Anda di halaman 1dari 4

Notulensi Rapat Divisi Acara

Panitia Natal Kabupaten

Hari, tanggal: Jumat, 19 Okt 18


Pukul: 17.47 WIB

Agenda Rapat:
1. Pembahasan Konsep Acara

Hasil Rapat:
 Latar Belakang Kegiatan
Tema: Wawasan Budaya Nusantara
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Tagline Unity
in Diversity sangat tepat bila disandingkan pada Indonesia. Keberagaman ini
idealnya dapat menjadi modal bagi bangsa untuk mengembangkan potensi.
Keragaman memang indah bila satu dengan yang lain saling menghargai
perbedaan yang ada, namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka
keragaman memiliki potensi konflik dan cenderung menjadi beban daripada
suatu kebaikan. Social conflict sering kali mencuat dalam keragaman yang
dimiliki Bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sikap intoleransi yang
menebal ditandai dengan menurunnya semangat kebersamaan ditengah
masyarakat. Toleransi merupakan sikap yang sangat diperlukan bagi sebuah
bangsa yang memiliki keberagaman dalam berbagai segmentasi seperti
Indonesia.
Masih sangat hangat di benak kita saat dinamika politik dalam negeri
beberapa waktu belakangan hingga waktu-waktu kedepan diwarnai
dengan perbedaan pilihan, yang berujung pada konflik antar umat
beragama, dan hingga kini tentu polarisasi itu masih sangat kentara. Sikap-
sikap berbau intoleransi kini menjadi hal yang lumrah, dan semangat
kebhinekaan yang dibalut dalam nusantara menjadi sesuatu yang mahal
untuk dihadirkan. Fenomena intoleransi akibat perbedaan pilihan politik,
hanya satu dari sekian banyak fenomena intoleransi yang akhir-akhir ini sering
hadir di Indonesia.
Sikap toleransi tentu tidak muncul dengan sendirinya, ada faktor-faktor
yang mempengaruhi seorang individu agar dapat bersikap toleran. Salah
satunya adalah melalui moral agama yang merupakan faktor penting dalam
menghadirkan sikap saling menghargai perbedaan yang ada ditengah-
tengah masyarakat. Terlepas dari agama apapun itu satu hal yang pasti
adalah setiap agama selalu mengajarkan nilai moral yang baik bagi para
pemeluknya, secara khusus dalam berinteraksi dengan sesamanya.
Gereja, sebagai persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah
dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia dituntut untuk selalu
bergerak maju menyikapi berbagai fenomena dan perubahan yang ada. Hal
ini bertujuan agar gereja dapat menghadirkan hikmat dari Allah kepada
dunia. Gereja di Indonesia harus menyadari betul bahwa, dirinya hadir
ditengah-tengah pluralitas agama, kebudayaan, situasi sosial-politik, jika
gereja tidak dapat menyikapi setiap dinamika ini, maka tidak menutup
kemungkinan umat Kristiani tidak dapat melihat dan merasakan secara
kongkrit kehadiran Gereja yang selalu dikatakan membawa damai sejahtera.
Menyikapi intoleransi yang sedang sering terjadi di Indonesia, maka
Gereja terlepas dari denominasinya harus bersatu padu, membentuk
kerjasama yang sinergis untuk menjadikan umat Kristiani yang ramah
terhadap perbedaan, menghargai perbedaan, dan menjadi pribadi-pribadi
yang mampu menjadikan perbedaan sebagai modal untuk bersatu.
Sebagaimana yang dikatakan Rasul Paulus pada 1 Korintus 12 ayat 25
“supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-
anggota yang berbeda itu saling memperhatikan,” artinya Gerja sebagai
sebuah persekutuan umat yang percaya pada Kristus harus mampu
menghadirkan kembali makna dasar sebuah persekutuan yaitu Oikouménē
yang dalam bahasa sehari-hari dimaknai sebagai kesatuan umat yang terdiri
dari golongan-golongan yang berbeda.
Melalui latar belakang tersebut maka kegiatan Natal Kabupaten
Sumedang ini diinisiasi berdasarkan pada kerinduan Gereja untuk
menghadirkan semangat persatuan dan toleransi di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat, secara khusus di tengah-tengah kehidupan umat
Kristiani di Sumedang yang terdiri dari berbagai denominasi gereja. Semangat
ini tidak hanya dihadirkan dalam acara yang akan diselenggarakan, namun
juga melalui proses persiapan acara tersebut. Berpanitiakan jemaat dari
berbagai denominasi Gereja di Sumedang yang rindu untuk memberikan
kontribusi terbaik dalam acara kebersamaan umat Kristiani di Kabupaten
Sumedang.
Momentum Natal dipilih karena refleksi akan kelahiran Kristus yang juga
menggambarkan semangat persatuan. Kristus tidak lahir hanya untuk
golongan tertentu, namun Ia lahir untuk memberikan damai sejahtera dari
Allah bagi setiap orang yang percaya pada-Nya, tidak melihat budaya,
agama, dan berbagai segmentasi perbedaan yang lain. Maka semangat itu
jugalah yang hendak dihadirkan dalam acara Natal Kabupaten Sumedang.
Kiranya melalui acara Natal Kabupaten Sumedang ini pesan toleransi dan
semangat persatuan dapat tersampaikan dan diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

 Konsep Pelaksanaan Kegiatan


Secara umum pada kegiatan Natal Kabupaten Sumedang ini terbagi
dalam dua segmentasi acara, yaitu Ibadah dan Perayaan.
- Ibadah
Konsep pelaksanaan Ibadah Natal Kabupaten Sumedang akan
dibicarakan lebih lanjut dengan para pendeta, dengan
rasionalisasi agar Tata Ibadah Natal Kabupaten Sumedang dapat
merangkum konsep Ibadah Natal dari berbagai Gerja di
Sumedang.
- Perayaan
Konsep pelaksanaan Perayaan Natal Kabupaten Sumedang akan
sangat kental dengan nuansa Nusantara. Dalam hal tata musik,
akan dipadupadankan antara musik kontemporer dengan musik
tradisional. Dalam hal pengisi acara di perayaan pun akan di atur
agar setiap pengisi acara menghadirkan unsur kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai