Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jannaty Zeta Ranya

NIM : 1111220310
Kelas : 2i
Mata Kuliah : Moderas beragama

Pancasila sebagai manajemen Konflik

Indonesia merupakan negara yang sangat beragam dan multicultural. Salah satu
keragamannya adalah keragaman dalam beragama atau sistem kepercayaan. Dengan
perbedaan sistem kepercayaan tersebut, setiap agama pasti memiliki perbedaan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari seperti, cara beribadah, berbusana, dan bertutur kata.
Seperti yang diketahui karena keberagaman sistem kepercayaan ini, tidak jarang adanya
konflik antar umat beragama, hal ini disebabkan oleh hilangnya toleransi yang dilakukan satu
golongan tertentu. Kita ambil contoh, konflik antar umat beragama di Aceh.
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berjalan di bawah hukum syariat
Islam. Pemerintah memberikan peraturan special untuk Aceh agar tidak memerdekakan diri
sendiri serta mendirikan negara khilafah seperti yang rakyatnya tuntun zaman dahulu. Di tahun
2015 demonstram dari kubu Islam menginginkan pemerintah untuk membongkar beberapa
gereja Kristen di Aceh. Korban pun berjatuhan, beberapa orang dari kedua belah suku banyak
yang terluka. Untunglah kompani ini tidak melebar dan dapat diatasi sebelum permasalahannya
melebar.
Hal ini tidak lain adalah rendahnya sikap toleran antar sesame dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat Indonesia kaitannya antar umat beragama
dan bagaimana Indonesia bisa maju jika masih sering terjadi konflik antar agama didalamnya.
Lalu, bagaimana peran Pancasila dalam konflik antar umat beragama di Indonesia?
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia. Diresmikan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila juga merupakan usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mecari kebenaran,
kemudian sampai mendekati ata menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya
seirama dengan ruang dan waktu. Sebagai ideology suatu bangsa serta sebagai pandangan dan
pegangan hidup masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam
nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientawsi dalam hidup oleh seluruh
masyarakatnya.
Indonesia saat ini seringkali dihadapkan dengan konflik antar umat beragama. Hal ini
disebabkan karena rendahnya rasa toleransi. Nilai toleransi antar umat beragama harus
ditanamkan sejak kecil agar kerukunan antar umat akan tetap terjaga. Dengan banyaknya
konflik antar umat beragama ini, menunjukan bahwa Indonesia mengalami kemunduran dalam
hal toleransi dan tidak berprikemanusiaan. Tragedi aceh, Poso, dan Tolikari menimbulkan
banyak korban hingga adanya korban jiwa. Hal ini menunjukan Indonesia sangat lemah akan
toleransi kehidupan beragama. Konflik ini sangat bertolak belakang dengan Pancasila sila Ke-2
“kemanusiaan yang adil dan beradab”. Pancasila sendiri sudah memberikan dasar-dasar nilai
fundamental bagi umat beragama di Indonesia, dengan Pancasila maka masyarakat Indonesia di
arahkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling meghargai
berdasarkan nilai kemanusiaan yang beradab.
Manajemen konflik sangatlah penting untu menyelesaikan dan mengatasi masalah.
Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan orang lain.
Maka dari itu, pimpina suatu organisasi dalam hal manajer bertuga untuk mengatur
organisasinya untuk mecapai tujuannya. Maka disini pimpinan sebagai manajer suatu
masyarakat dapat memberikan edukasi kepada masyarakatnya agar dapat menghindari
perselisihan dalam konfoik antar umat beragama. Karena, jika konflik antar umat beragama
tidak diselesaikan secepatnya dan tidak ada jalan keluarnya maka sangat merugikan Indonesia
kaitannya dengan perkembangan politik, ekonomi dan aspek lainnya karena kemajuan bangsa
Indonesia sangat perlu didukung oleh masyarakat itu sendiri apabila masyarakat belum berada
dalam satu tujuan yang sama maka sulit pastinya Indonesia dalam mengembangkan hal-hal lain
kaitannya untuk kemajuan Indonesia. Dalam hal ini masyarakat harus sadar akan pentingnya
persatuan dan difahamkan kembali bagaimana tujuan awal kemerdekaan Indonesia dana rah
landasan dasar negara Indoesia guna menciptakan rasa toleransi yang lebih besar satu sama
lain. Agama membutuhkan Pancasila dalam menyelesaikan keterbatasannya khususnya dalam
mempertemukan kehendak bersama antar agama dan mereduksi ikatan primordial yang
potensial menghadirkan konflik. Dalam dimensi sosiologis agama seringkali memiliki fungsi
laten sebagai pemecah (out group) dan sekaligus fungsi menifes sebagai perekat (in
group). “Cacat” ini hanya bisa dijembatani melalui konsensus bersama, yang antara lain
melalui Pancasila. Apa yang dibutuhkan untuk merevitalisasi Pancasila, Pertama
adalah bagaimana agar Pancasila dicoba dijadikan school of thought bangsa Indonesia.
Kajian-kajian ilmiah tentang Pancasila, seperti yang pernah dirintis Prof. Mubyarto,
nampaknya perlu dihidupkan kembali. Semangat kerakyatan yang dipesankan
Pancasila, bukan saja masih relevan sampai hari ini, tetapi juga menjadi kebutuhan utama
bangsa ini. Sudah menjadi rahasia umum akibat penerapan kebijakan ekonomi yang
berkiblat semangat neo-liberalisme lewat Washington Consensus yang mendikte seluruh
kebijakan publik, telah terjadi polarisasi pendapatan yang sangat tajam dan kemiskinan
struktural yang menggurita. Kedua, agar Pancasila memiliki kesaktian, maka ia
harus benar-benar digunakan sebagai alat untuk menyisir seluruh kebijakan pemerintah atas
Poleksosbudhankam. Selama ini tidak ada alat penyisir yang efektif dalam melakukan
pengawasan terhadap menyelewengan Pancasila dan UUD 1945. Ketiga, sebagai ideology
terbuka, Pancasila harus bersedia untuk direvisi, diperbaharui, direaktualisasi dan tidak
dimitoskan menjadi sebuah kesaktian semu.
Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multicultural dalam budaya maupun
dalam sistem kepercayaan. Ini dibuktikan dari keanekaragaman dalam budaya, ras, suku,
bangsa, bahasa, dan agama. Perbedaan-perbedaan tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
Karena banyaknya perbedaan ini seringkali muncul adanya konflik antar golongan. Karena
keberagaman tersebut maka lahirlah Pancasila sebagai landasan negara. Dengan pacasila inilah
masyarakat Indonesia bersatu dalam keberagaman dan perbedaan tersebut. Sila-sila pada
Pancasila juga menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia yang berketuhan,
besatu dan juga keadilan bagi seluruh rakyat. Namun banyak yang belum paham makna
sebenernya dari sila Pancasila tersebut. Sehingga banyaknya konflik dan rendahnya toleransi
tersebut. Tentu, konflik ini berdampak sangat besar bagi kemajuan negaraa jika terus dibiarkan.
Konflik agama tentu bukanlah hal baru. Konflik ini terjadi sejak adanya umat beragama.
Di Indonesia sendiri, kekerasan atas nama agama telah ada sejak dulu, namun kekerasan
tersebut meningkat pesat pasca terjadinya reformasi politik pada tahun 1998. Seiring dengan
kuatnya kegiatan gerakan radikal yang mengatas namakan Islam, hal ini tentu menyulut
kemarahan golongan lain. Konflik ini tentu sangat menghambat perkembangan Indonesia untuk
maju, karena Indonesia maju bukan hanya dengan satu aspek, melainkan beberapa pihak untuk
memajukan Indonesia. Maka dari itu, dibutuhkan peran Pancasila untuk selalu mengawal
jalannya kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernergara. Agama tetap
membutuhkan Pancasila dalam menyelesaikan keterbatasannya khususnya dalam
mempertemukan kehendak bersama antar agama dan mereduksi ikatan primordia yang
berpotensi untuk mengahdirkan konflik. Pada dimensi sosiologis, agama seringkali memiliki
fungsi laten sebagai pemecah (out group) dan juga fungsi menifes sebagai pereka (in group).
Kecacatan ini hanya bisa diselesaikan melalui consensus bersama, melalui Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai