Anda di halaman 1dari 8

Peran Gereja Dalam Memelihara Keutuhan NKRI

(David Ruskandi)

S3 – Teologi Filasafat Kebangsaan

Masyarakat Indonesia yang mudah terpolarisasi oleh berbagai isu yang dapat melahirkan
konflik sosial untuk memecah belah antar umat beragama membutuhkan perhatian serius gereja
dalam menjaga perdamaian dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Perhatian tersebut harus dapat terwujud dalam peran aktif gereja bagi masyarakat
dalam berbangsa dan bernegara. Melalui penelitian deskriptif kualitatif untuk menengok peran
gereja didalam memelihara keutuhan NKRI menghasilkan gereja akan turut berperan dalam
memelihara keutuhan NKRI melalui aktualisasi Pancasila sebagai landasan hidup bersama
ditengah-tengah kemajemukan masyarakat dengan perbedaan iman dan keyakinan. Aktualisasi
nilai-nilai hidup berkebangsaan tersebut dalam kelima sila Pancasila sebagai norma hidup
warga gereja ditinjau dari prinsip-prinsip etika Kristen yang dikontekstualisasikan dalam
penghayatan Pancasila sebagai bentuk keterlibatan gereja untuk menjaga keutuhan NKRI.

Kata Kunci : disintegrasi bangsa, konflik sosial, gereja dan pancasila, etika kristen, merawat
NKRI

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia yang berlandaskan pada ideologi Pancasila sebagai prinsip hidup

berbangsa dan bernegara membutuhkan peran aktif gereja ditengah-tengah masyarakat untuk

turut menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa ini yang dapat berpotensi memecah belah

masyarakat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah ancaman

disintegrasi bangsa yang dipicu oleh berbagai penyebab yang perlu diidentifkasi sedari dini

pencegahanya.

Secara definisi terdapat beberapa pengertian dan penyebab dari disintegarasi bangsa

menurut para ahli. Sosiolog Soerjono Soekanto mendefinisikan disintegrasi bangsa dari sudut

pandang sosiologi sebagai disintegrasi sosial, yaitu proses pudarnya norma-norma dan nilai-nilai
dalam masyarakat akibat adanya perubahan-perubahan tatanan sosial yang menyebabkan

pergeseran nilai dan norma masyarakat, perubahan tersebut memunculkan nilai dan norma

subyektifitas kelompok yang dilandasi oleh perasaan senasib dan seperjuangan untuk

menetapkan kelompok lain sebagai musuh (Soekanto: 2012). Menurut Dr. H. Bambang

Sugiyono dalam sebuah artikel bertajuk, “Menjaga kedaulatan Negara”, menyebutkan

disintegarasi bangsa secara definisi harafiahnya dapat dipahami sebagai perpecahan dari suatu

bangsa menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan saling terpisah atau gerakan pemisahan diri

yang berangkat dari idealisme untuk berdiri sendiri akibat ketidak puasan yang mendasar dari

perlakuan pemerintah terhadap suatu wilayah dan kelompok minoritas seperti permasalahan

otonomi daerah, kesenjangan keadilan sosial, masalah keseimbangan pembangunan, pemerataan,

dan hal-hal sejenis lainya (Sugiyono: 2021). Sugiyono lebih lanjut menjelaskan proses terjadinya

disintegrasi bangsa dengan menyebutkan penyebabnya yaitu disintegrasi bangsa dapat terjadi

karena adanya konflik vertical dan horizontal serta konflik komunal sebagai akibat tuntutan

demokrasi yang melampaui batas, sikap primordialisme bernuansa SARA, konflik antara elite

politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM, serta kesiapan

pelaksanaan Otonomi Daerah (Sugiyono : 2021). Sedangkan menurut Dahlan Hi. Hasan dari

Universitas Tadulako dalam pengamatanya akan akar permasalahan disintegarasi bangsa

menyebutkan disintegrasi bangsa sebagai konflik berdimensi etnisitasi yang ditandai dengan

melemahnya semangat integrasi, dan menguatnya solidaritas dan loyalitas primordial berdimensi

politik yang tak jarang dapat menggiring suatu bangsa yang majemuk kedalam suatu sikap

bermusuhan diantara kalangan mereka, dan pada akhirnya kesemuanya itu akan bemuara kepada

disintegrasi, disana beliau memaknai disintegrasi bangsa sebagai kehancuran, perpecahan, dan

tidak berfungsinya masing-masing bagian dalam suatu sistem sosial sehingga tidak memiliki
hubungan timbal balik yang seimbang untuk dapat wewujudkan keutuhan, lebih lanjut lagi

disintegrasi bangsa dapat dipahami juga sebagai suatu ketidakterpaduan dalam sebuah

keragaman yang kemudian terakumulasinya kesenjangan-kesenjangan yang dirasakan dan

diamati dalam kehidupan sehingga membuat warga menjadi terkotak-kotak dimana hal ini

kemudian menjadi sumber permasalahan bangsa dan negara yang pada akhirnya memunculkan

tuntutan pembagian wilayah dan negara baru yang lebih homogen (Hasan : 2013).

Melihat kepada beberapa definisi disintegrasi bangsa dan menelisik akar permasalahan

penyebab munculnya maka disintegarasi bangsa ini dapat digolongkan kedalam tiga jenis yaitu

penyebab Internal, Kultural, dan Struktural. Penyebab internal yaitu adanya pemahaman yang

radikal serta interprestasi nilai hidup, kepercayaan, dan budaya yang tidak tepat dianut oleh

segolongan orang yang berakibat kepada munculnya sikap dan perilaku intoleran, menganggap

suatu kelompok atau suku lebih tinggi dari yang lainya dan berakibat kepada perpecahan bangsa.

Penyebab kultural adalah lingkungan yang membentuk nilai, mental, dan perilaku masyarakat

yang kurang menghargai adanya perbedaan yang dapat menimbulkan ketidakharmonisan.

Sedangkan penyebab struktural adalah adanya peran kekuasaan dalam memanipulasi hak-hak

suatu kelompok. Permainan penguasa dan elite politik yang berdampak kepada timbulnya

kekacauan ekonomi, pelanggaran HAM, dan rendahnya legitimasi pemerintahan melahirkan

ketidak adilan dan ketimpangan dalam sosial yang bisa menjadi penyebab munculnya

disintegrasi bangsa.

Adanya bahaya serius dari disintegrasi bangsa yang nyata dan hasil identifikasi

penyebab-penyebabnya sebagai bentuk pelanggaran terhadap filosofi hidup berbangsa dan

bernegara yang berlandaskan kepada Pancasila maka ini menjadi sebuah tantangan bagi gereja

untuk disikapi dan menyelesaikan permasalahan sosial yang ada, yaitu ancaman disintegrasi
bangsa, maka sebagai latar belakang permasalahan yang diangkat untuk diteliti adalah

bagaimana peran gereja didalam wewujudkan perdamaian dan menjaga keutuhan NKRI melalui

penghayatan dan kontekstualisasi etika kristen kedalam kehidupan berbangsa dan bernegara

ditengah-tengah masyarakat yang majemuk untuk mencegah disintegrasi bangsa sebagai bentuk

dari aktualisasi Pancasila.

METODE

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif melalui

penelitian kepustakaan. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data sekunder berupa buku-

buku dan artikel-artikel jurnal yang membahas mengenai fungsi dan peran gereja yang terkait

dengan hasil identifikasi permasalahan disintegrasi bangsa yaitu pemikiran berkaitan dengan

bagaimana sikap gereja seharusnya terhadap permasalahan-permasalahan internal, kultural, dan

struktural penyebab disintegrasi bangsa ditinjau dari sudut pandang etika kristen.

Data tersebut kemudian diolah dan dianalis dengan melakukan reduksi data

menggunakan metode analisis data kualitatif Miles dan Huberman beserta pengembangan

perluasan pemikiran kebaharuan untuk menghasilkan kesimpulan akan peran gereja didalam

penanggulangan penyebab disintegrasi bangsa sebagai langkah pencegahan untuk menjadi

sumbangsih gereja terhadap bangsa dan negara.

PEMBAHASAN

Adanya perbedaan kepercayaan dan budaya di Indonesia sebagai bagian dari kehidupan

demokrasi berbangsa dan bernegara tidak dapat terhindarkan akibat dari kehendak bebas dan

pilihan hati nurani yang menjadi hak setiap warga negara. Toleransi terhadap pilihan yang telah
diatur dan dilindungi didalam undang-undang dasar negara ini harus dijunjung tinggi oleh setiap

warga negara untuk menghindari benturan, konflik, dan menjaga kerukunan

Sikap intoleran terhadap perbedaan antara kepercayaan dan budaya sebagai akibat dari

adanya pemahaman yang radikal menjadi penyebab internal disintegrasi bangsa yang harus

disikapi gereja dengan pendekatan yang sesuai. Pengaruh primordialisme terhadap kerukunan

umat beragama dibeberapa wilayah di Indonesia seperti di Maluku pada tahun 1970 dengan

gerakan pemurnian ajaran agama dari pemimpin dan pemuka agama baik Kristen maupun Islam,

terjadinya ketegangan antara doktrin theologis dengan praktek, kepercayaan, dan perilaku

budaya lokal setempat yang sudah kuat mengakar didalam kehidupan keseharian masyarakat

menjadi sebuah tantangan bagi gereja untuk merubah pendekatanya. Fundamentalisme agama

tidak untuk dibentrokkan dengan budaya setempat dalam pendekatan misi penginjilan untuk

menghindari disintegarasi bangsa.

Penyebab kultural yaitu adanya lingkungan yang membentuk nilai, mental, dan perilaku

masyarakat yang kurang menghargai perbedaan sehingga menimbulkan ketidakharmonisan.

Peran dari lingkungan hidup sangat besar dalam membentuk jati diri kepribadian warga

setempat. Mentalitas warga yang memilih mengikuti arus disekitarnya sebagai kebiasaan sekedar

ikut-ikutan adalah kelompok orang yang mudah terprovokasi. Provokasi yang disebabkan oleh

penyebab kultural menjadi tantangan bagi gereja untuk mampu menghadirkan perdamaian

sebagaimana gereja telah dipanggil sebagai agen perdamaian kerajaan Allah, membawakan

kabar sukacita yang dapat diterima oleh lingkungan etempat melalui kontekstualisasi dan

inkulturisasi sehingga terpelihara keutuhan NKRI.

Pendekatan gereja terhadap penyebab struktural disintegrasi bangsa yaitu adanya peran

kekuasaan yang berpengaruh didalam masyarakat yang menimbulkan perpecahan bangsa. Peran
gereja dalam merawat keutuhan negara ini melalui pemisahan yang sakral dengan yang sekuler.

Gereja tidak boleh menggunakan alat-alat kekuasaan dalam pekerjaanya, menghindari praktek

berpolitik didalam gereja, dan tetap menjalin hubungan yang baik dengan penguasa melalui

komunikasi yang efektif.

Adanya kapasitas dan faktor kedekatan dengan penguasa untuk memaksakan misi gereja

harus dihindarkan. Gereja harus dapat hadir sebagai perwakilan kepentingan masyarakat luas.

Kebenaran dan sikap jujur harus selalu menjadi koridor gereja yang tidak boleh dilanggar. Gereja

harus sanggup bersikap adil, dan merata kepada masyarakat disekitarnya dan lapisan masyarakat

lain yang sanggup ia jangkau.

Sikap tidak memihak kepentingan kelompok tertentu atau penguasa harus selalu

dijunjung tinggi dihadapan penguasa. Gereja hanya menyuarakan suara Tuhan dalam

menyampaikan maksud dan tujuanya kepada penguasa agar dapat menekan potensi terjadinya

perpecahan antar golongan atau kelompok. Gereja menjadi pelindung dari tekanan penguasa dan

memberikan nasehat bagi kedua belah pihak untuk menghindari pertikaian antara kelompok dan

disintegrasi bangsa.

KESIMPULAN

Sebagai jawaban gereja terhadap permasalahan diintegrasi bangsa ini dan peran aktif

gereja dalam turut memelihara keutuhan NKRI melalui berbagai kewaspadaan terhadap ketiga

jenis penyebab terjadinya perpecahan dan disintegrasi bangsa. Gereja mengaktualisasikan nilai-

nilai pancasila didalam wujud nyata sebagai karya baktinya kepada negara.

Keutuhan NKRI harus mendapat perhatian serius dari setiap warga gereja untuk

menghindari terjadinya konflik yang tidak membangun pekerjaan dan pelayanan misi gereja.
Melalui kesadaran ini gereja hadir sebagai bentuk penjaga negara dari bahaya laten perpecahan

suku dan golongan.

Gereja turut memberikan kontribusinya didalam rangka bela negara dari kepentingan

individu, penguasa, dan kelompok tertentu yang ingin merenggut kedamaian. Gereja mampu

mengaktualisasikan Pancasila didalam berteologi dengan menunjukkan posisi dan sikapnya

terhadap permasalahan-permasalahan yang digumuli dan sering dihadapi oleh masyarakat di akar

rumput yaitu permasalahan disintegrasi bangsa. Ditengah-tengah keragaman suku, bahasa,

budaya, dan kepercayaan rakyat Indonesia, gereja mampu dirasakan kehadiranya oleh negara dan

masyarakat disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono, Bambang (2021). Pancasila Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa. Malang: Media

Nusa Creative Publishing.

Hasan, Dahlan Hi. (2013). “Disintegrasi: Suatu Tinjauan Sosiologis”, Academica 05, no. 2:1104.

Yusuf, Mochamad A. “Disintegrasi Bangsa: Pengertian, Sebab, dan Contoh Kasusnya”, diakses

Oktober 5, 2023, https://www.gramedia.com/literasi/disintegrasi-bangsa/

Anda mungkin juga menyukai