Anda di halaman 1dari 3

50 Persen Perkembangan Intelektual Tumbuh Saat Balita Gizi.

net - 50 Persen Perkembangan Intelektual Tumbuh Saat Balita Perkembangan intelektual terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak, dimulai di bawah lima tahun. Usia empat tahun, seorang anak telah membentuk 50 persen inteligensinya, yang akan dimilikinya setelah dewasa, 30 persen lagi saat anak itu memasuki usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan akhir dasawarsa kedua. Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua, Drs James Modouw, MMT, menegaskan hal itu saat membuka Pelatihan Tenaga Pengelola dan Pendidik Anak Dini Usia (PADU), di Balai Pelatihan Guru (BPG), Kotaraja, Senin (4/8) malam. Kegiatan yang mencanangkan subtema "Melalui Pelatihan Tenaga Pengelola dan Pendidik PADU, Kita Bina Anak Indonesia Menjadi Generasi Sehat, Cerdas dan Ceria" itu diikuti 40 peserta dari seluruh Provinsi Papua, dan berlangsung hingga 7 Agustus. Usia empat tahun, ia menambahkan, disebut juga sebagai golden age. Artinya, pada usia itu, selain diberikan gizi yang cukup dan layanan kesehatan yang baik, rangsangan-rangsangan intelektual spiritual juga diperlukan dalam usia itu. Ia berpendapat, salah satu terobosan untuk anak usia dini yang belum tersentuh pendidikan prasekolah adalah program pendidikan anak usia dini (PADU), yang menekankan pada pendekatan pelayanan secara holistik dan terintegrasi. Program PADU diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak seperti gizi, kesehatan, psikososial dan rangsangan intelektual anak harus juga diperhatikan secara simultan. Keberhasilan program itu tidak lepas dari berbagai pihak, misalnya instansi swasta dan masyarakat. Pentingnya pendidikan dini ditegaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Di dalamnya antara lain dicanangkan bahwa arah kebijakan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia mengacu pada pengembangan SDM sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh, melalui berbagai upaya proaktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa, agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan dukungan dan lindungan sesuai dengan potensi yang ada. "Lembaga-lembaga layanan pengasuh dan pendidikan dini yang saat ini telah ada di tengah masyarakat perlu lebih diberdayakan. Dengan demikian keberadaan sarana dan prasarana layanan pengasuh dan pendidikan dini yang telah ada dapat lebih dioptimalkan lagi pemanfaatannya," ujarnya. Ia mengharapkan semua kalangan bekerja dengan efektif mengingat kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Sesuai dengan jiwa otonomi daerah, pedoman pun hendaknya bersifat fleksibel. Pedoman itu masih sangat terbuka untuk dikembangkan atau disesuaikan berdasarkan kebutuhan, keadaan masyarakat, dan kondisi tiap daerah. (Rob/A-18) Budi, seorang pelajar yang terkalahkan selama enam tahun di Sekolah Dasar. Peringkat pertama di kelas selalu menjadi miliknya selama enam tahun itu. Tetapi, setelah duduk di bangku SMP, peringkat pertama itu terjun bebas ke peringkat 23. Nah, setelah SMA, Budi kembali berjaya dengan prestasi-prestasinya. Apa yang terjadi pada Budi? Beberapa di antara kita mungkin sedang mengalami penurunan prestasi. Tahukah kamu bahwa hal itu sangat wajar? Ya, hal itu merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan kita. Jika prestasi menurun, berarti perkembangan intelektual kita sedang terhambat untuk sementara waktu. Kita lebih cenderung malas belajar dan senang mencoba hal yang baru. Di balik terhambatnya perkembangan intelektual, perkembangan psikologis pasti berkembang pesat. Masa SMP merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja awal. Kita mulai berinteraksi dengan lawan jenis, menyukai lawan jenis, dan pacaran. Sangat berbeda dengan masa anak-anak, ketika kita cenderung bermusuhan dengan lawan jenis. Perhatian kita beralih ke hal-hal seperti itu. Tapi, Budi sangat berlarut-larut dalam perkembangan psikologisnya. Ia menuruti kemalasannya. Budi diharapkan mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. Orang tuanya juga tidak memberitahukannya tentang perkembangan yang terjadi pada diri anaknya sekarang. Sebaiknya, orang tua membicarakan hal ini dengan anaknya. Memberikan pengertian bahwa beliau mengerti apa yang terjadi dengan Budi sekarang dan berharap Budi tidak melulu bermalas-malasan. Kemampun Budi untuk mengontrol diri di sini belum maksimal. Ada lagi, Adi, seorang pelajar yang tak kalah pintar dengan Budi. Ia juga peringkat pertama dari SD hingga SMA.

Perkembangan intelektual Adi tidak terhambat sama sekali. Ia tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat pintar. Tetapi, perkembangan psikologisnya sangat terhambat. Selama masa sekolah, Adi tidak berinteraksi dengan lawan jenis, ia hanya fokus kepada sekolahnya. Akibatnya, saat perkembangan psikologis anak-anak lain sudah mencapai tahap dewasa awal, Adi baru menapaki perkembangan psikologis tahap remaja awal (puberitas). Peran orang tua di sini juga berperan. Orang tua hendaknya memberikan pengarahan kepada Adi agar mulai berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, sesama jenis maupun lawan jenis. Maksudnya bukan nyuruh pacaran loh ya. Tapi, bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Nah, teman-teman bingung ya ingin seperti Budi atau Adi. Jangan bingung, jadilah diri sendiri. Jika teman-teman mulai merasakan penurunan minat belajar dan prestasi, sadarkan dirimu bahwa ini wajar terjadi pada remaja seusiamu. Tetapi, ingatkan dirimu untuk selalu mengontrol diri agar tidak larut dalam perkembangan intelektual yang terhambat. Tetap berprestasi tapi interaksi dengan lingkungan tetap jalan. Bagaimanapun perkembangan intelektual dengan perkembangan psikologis tidak akan pernah berjalan berbarengan. Salah satunya akan terhambat, dan yang satunya lagi akan berkembang. Kamu lah yang akan memanage sendiri tentang perkembanganmu. Beberapa aspek.perkembangan intelektua! pada usia kanak-kanak 1. Perkembangan Kognitif: Tahap Operasi Konkret Piaget Menurut Piaget, kadang-kadang anak usia antara 5.- 7 tahun memasuki tahap operasi konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia sampai kira-kira 11 tahun. 2.Berpikir Opernsionnl Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampn berpikir operasional: mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak yang preoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang obysk dan kejadian-kejadian sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara helajar mereka masih terikat pada pengalaman fisik. Anak-anak yang ada pida tahap operasional konkret lebih baik daripada anak-anak yang preoperasioial dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka. mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang, dan dapat membedakan antara kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi. Karena pada dewasa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan anak-anak pada tahapan operasi konkret lebih bersifat,kritis mereka lebih banyak dapat mempertimbangkan suatu siruasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek, sebagairnana yang mereka lakukan pada preoperasiorial. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagai operas! fisiK dapat diganti. Peningkatan kemapanan mereka untuk mengeni terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih fleksibel. Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada waktu mereka masih muda, cara berpikir merekamasih terikat pada kenyataan atau kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi saja. Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi formal, di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir secara abstrak, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas). 3. Konservasi Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi. Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola dari tanai Mat. Dia setuju bahwa bola tersebut mem.ang sama. Dia mengatakan bahwa substansi konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan, keadaannya tetap tidak berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam konservasi berat, dia juga mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama sekalipun dipanaskan, demikian pula apabila bola tersebut dimasukkan ke dalam air, beratnya akan tetap sama. Anak-anak mengembangkan perbedaan berbagai tipe (bentuk) konservasi dalam waktu yang berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi pada usia 9 atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat; dan pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume. Pada dasarnya ketiga jenis konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anak-anak belum mampu mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi satu tipe (bentuk) kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam luibungan ini kita dapat meliha; bahwa berbagai alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab kondisi tersebut masih tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat mengaplikasikan operasi dasar mental yang sama pada situasi yang berlainan. 4. Bagaimana konservasi dikembangkan Pada umumnya anak-anak bergerr.k dengan melalui tiga tahapan dalam menguasai konservasi sebagaimana dikenukakan di atas. Pada tahap pertama, anak-anak preoperasional gagal mengkonservasi. Mereka memusatkan perhatian pada sntu aspek dalam sitiasi tertentu. Mereka belum mengerti bahwa tempat prnyimpanan bola dapat diisi dengan bola lebih dari satu. Sebab anak-anak pr?operasional tidak mengerti tentnng konsep perubalian, mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa mereka dapat merubah sesuatu, misalnya dengan menggerakkan suatu benda (bola) tanpa inerubah bentuknya. Pada tahap kedua, merupakan trausisional. Anak-anak kembali pada kondisi bahwa kadang-kadang mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya. Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai ha! dan tidak terpaku pada satu aspek saja dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar. panjang, dan tebal akan tetapi mereka gagal mengetahui sebagaimana berbagai dimensi tersebut berhubungan satu sarna lain. Pada tahap ketiga, yaitu tahap terakhir, anak-anak dapat

mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara logis atas jawaban yang mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada perubahan, identitas, atau kompensasi. Jadi anak-annk pada opernsional konkret menunjukkan snatii kualitas konitif lebih lanjut daripada anak-annk preoperasional. Mereka dapat berpikir lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya merupakan persepsi. Piaget menekankan bahwa perkembangan kemampuan anak-anak untuk mengkonservasi akan lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang. Piaget berpendapat bahwa konservasi hanya sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Sekalipun demikian terdapat faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat mempengaruhi konservasi. Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan mampu mencapai tingkat yang lebih dalam hal: IQ, kemampuan verbal dan tidak didominasi oleh ibunya (Almy, Chitenden & Miller,1966; Goldsmid & Bentler, 1968).

Sejak lahir anak memiliki kurang lebih 100 miliar sel otak. Sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberikan makan serta memberikan stimulasi pendidikan. Untuk mendorong perkembangan kecerdasan anak secara optimal, orangtua berperan penting dalam memberikan stimulasi. Karena di usia balita anak banyak menghabiskan waktu di lingkungan keluarga sehingga orangtua harus lebih kreatif memanfaatkan kondisi keseharian sebagai media belajar anak. Menurut konsultan pendidikan anak Irene F Mongkar, salah satu cara untuk merangsang perkembangan intelektual anak adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang. Dalam hal ini orangtua membiarkan anak mengembangkan pengamatannya, karena sejak lahir anak telah mengenal dunianya melalui pancaindranya. Oleh karena itu ciptakan lingkungan yang dapat merangsang pertumbuhan anak, dapat melalui bermacam-macam kontak dan pengalaman orang lain di dalam kegiatannya, ujar Irene saat menjadi pembicara dalam seminar Cara Pintar Menjadikan Anak Pintar, belum lama ini. Selain itu, orangtua juga perlu merangsang kemahiran anak dalam berbahasa yaitu mendorong anaknya mengucapkan kata-kata dengan mengajaknya berbicara dan memujinya bila mengucapkan kata-kata yang benar. Cara lain bisa dengan membacakan dongeng atau buku cerita terkait lingkungan sekitar, sehingga perbendaharaan kata anak semakin meningkat. Jadi ketika si anak telah mahir menggunakan kata-kata, anak akan belajar mengungkapkan perasaan dan keinginannya melalui bahasa, membandingkan, membedakan dan bahkan mengungkapkan pengertian abstrak.

Anda mungkin juga menyukai