Anda di halaman 1dari 6

TOLERANSI LANDASAN MEMBANGUN PERSATUAN DAN

KESATUAN DALAM KEBHINNEKAAN


Mata Kuliah : Agama Hindu
Semester/Kelas : Semester 1 / C2
Nama/NIM : I Gede Putu Desta Darmasuta/202261121060
Waktu : 08.00-09.30
Room : R.Z1

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suka, ras dan budaya didalamnya.
Melihat banyaknya keberagaman maka perlu adanya rasa persatuan dan kesatuan antar
warganya. Rasa persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tunggal ika ini yang akan
menjadi landasan sebuah perjuangan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama membangun
bangsa Indonesia. Apabila persatuan dan kesatuan tidak ada, maka konflik akan selalu ada.
Persatuan dan kesatuan ini merupakan kekuatan untuk mewujudkan cita-cita nasional,
memajukan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan nasional dan menjaga perdamaian
nasional.

Seiring berkembangnya zaman, pengamalan Bhinneka Tunggal Ika semakin lama


semakin meredup. Bhinneka Tunggal Ika tidak cukup hanya sebatas semboyan atau konsep
pengembangan suatu negara saja, perlu ada suatu cara baru yang lebih menyesuaikan dengan
kehidupan di zaman sekarang. Maka dari itu Bhinneka Tunggal Ika harus di jaga
keutuhannya karena telah disadari begitu pentingnya Bhinneka Tunggal Ika bagi Indonesia,
maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia untuk memeliharanya.
Keutuhan suatu wilayah lah yang menjadi kekuatan utama dalam bernegara, disusul dengan
saling menghormati perbedaan satu sama lain karna memang benar adanya bahwa Negara
Indonesia ini menggandung beragam perbedaan didalamnya maka dari itu saling
menghormatilah yang menjadi pondasi Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian menjaga,
memaknai, menyebarkan dan mengamalkan Bhineka Tunggal Ika adalah kewajiban kita
semua agar kedamaian dan kerukunan bisa betul-betul terwujud di bumi Indonesia.

Kata Kunci: Persatuan dan Kesatuan, Bhineka Tunggal Ika


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat-istiadat. Untuk persoalan agama, negara
Indonesia bukanlah sebuah negara teokrasi, melainkan secara konstitusional negara
mewajibkan warganya untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya
sebagaimana tercantum di dalam pasal 29 ayat dan UUD 1945. Negara memberi kebebasan
kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di Indonesia yaitu agama
Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Pengembangan
agama dan kehidupan beragama tidak boleh menjurus ke arah tumbuhnya pemikiran dan
pemahaman agama yang sempit karena hal ini akan menimbulkan konflik antar agama.
Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbagai perbedaan yang ada seperti
dalam suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus didayagunakan
untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju cita-cita yang diinginkan yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Dengan adanya toleransi maka akan dapat melestarikan persatuan dan kesatuan
bangsa, mendukung dan menyukseskan pembangunan, serta menghilangkan kesenjangan.
Dalam masyarakat yang beragam karena perbedaan agama dianjurkan untuk menegakkan
kedamaian dan melakukan kerjasama dengan orang-orang yang berlainan agama dalam batas
batas yang telah di tentukan. Negara berperan sebagai penata kehidupan nasional yang
harmonis di atas pluralitas agama-agama yang ada, sementara tokoh agama berperan sebagai
penyiar ajaran yang bijak dan sinergis sehingga misi agama sebagai pencipta perdamaian
dapat terasa bagi kehidupan bernegara khususnya dalam hal memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa. Citra positif agama melalui perilaku umat beragama yang toleran dan bijak
akan turut menentukan terhadap citra positif negara.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa makna toleransi dalam kebhinekaan?

2. Apa fenomena kerukunan hidup antar umat beragama di Bali masih eksis hingga saat
ini?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui makna toleransi dalam kebhinekaan.

2. Untuk mengetahui fenomena kerukunan hidup antar umat beragama di Bali masih
eksis hingga saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Toleransi dalam Persatuan dan Kesatuan bangsa Indonesia.

Makna toleransi dalam kebhinekaan adalah adalah hidup berdampingan secara damai
dan saling menghargai di antara keragaman suku bangsa, agama, adat istiadat dan bahasa.
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran, kelembutan hati,
keringanan dan kesabaran. Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang
dada, suka rela dan kelembutan. Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi
sosial. Manusia beragama secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul
bukan hanya dengan kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok berbeda agama.
Umat beragama musti berupaya memunculkan toleransi untuk menjaga kestabilan sosial
sehingga tidak terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat berbeda agama.

Indonesia adalah negara multikultural, tapi bukan negara multikulturalis. Karena itu
multikulturalisme tidak menjadi solusi dalam pengelolaan keragaman di Indonesia. Beberapa
kategori multikulturalisme yang diproblematisasi di Indonesia, terutama misalnya, terkait
dengan pertanyaan siapa orang asli, minoritas nasional, dan imigran dalam konteks
masyarakat Indonesia. Keberagaman dalam masyarakat Indonesia ditinjau dari sudut pandang
geografis, terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami suatu wilayah Indonesia sangat
banyak dan tersebar di mana-mana. Sebagai negara kepulauan, perbedaan antar suku yang
mendiami satu pulau dengan pulau lain atau berada di satu kawasan berbeda-beda budayanya.
Dengan selalu berpedoman kepada dasar negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika kita tentu lebih dapat bersikap bijaksana dalam pergaulan di rumah, lingkungan belajar
atau di masyarakat kita yang beragam. Kita akan selalu menjaga persatuan dan kesatuan
sehingga kehidupan yang rukun, serasi dan harmonis dapat terwujud.
2.2 Fenomena Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Bali

Salah satu fenomena kerukunan hidup antar umat beragama di Bali masih eksis
hingga saat ini yaitu Puja Mandala. Puja Mandala adalah pusat peribadatan yang
menghadirkan lima rumah ibadah di dalam satu kompleks. Puja Mandala berada di Desa
Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Puja
Mandala terletak tepat di tepi Jl Raya Kurusetra, jalur utama menuju sejumlah obyek wisata
ternama seperti Pura Uluwatu, Pantai Dreamland, Jimbaran, dan Taman Budaya Garuda
Wisnu Kencana. Di dalamnya terdapat Mesjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria
Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Bukit
Doa, dan Pura Jagat Natha. Tempat-tempat peribadatan ini saling berdampingan secara kokoh
di dalam satu lokasi. Toleransi antarumat beragama yang ditunjukkan masyarakat Bali
dengan hadirnya Puja Mandala telah membawa daerah mereka sebagai kawasan yang tetap
nyaman untuk dikunjungi dan memberi kontribusi tidak sedikit bagi perkembangan
pariwisata khususnya wisata religius. 

Anda mungkin juga menyukai