
lain.
c. Kematangan professional ( kemampuan mendidik ) : menaruh perhatian dan
sikap cinta terhadap anak didik mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam
menggunakan cara- cara mendidik.

. Saran

1. Pendidik ndonesia seharusnya lebih mementingkan pengajaran moral
terlebih dahulu kepada anak didiknya dari pada akademik
2. Pendidik yang berkarakter seharusnya banyak dimiliki oleh bangsa ndonesia
karena saat ini ndonesia sangat membutuhkan banyak tenaga pendidik
yang berkarakter yaitu memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa,
berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, dsb.














Daftar Pustaka
Peterson and Martin. 2004. Character Strength and Virtus. Selingman: Oxford
Universiti Press
Sara, Thomas. 2006. character building from nside Out.
http: // www.yale.edu/ yunhti/curriculum/units/2009/12/01
Hidayatullah, furqon. Mengantar Pendidik yang Berkarakter. Solo: Universitas sebelas
maret.
Suyanto, dan Asep Jihad. Menjadi Guru yang Profesional: Multi Press














Makalah Profesi Kependidikan

Membangun Tenaga Pendidik yang berkarakter


Nur Baeti Rakhmawati
3415092315
Pendidikan Biologi Reguler 2009

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan Alam
Uiversitas Negeri Jakarta
2011

Anda mungkin juga menyukai