Anda di halaman 1dari 16

BUNGA RAMPAI

David Ruskandi, STTEkumene


Christian Adi Jaya, STTEkumene
Sry Ulina, STTEkumene

Konsep Manajemen Gereja

Kata “manajemen” berasal dari kata dalam bahasa Latin “manus” yang berarti
“tangan”. Manajemen artinya cara menangani suatu tugas. Dengan demikian manajemen
adalah suatu tindakan menangani, mengontrol dan mengarahkan sesuatu pekerjaan melalui
dan bekerja-sama dengan orang lain di dalam suatu lembaga maupun perusahaan. Sedangkan
pengertian manajemen menurut wikipedia bahasa Indonesia adalah memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. 
Dari definisi manajemen tersebut, maka manajemen adalah bagian dari suatu lembaga
atau institusi yang tidak mempunyai fungsi dalam dirinya sendiri bahkan tidak mempunyai
eksistansi dalam dirinya sendiri sehingga manajemen tidak dapat dipisahkan dari lembaga
tersebut. Ada tiga hal yang sama penting namun berbeda secara esensi yang dihadapi oleh
manajemen dari sebuah lembaga, yaitu:
1. Untuk berpikir melalui dan mendefinisikan tujuan-tujuan yang spesifik dan misi
dari lembaga tersebut.
2. Untuk membuat pekerjaan menjadi produktif dan para pekerja mencapai
targetnya.
3. Untuk mengelola dampak-dampak sosial dan tanggung-jawab sosial didalam
bingkai atau suatu tatanan.
Dari pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni dari suatu proses usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia serta benda
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dari
uraian ini manajemen dikategorikan sebagai ilmu, yang berarti dapat dipelajari dan diajarkan.
Di sisi lain manajemen adalah seni sehingga ada unsur-unsur bakat atau talenta seseorang.
Karena luasnya cakupan ilmu manajemen, maka kepemimpinan (dan juga fungsi-fungsi lain
yang berperan dalam organisasi, misalnya administrasi) merupakan bagian dari ilmu
manajemen.
Sekarang, apa yang di maksud dengan managemen gereja..Managemen gereja dapat
ditarik sebuah definisi adalah pertanggungjawaban dari pemimpin-pemimpin gereja atas
seluruh kehidupan pelayanan gereja. Oleh sebab itu administrasi gereja selalu bersangkut
paut dengan iman dari pribadi-pribadi pemimpin gereja itu, situasi dan kondisi jemaat itu,
misi gereja dan sejarah.
Manajemen gereja dapat diartikan dalam makna seni melaksanakan dan mengatur
organisasi gereja yang berpadanan dengan Firman Tuhan, dan para pelakunyapun haruslah
orang cakap di bidangnya yang sudah teruji dalam jam terbang kesetiaannya dalam
pelayanan. Karena ini Bersangkut-paut dengan iman, oleh karena itu management gereja
tidak sama dengan  management dan organisasi apapun juga. management gereja hanya biasa
dilaksanakan oleh orang Kristen yang beriman sehat, yang mempunyai teologi dan
pengetahuan Alkitab yang sehat juga. Oleh karena itu management gereja tidak boleh
diserahkan pada orang-orang Kristen yang baru, di mana pengetahuan Alkitab dan teologinya
masih kanak-kanak. Untuk urusan management gereja haruslah yang sudah berpengalaman
dan selalu mau belajar hal-hal yang baru Hanyalah orang-orang Kristen dewasa, yang
beriman sehat dan yang menduduki posisi kunci dalam jemaat, yang dapat memikul tanggung
jawab administrasi gereja. . Bersangkut-paut dengan situasi dan kondisi jemaat oleh karena
management gereja selalu fleksibel dan tidak perlu paksaan. Management gereja hanya lahir
dari suatu pergumulan dengan Tuhan. Dan Tuhanlah yang hidup yang menyatakan firmaNya
sesuai denga situasi dan kondisi jemaatNya. Management Gereja itu berhubungan dengan
misi gereja oleh karena itu management Gereja adalah alat supaya gereja bisa melaksanakan
misi yang dipercayakan Allah padanya. Management Gereja adalah ekspresi dari kepekaan
pemimpin-pemimpin gerja terhadap kehendak Allah atas gerejaNya.
Dalam menyikapi penggunaan ilmu manajemen bagi gereja, sedikitnya ada tiga sikap
berbeda yang harus diambil diambil dan dilaksanakan oleh para pemimpin gereja yaitu:
a. Manajemen dan pelayanan gerejawi adalah dua fungsi yang berbeda (terpisah) satu
dengan lainnya. Gereja adalah organisasi yang tidak dapat dilayani dengan menggunakan
teknik-teknik manajemen organisasi sekuler meskipun sudah teruji, karena managemen
gereja haruslah dijalankan oleh oang yang Dewasa dan cakap dalam rumah tangganya dan
pekerjaannya sehari-hari, dan haruslah orang yang memiliki buah Roh nyata dalam hidupnya

b. Manajemen adalah salah satu aspek pelayanan, dalam pengertian bahwa manajemen


bersifat sekunder dibandingkan dengan bidang-bidang pelayanan yang lain seperti
persekutuan, diakonia, pembinaan jemaat. Berarti manajemen adalah sekedar “administrasi
minimal” untuk mendukung prosesnyapelayanan. Dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
Alkitab yang menjadi dasar-dasar kepemimpinannya.

c. Manajemen adalah sarana pelayanan, sehingga fungsi dan tekniknya dapat dimanfaatkan


demi efisiensi pelayanan. gereja menggunakan manajemen sebagai alat/sarana untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang diberikan Allah melalui kelancaran dan efektifitas
pelayanan gerejawi. Tanpa manajemen yang baik dan transparan, sebuah gereja akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan fungsi-fungsinya sebagai gereja. Tanpa
manajemen yang baik, sebuah gereja hanya bergantung pada kemampuan dan kharisma sang
pemimpin. Ketika jumlah jemaat berkembang pesat, akan muncul berbagai permasalahan
baru di dalamnya yang tidak akan sanggup ditangani oleh hanya sang pemimpin. Di sinilah
fungsi manajemen dapat membantu dengan membuat sebuah sistem yang mampu menangani
kompleksitas pelayanan. Tidak dapat disangkal terdapat banyak Firman yang tertulis dalam
Alkitab yang melandasi aspek-aspek dalam manajemen, seperti perencanaan, kepemimpinan,
pengorganisasian, penanganan konflik, dll. Firman Allah menyatakan dengan jelas bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dengan hikmat yang sempurna. Hal ini menunjukkan di
dalamnya berlangsung manajemen Allah yang sempurna. Manajemen diperlukan dalam
pekerjaan rohani sebab Tuhan menghendaki dan memerintahkan manusia mengerjakannya
demi kepentingan manusia itu sendiri.

Mengapa Diperlukan Manajemen Gereja Yang Benar ?

• Sebab Gereja adalah kumpulan mempelai Kristus yang perlu pengelolaan yang benar
untuk menjadikan umatNya semakin serupa denganNya
• Allah kita adalah Allah yang bekerja mengelola sejak alam semesta, bumi, dan kita
diciptakan
• Pengelolaan dengan serius sudah ditunjukkan mulai dari zaman Musa dimana ada
aturan pengelolaan spesifik dari Allah mengenai kemah suci, dan di zaman sekarang
yaitu Gereja
• Gereja adalah umat Allah yang dipimpin oleh wakil Allah (Keluaran 4:15-16)
• Tentu harus dikelola dengan benar seperti kisah awal Perjanjian Lama dimana Allah
adalah pemimpin bangsa Israel
• Pengelolaan yang dilakukan adalah bentuk kita meresponi kekudusan Allah

Sejak awal Allah selalu memberikan tatanan kepada manusia dalam hal apapun,
termasuk dalam hal untuk bertemu dengan Allah, bangsa Israel harus menaati beberapa
tatanan yang ada di kemah suci dan hanya seorang Imam atau Nabi saja yang bisa bertemu
dengan Allah. Sejak awal mula penciptaan manusia pun Allah juga sudah memberikan aturan
kepada manusia pertama yaitu Adam untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
yang baik dan jahat. Tatanan diberikan Allah kepada manusia sebab Allah kita adalah Allah
yang kudus, dan setelah manusia jatuh dalam dosa membuat hubungan Allah dengan manusia
menjadi lebih berjarak lagi oleh karena dosa yang dilakukan oleh manusia. Dalam perjanjian
lama, peraturan serta hukum-hukum yang mengatur kehidupan bagi bangsa Israel di masa itu
ditulis oleh Musa dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. Dalam tulisannya yang berjudul
The life of Moses, seorang filsuf Yahudi abad pertama dari Alexandria yang bernama Philo
(20 SM - 50 M) mengatakan bahwa Musa adalah seorang filsuf terbesar sepanjang zaman,
mengatur hukumnya, melembagakan ritusnya dan menjalankan pemerintahannya dengan
martabat dan kehormatan. Musa adalah seorang yang bijak, tabah dan bisa mengendalikan
diri. Tertulis dalam Kitab Bilangan 12:3 “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut
hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” Salomo hidup sebelum Thales,
dan Musa hidup sebelum Salomo, dari catatan sejarah ini dapat kita lihat bahwa filsafat
Yahudi lebih tua ketimbang filsafat Yunani.
Musa adalah salah satu Nabi dan pemimpin terbesar dalam Perjanjian Lama. Dia
dibesarkan di Mesir sebagai pewaris tahta kedua karena dia diangkat anak oleh seorang putri
Mesir. Tertulis dalam Kitab Keluaran 2:9-10 “Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu:
”Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.”
Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar,
dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya
Musa, sebab katanya: ”Karena aku telah menariknya dari air.” Walaupun tidak tertulis
mengenai kehidupan Musa di istana Mesir, tetapi tentuliah Musa mendapat pengajaran dan
didikan dasar yang hakiki dalam segala hikmat orang Mesir.
Dalam perjalanan membawa bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian atau Kanaan,
Musa memberikan hukum Taurat serta dasar-dasar hukum moral kepada bangsa Israel
melalui ilham dari Roh Allah didalam dua loh batu yang berfungsi mengatur dan memberikan
tatanan etika, sosial dan masyarakat bangsa Israel sepanjang perjalanan mereka. Hukum
Taurat ini berfungsi juga sebagai bentuk menajemen atau pengaturan umat Tuhan melalui
seperangkat peraturan kekudusan yang harus mereka jalankan dan pelihara turun temurun. Ini
adalah bentuk manajemen Allah bagi bangsa Israel yang sudah menjadi budaya mereka turun
temurun hingga saat ini. Selama mereka setia terhadap isi perjanjian Allah yang mengikat
mereka tersebut dalam sebuah peraturan ilahi maka manajemen Allah bekerja dengan baik
mengelola kehidupan mereka seturut dengan kehendak Allah. Inilah manajemen Allah.

Musa sangat mempengaruhi dalam tatanan hukum dan system pemerintahan di


Amerika Serikat, dapat kita lihat dari adanya patung Musa di gedung Mahkamah Agung
Amerika Serikat di kota Washington DC. Dengan ditempatkannya patung tersebut terlihat
bahwa Musa mempengaruhi tatanan pemerintahan negara tersebut. Tentu saat ini banyak
negara termasuk Amerika Serikat menganut paham politik yang ditulis oleh Niccolò
Machiavelli yang menerapkan metode mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan politik
dengan segala cara sebagai tujuan akhir yang dibenarkan dalam bukunya yang berjudul The
Prince. Dan sampai hari ini dapat kita lihat di berbagai belahan dunia gaya berpolitik
semacam ini agar seseorang mendapatkan kekuasaan karena metode inilah yang dinilai
sangat mudah dan cepat. Inovasi ini membuat pemisahan antara politik dari etika, dimana
tradisi barat mempelajari politik tidak terlepas dari etika sebagaimana ajaran Aristoteles
bahwa politik adalah pengembangan dari etika.

Musa menjadi figur bagi didirikannya negara Amerika Serikat melalui tulisan-tulisan
dari hukum yang ditulis oleh Musa. Dewan musyawarah yang ada di banyak negara tentu
mendapat pengaruh dari ajaran Musa. Tetapi pada dasarnya tatanan pemerintahan yang dianut
oleh bangsa Israel bukan sistem demokrasi yang disahkan melalui pengambilan suara
melainkan dengan sistem Theokrasi, karena Allah adalah pemimpin tunggal bagi bangsa
Israel, dan Allah sendiri yang menunjuk pemimpin-pemimpin bagi bangsa Israel. Seperti
dalam kisah Musa menunjuk Yosua sebagai suksesor bagi pemimpin bangsa Israel, dan
tongkat kerajaan yang diberikan Yakub kepada Yehuda merupakan contoh dari penunjukan
Allah kepada orang-orang yang dipilihNya.

Dewan musyawarah sudah ada sejak zaman Musa, dalam Kitab Bilangan 22:7 yang
berbunyi “Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di
tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya
pesan Balak.” Ayat ini menyinggung mengenai adanya tua-tua orang Mesir, orang Moab,
orang Median, maupun orang Israel yang membantu Musa dalam proses pembebasan bangsa
Israel ke tanah perjanjian. Secara terperinci ditulis dalam Kirab Keluaran 24:1 yang berbunyi
“Berfirmanlah Ia kepada Musa: ”Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan Harun, Nadab dan
Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel dan sujudlah kamu menyembah dari
jauh.”
Ayat ini menjelaskan bahwa jumlah tua-tua yang menjadi pembantu Musa berjumlah
70 orang. Kepada orang-orang khusus inilah Roh Tuhan dicurhakan agar mereka turut serta
Bersama Musa untuk memerintah bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian.
Bahkan di dalam Kitab Wahyu 4:4 “Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan
di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan
mahkota emas di kepala mereka.” Ke 24 orang tersebut, mereka sebagai dewan musyawarah
Tuhan atau The Council of The Lord. Mahkamah Agama menjadi Kolese pemerintahan yang
tertinggi bagi bangsa Yahudi pada zaman Yahudi-Yunani yang disebut juga dengan
Sanhedrin dari kata Yunani SUNEDRION.
Saat ini kita hidup di era demokrasi, tetapi tatanan mengenai tidak adanya kekuasaan
tunggal Trias Politica yang dicetuskan oleh politikus Inggris John Locke (1632-1704),
kemudian dikembangkan oleh Charles Montesquieu (1689-1755), dan revolusi Perancis pada
1789-1799. Hal ini adalah dampak dari apa yang sudah ditulis dan ditata oleh Nabi Musa
dalam tulisan Kitabnya.
Sebagai pengikut Kristus, para Rasul disebut Kristen atau dalam Bahasa Yunani
disebut KRISTIANOS yang merupakan bentuk diminutive dari kata KRISTOS atau Kristus.
Berarti kita sebagai pengikut Kristus adalah Kristus-Kristus kecil yang harus membawa
pembaharuan yang baik bagi masyarakat sekitar dan juga sebagai bentuk kecintaan pada
negara. Kita membawa nama Kristus dalam kehidupan sehari hari dan harus mencerminkan
sifat-sifat kasih Kristus. Identitas kita sudah terbentuk ketika kita sudah mengikut Kristus,
kita adalah wakil-wakil Kristus yang mambawa nama baik Kristus. Seperti penjelasan di awal
mengenai metode politik Machiavelli digunakan di banyak negara termasuk negara kita
dimana banyak sebagian orang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan tujuannya tanpa
memandang potensi perpecahan yang mempengaruhi ketahanan negara, kita harus menjadi
garam dan tidak menjadi serupa dengan dunia dengan tetap menebarkan jala kasih ke semua
orang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kebenaran Firman Tuhan telah
menuliskan pengaturan atau manajemen untuk mengatur bangsa Israel yang akan kembali ke
tanah perjanjian. Konsep tatanan manajemen yang pertama diberikan kepada bangsa Israel
dengan konsep Teokrasi atau tatanan yang berpusat dan dipimpin oleh Allah, hal ini juga
yang perlu diterapkan dalam manajemen Gereja. Manajemen Gereja yang benar adalah
konsep manajemen yang berpusat kepada Allah saja, yang tentu memiliki dasar dalam
pengaturannya berdasarakan Firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Dari penjelasan di
atas juga terlihat bahwa konsep Teokrasi yang dijalankan oleh bangsa Israel yang dipimpin
oleh Musa adalah konsep manajemen yang tentu memiliki banyak aturan yang harus
dijalankan oleh bangsa Israel agar Allah dapat hadir di tengah-tengah bangsaNya. Hal itu
adalah praktek manajemen yang sudah dilakukan oleh bangsa Israel, mulai dari aturan-aturan
untuk Imam dari golongan suku Lewi sampai dengan aturan-aturan yang ada di dalam kemah
suci. Teokrasi adalah konsep yang dipimpin oleh Allah yang tentu memiliki aturan-aturan
yang harus dijalankan atau dengan kata lain konsep Teokrasi adalah konsep yang tentu harus
tetap relevan dengan keadaan yang ada di dunia saat ini dengan tetap menjalankan prinsip-
prinsip dasar manajemen yang ada.
Gereja perlu memiliki konsep manajemen yang benar yang Alkitabiah sebab Gereja
adalah wakil Allah di dunia untuk memberikan arahan kepada jemaat dengan cara memiliki
sistem yang jelas tidak hanya secara liturgis saja tetapi juga dalam menjalankan Gereja secara
organisasi di luar waktu ibadah Minggu. Dengan kata lain Gereja pun juga harus professional
dalam arti melakukan dengan baik dan sungguh-sungguh meskipun dalam hakekatnya
pelayanan yang dilakukan dalam Gereja hakekatnya adalah sebuah pengorbanan atau
sukarela1.
Dalam Perjanjian Baru pun Tuhan Yesus selalu mengajarkan kasih kepada para murid
dan pengikutNya. Konsep kasih adalah konsep yang Teokrasi dimana Allah yang terlebih
dahulu mengasihi kita dan tugas kita selanjutnya adalah menebarkan kasih kepada sesame
seperti mengasihi diri sendiri. Kasih adalah pembeda antara manajemen Gereja dengan
manajemen yang dilakukan di perusahaan atau institusi yang ada saat ini. Menjalankan

1
Gidion Gidion, 2017. “Profesionalitas Layanan Gereja”, Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan”. Shift
Key 2017, Vol 7 no 2 (2017).
sebuah manajemen di dalam Gereja tentu harus berlandaskan kasih, tidak hanya mengatur
bagaimana menjalankan. Kepemimpinan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam masa
pelayananNya adalah berpusat pada hubungan dengan Bapa di Sorga yang digerakkan oleh
hati yang berbelaskasihan2.
Lalu bagaimanakah seharusnya penerapan manajemen Gereja yang benar, dan
bagaimanakah seharusnya pengelolaan manajemen Gereja yang Alkitabiah. Manajemen
Gereja yang benar adalah Manajemen yang berpusat pada Kristus yang haruds dilakukan
dengan berlandaskan kasih. Manajemen yang ada di dalam Gereja tentu harus tetap dilakukan
dengan professional dan diatur dengan jelas sebagai bentuk ketaatan kita pada Allah serta
sebagai bentuk respon kita terhadap apa yang telah Tuhan Yesus lakukan di atas kayu salib.
Kita harus membuat Gereja adalah sebuah komunitas yang kudus yang yang tentu harus
memiliki tatanan pengelolaan yang jelas seperti pengelolaan Kemah Suci di Perjanjian Lama,
hanya yang menjadi pembeda adalah dalam pengelolaannya tetap berlandaskan kasih dan
bukan boleh atau tidak boleh saja di dalam memutuskan sesuatu kepada Jemaat. Manajemen
yang diterapkan dalam sebuah Gereja harus tetap professional dalam arti harus menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yang benar meskipun dalam prakteknya Gereja bukanlan sebuah
institusi atau perusahaan yang mencari laba atau keuntungan, tetapi tetaplah pengelolaannya
harus dilakukan dengan jelas dan benar.
Begitu juga dengan pelayanan yang dilakuan kepada Jemaat, meskipun pelayanan
yang dilakukan kepada Jemaat adalah pelayanan yang hakikatnya bersifat sukarela namun
dalam prakteknya harus professional. Dalam arti Gereja harus memiliki sistem yang jelas
mengenai alur pelayanan di tiap sektor mulai dari perencanaan, koinonia, marturia, dan
diakonia yang akan dilakukan di dalam Gereja. Melakukan dengan professional adalah
bentuk respon kita bahwa Gereja adalah wakil Allah di dunia dan sifatnya adalah kudus,
sehingga dalam melakukannya pun kita harus memiliki perencanaan yang jelas dan benar.
Manajemen Gereja yang benar perlu dilakukan dengan cara yang professional dalam
arti bahwa semua perencanaan di dalam sebuah organisasi di dalam Gereja adalah bentuk
penghormatan dan bentuk ketaatan kepada Allah. Sehingga dalam pelaksanaannya semua
anggota yang ada di dalam organisasi Gereja akan melakukan dengan benar karena bentuk
takut pada Allah sebagai bentuk rasa hormat yang amat besar kepada Tuhan kita. Manajemen
yang ada di dalam Gereja tentu tidak mengesampingkan fungsi-fungsi manajemen yang
dipahami bersama atau yang sudah umum dilakukan, sebab Gereja juga harus relevan dengan

2
Yahya Wijaya, 2018. “Kepemimpinan Yesus sebagai Acuan Bagi Kepemimpinan Gereja Masa Kini”. Jurnal
Jeffray, Vol. 16 No. 2 (Oktober 2018).
keadaan sekitar termasuk pengaturan sistem organisasi yang ada di dalamnya harus dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh pengurus Gereja. Begitu juga dalam hal pelayanan yang
dilakukan kepada Jemaat haruslah dilakukan dengan baik dan benar dalam artian pelayanan
yang kita lakukan di Gereja meskipun dalam bentuk sukarela tetapi tidak mengurangi
ketepatan dan kecekatan kita sebagai pelayan Gereja untuk melayani sesama di dalam Gereja.
Sebab Tuhan Yesus sendiri pun melakukan pelayananNya dengan cara turun langsung
membasuh kaki murid-muridNya sebagai bentuk ketulusanNya dalam pelayananNya di
dunia.

Bagaimana Melakukan Manajemen Gereja Yang Benar

Penerapan manajemen gereja yang benar kepengurusan oleh rohaniawan yang telah
ditunjuk untuk tanggung jawab tersebut melalui penumpangan tangan (5 Jawatan Gereja
Perdana yaitu didalam Efesus 4:11 “Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, Pengajar”).
Bagaimana Struktur Gereja Yang Benar :

- Kepala Gereja : Kristus


- Pemimpin/wakil Kristus : Rasul, nabi (Alkitab pada masa kini)
- Gereja : Gembala (Poimen), Para Penatua (Presbuteros), Penilik Jemaat (Episkopos)
- Bersaksi /marturia : Penginjil
- Guru Jemaat : Pengajar
- Pelayan kebutuhan Jemaat : Diaken

Gereja lokal digembalakan oleh gembala, penilik jemaat, dan para penatua sebagai
pemimping gereja dengan kepala gereja adalah Kristus sendiri. Tugas-tugas gereja dibagi
kedalam diakonia atau pelayanan sesama anggota gereja oleh para diaken dan marturia atau
bersaksi melalui pengajaran oleh para Pengajar.
Pengelolaan gereja juga dalam bentuk pengelolaan keuangan gereja secara baik dan
benar. Bentuk pengelolaan uang gereja dapat diterapkan penjabaranya sebagai berikut ini.
Penerapan manajemen keuangan gereja :

• Pengelolaan yang dipimpin oleh Allah atau Theokrasi yang tunduk kepada aturan
Allah di dalam firmanNya
• Konsep manajemen dunia yang kita pelajari juga perlu diterapkan dengan benar
bukan hanya menjadikan pimpinan Allah sebagai alasan untuk tidak mengelola secara
profesional dan benar
• Gereja dalam visi dan misinya atau pekerjaan Tuhan melalui GerejaNya perlu
mendapatkan dukungan dana dari anggota-anggotanya (kepemilikan bersama dan rasa
saling memiliki. Kisah 2:44, seorang pengerja berhak mendapatkan upahnya 1 Tim
5:18, 1 Kor 9:13-14).
• Persembahan sukarela jangan dengan paksaan atau terpaksa. Sesuai dengan
kesanggupan dan dorongan hati/kasih jemaat (2 Kor 9:7).
• Persembahan sebagai bagian dari bentuk penyangkalan diri (Kisah 2:45 – Ingat
kejadian Ananisa dan Safira).

Gereja melalui bendahara dan struktur organisasinya hendaknya mengelola keuangan


dengan benar dalam bentuk pengeluaran yang bijaksana. Contoh-contoh bentuk pengeluaran
gereja yang bijaksana adalah sebagai berikut ini :

• Upah bagi Pengerja dan pelayan jemaat (gembala, missionaris)


• Menyokong pekerjaan Tuhan (rumah ibadah, pencetakan traktak dan buku
pengajaran).
• Menolong anggota jemaat yg kurang mampu dan membutuhkan (orang miskin,
janda2x, anak yatim piatu)
Peran Management Gereja Dalam Pelayanan

Arus globalisasi dan perubahan kemajuan teknologi mempengaruhi dinamika sosial


dan budaya didalam ibadah gereja. Gereja dan ibadah yang sebelumnya sering disalahpahami
sebagai perkumpulan umat Tuhan dengan para rohaniawan Kristen, kini menghadapi
tantangan baru dari krisis pandemik yang berdampak mengharuskan menjaga jarak dan
menerapkan protokol kesehatan sebagai standart pemerintah untuk mengendalikan
permasalahan genting kesehatan dan keamanan rakyatnya.
Berbagai pertanyaan kemudian muncul seputar ibadah yang sebelumnya tidak pernah
diatur oleh peraturan gereja. Bagaimana majelis gereja atau gembala dan penatua-penatua,
para diaken dan penilik jemaat bergumul menyikapi perubahan situasi ini dan menjawab
tantangan dalam beribadah harus merumuskanya kedalam sejumlah kebijakan dan pengaturan
didalam tata ibadah yang bukan saja harus berkenan dihadapan Tuhan dan tidak melanggar
prinsip kebenaran, melainkan juga dapat menghantarkan umat dalam pertemuan dengan
Tuhan dan mengalaminya didalam ibadah mereka.
Berbagai pertanyaan penting tidak terhindarkan lagi, seperti bagaimana tata cara
melakukan ibadah online, bagaimana melakukan sakramen-sakramement yang sebelumnya
selama ini tidak pernah dilakukan secara online seperti perjamuan Tuhan, baptisan, dan
katekisasi atau konseling jemaat harus diatur dan dituangkan dalam management tata cara
ibadah yang baru.
Perlunya adaptasi baru ini guna menyikapi perubahan keadaan yang memaksa untuk
dibuatkanya sebuah konsep management gereja didalam pelayanan bagi Tuhan dan umatNya
yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenara dan bagaimana peran dari pengaturan gereja
dapat menolong rohaniawan didalam menjalankan fungsinya secara baik dan bertanggung
jawab ditengah-tengan tantangan perubahan situasi dan kondisi kehidupan sosial yang ada.
Management gereja sebenarnya adalah sebagai alat untuk memastika semua fungsi
pengelolaan gereja berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Dalam hal ini management
gereja berfungsi sebagai alat kontrol untuk meminimalisir kesalahan dalam pelayanan gereja
menjalankan program-programnya. Secara prinsip utama management gereja haruslah
berlandaskan pada terang firman Tuhan sehingga tercapai tujuan pelayanan dengan terarah
dan menghasilkan sesuai dengan tujuan dan misinya yang dapat dipertanggung jawabkan
dihadapan Tuhan.
Management dapat dipahami juga sebagai usaha untuk memanfaatkan sumber daya
manusia dan benda yang ada untuk mencapat tujuan atau sasaran awal yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini management memiliki fungsi-fungsi yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan3. Sebuah management yang baik akan
memberikan hasil yang baik pula dalam kaitanya dengan dunia pelayanan.
Sebuah gereja membutuhkan adanya pengelolaan atau management dalam melakukan
pelayananya. Banyak pelayanan gereja yang terdampak mengalami kemunduran karena tidak
dtunjang oleh management yang baik sehingga menghambat pelayanan atau menghasilan
pelayanan yang tidak maksimal, efektif, dan efisien.
Kendala-kendala yang dihadapi didalam pelayanan sebagai hambatan dan tantangan
yang ada dapat mengakibatkan terhentinya sebuah aktivitas pelayanan, untuk itu management
sangatlah diperlukan agar sebuah pelayanan dapat mencapai sasaranya yang telah ditetapkan

3
Parhusip, Akdel, Panjaitan, Merry G. dan Hasugian, M.D., “Peran Management dalam mengembangkan
pelayanan di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Perumnas Martubung Medan”, Jurnal Teologi dan Pelayanan
Kristiani Epigraphe, vol.4(1), 2020: 44-56.
sebelumnya. Dengan tersedianya sebuah pengaturan dan pengelolaan dari management yang
baik atau good governance maka pelayanan dapat terus ditingkatkan mutunya yang tidak
terlepas dari kinerja orang-orang yang melakukan aktivitas pelayanan tersebut sesuai dengan
fungsi dan tanggung jawabnya yang telah diatur dan ditetapkan didalam peraturan
management pelayanan. Sebuah pelayanan yang tidak diatur dan dilaksanakan oleh orang-
orang yang tepat akan berakibat mundurnya pelayanan tersebut.
Perlu untuk disadari bahwa pada dasarnya setiap manusia itu memiliki keterbatasan
baik dalam hal kemampuan manusia itu yang sangat terbatas. Sehinga mendorong manusia
untuk membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawabnya. Dengan adanya pembagian tugas
ini maka akan menghasilkan keterikatan/formil dalam suatu organisasi4.

Fungsi Managment Dalam Gereja

George Terry mengatakan bahwa management adalah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dengan menggunakan bantuan orang lain5. Pemanfaatan orang lain
sebagai sumber dalam dalam management gereja membutuhkan orang-orang terampil dalam
pelayanan yang dapat dipercayakan tugas, tanggung jawab, dan kewenanganya secara jelas.
Didalam management gereja perlu kepemimpinan yang tepat yaitu kepemimpinan yang
melayani kebutuhan jemaat.
Rohaniawan seperti hamba Tuhan dan pendeta bertugas sebagai pelayan firman
Tuhan yang sanggup menjalankan fungsi-fungsi penggembalaan seperti memimpin didalam
ibadah kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen, konseling dan pelayanan individu maupun
keluarga jemaat. Seorang hamba Tuhan harus sanggup bertugas dalam pengawasan berbagai
aktivitas anggota-anggota gereja. Pendeta harus mempunyai kesanggupan dan pengalaman
untuk mengatur segala sesuatu. Pendetalah yang harus bertanggung jawab atas segala hal
yang ada didalam gereja.
Seorang pendeta tidak harus melaksanakan sendiri seluruh pekerjaan pelayanan yang
ada, tetapi harus sanggup menjalin hubungan dengan rekan kerjanya yang lain didalam
pengaturan pekerjaan pelayanan. Apabila ia mengangkat dan melatih rekan kerja serta
mengatur pekerjaan bagi mereka dan dia sendiri berkedudukan sebagai pemimpin, tetapi
semuanya itu harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Jangan hanya berpangku tangan,
melainkan dapat bekerja sama dengan orang lain dan memperlakukan mereka dengan baik.

4
Malayu, S.P.Hasibuan, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 4.
5
Heidjrachman Ranupandojo, Teori dan Konsep Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1987), 39.
Pendeta fungsinya sebagai pemimpin didalam gereja haruslah terlebih dahulu
mengadakan pembinaan terhadap warga jemaatnya agar mereka dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya sebagai warga gereja. Sehingga, ketika anggota jemaat diberikan tugas
dan tanggung jawab yang sesuai dengan talenta mereka masing-masing, maka warga jemaat
tersebut dapat menjalankanya dengan baik dan benar. Pembinaan warga jemaat
sesungguhnya adalah usaha melengkapi anggota jemaat dalam fungsinya sebagai anggota
tubuh Kristus (Efesus 4:11-16).
Melalui pembinaan warga jemaat akan dipersiakan sebuah program kaderisasi bagi
kepemimpinan dimasa depan didalam gereja. Dengan pembinaan umat ini maka pemimpin
gereja telah membangun jemaat sebagai alat dimana seluruh program gereja diperlengkapi
dengan sumber daya manusia yang layak melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Persiapan
tersebut dalam bentuk pengetahuan, pengertian dan pemahaman, keterampilan untuk
melakukan bentuk pelayanan yang dipercayakan kepadanya sesuai dengan talenta yang
dipercayakan dan dikembangkan olehnya.
Seorang pelayanan atau hamba Tuhan yang memimpin gereja harus menetapkan dan
dapat melaksanakan rencana dan program kerja bagi gerejanya. Peter Wongso memberi
persyaratakan bagi jabatan hamba Tuhan pendeta sebagai dipihak yang berperan aktif dalam
menyusun perencanaan aktivitas yang berfaedah bagi gereja6, dan langkah pertama yang
harus ditempuh oleh seseorang dalam proses perencanaan adalah menetapkan tujuan
pelayanan.
Sebuah tujuan seperti diibaratkan sebagai jiwa dalam tubuh dan pusat dari semua
aktifitas. Jikalau dalam sebuah penyusunan rencana tanpa ditetapkan sebuah tujuan, maka
seluruh aktivitas berada dalam status mengambang dan tidak terarah jelas kepada suatu tujuan
yang jelas7. Kondisi yang tidak tepat ini harus dihindari didalam menyusun sebuah
perencanaan didalam sebuah management gereja. Management gereja sebagai alat yang dapat
digunakan dalam pekerjaan Tuhan haruslah dimanfaatkan secara maksimal dengan tepat agar
dapat berguna didalam kemajuan pekerjaan Tuhan yang telah dipercayakan kepada gereja
atau hamba Tuhan.

Pengaturan Didalam Management Gereja

6
Peter Wongso, Theologia Penggembalaan (Malang: SAAT, 1995), 14.
7
Paulus Daun, Pengantar kedalam Administrasi Gereja (Yayasan Daun Family, 2000), 71.
Didalam sebuah management gereja yang berdaya guna, maka perlu dibarengi oleh
pengaturan yang proporsional. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dan
direncakanan dengan baik didalam menyusun langkah-langkah pengaturan suatu management
gereja yang baik yaitu pembagian kerja dan pendelegasian pekerjaan kepada sumber daya
manusia yang tepat.
Pengaturan yang ideal dapat didefinisikan sebagai pengorganisasian yang terkendali
untuk menghindari permasalahan didalam pelaksanaan suatu keputusan perencanaan yang
telah disusun dan dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Didalam pembagian kerja
seharusnya didahuli dengan proses seleksi atau pemilihan didalam pembagian tugas dan
tanggung jawab pekerjaan. Seleksi atau pemilihan ini berfungsi untuk mendapatkan orang-
orang yang tepat sesuai dengan kapasitasnya dalam menjalankan tanggung jawabnya. Jangan
pernah memberikan kepercayaan kepada orang yang salah atau tidak tepat untuk menjalankan
suatu tanggung jawab pelayanan bagi Tuhan.
Dalam pencarian orang-orang yang tepat ini, Yakub B. Susabda yang memiliki
spesialisasi didalam dunia psikologi Kristen dan konseling menjelaskan suatu prinsip penting
yang tidak boleh diabaikan yaitu, janganlah memilih orang-orang yang pemarah, mudah
tersinggung, sombong, pembosan, rendah diri, terlalu sibuk dengan pekerjaanya sehari-hari,
sering keluar daerah, sakit-sakitan, dan sebagainya8.
Setelah dijalankanya proses seleksi guna mendapatkan sumber daya manusia yang
tepat bagi suatu tugas pelayanan tertentu maka dilakukan pembagian tugas yang jelas untuk
menghindari kekacauan dan kesalahan dalam bekerja. Hal berikutnya adalah pendelegasian
pekerjaan. Pendelegasian adalah proses penyerahan tanggung jawab dan kewenangan kepada
seseorang9. Didalam suatu pendelegasian maka wajib diberikanya pengarahan terlebih dahulu
tentang batasan-batasan suatu jabatan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang akan
menjadi suatu perintah atasan terhadap bawahanya.
Didalam Alkitab didapati sebuah contoh dari pendelegasian yang benar didalam
kepemimpinan Musa (Kel. 18:25-26). Dalam suatu bentuk organisasi, manfaat pendelegasian
tugas dan tanggung jawab kepada orang lain akan memungkinkan bagi pemimpin untuk
melakukan lebih banyak hal lain lagi bagi orang lain dan juga melalui orang lain.
Diharapkan melalui suatu prinsip akan management gereja yang baik akan didapatkan
hasil yang lebih baik dan maksimal didalam suatu organisasi gereja. Konsep management

8
Yakub b. Susabda, Prinsip-Prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja (Malang: Gandum Mas,
2006), 71.
9
Agus Lay, Management (Jakarta: LPMI, 1985), 25.
gereja ini dapat diterapkan kepada lingkup organisasi gereja skala manapun karena secara
prinsip ditarik dari kebenaran universal Tuhan baik didalam kebenaran Alkitab maupun tata
kelola administrasi gerjea dan kepemimpinan didalam organisasi gereja yang baik.
Daftar Pustaka

Daun, Paulus. (2000). Pengantar kedalam Administrasi Gereja. Yayasan Daun Family.

Hasibuan, Malayu, S.P. (2003). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Parhusip, Akdel, Panjaitan, Merry G. dan Hasugian, M.D. (2020). “Peran Management dalam
mengembangkan pelayanan di Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Perumnas
Martubung Medan”, Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Epigraphe, vol.4(1).

Ranupandojo, Heidjrachman. (1987).Teori dan Konsep Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Susabda, Yakub b. (2006). Prinsip-Prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja.


Malang: Gandum Mas.

Lay, Agus. (1985). Management Gereja. Jakarta: LPMI.

Wongso, Peter. (1995). Theologia Penggembalaan. Malang: SAAT.

Anda mungkin juga menyukai