Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Implementasi Pancasila dalam Penyelesaian Konflik-Konflik yang Didasari Isu


SARA, Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

A. Pendahuluan
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keanekaragaman
budaya, bahasa, suku, ras, adat dan agama. Setiap daerah di Indonesia memiliki
perbedaan serta ciri khasnya masing-masing. Hal tersebut menimbulkan dampak positif
sekaligus negatif bagi bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut diikat dengan pancasila
sebagai pemersatu bangsa. Pancasila merupakan ideologi, pilar, serta landasan Bangsa
Indoesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjaga
kesatuan dan persatuan. Nilai-nilai yang tertuang ke dalam setiap silanya adalah sebagai
identitas ngara, baik dalam tatanannya serta untuk mencapai tujuan nasional. Penerapan
nilai-nilai pancasila dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia telah terwujud dalam
kehiduan bermasyarakat. Hal tersebut tercermin dengan penerapan nilai-nilai religious,
gotong-royong, toleransi, musyawarah, dan solidaritas dalam kehiduan masyarakat
nusantara. Namun pada saat ini, nilai-nilai pancasila semakin luntur dari praktik
kehidupan bermasyrakat. Hal tersebut terjadi karena banyaknya tindak penyimpangan
terhadap nilai-nilai pancasila, seperti intoleransi konflik antar suku, ras, dan agama
(SARA).

Masing-masing suku bangsa juga memiliki norma-norma social di setiap suku


yang bersifat mengikat masyarakat di dalamnya agar bisa taat dan melakukan segala yang
tertera didalamnya. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku
sehari-hari memiliki perbedaan. Ketika terjadi permasalahan antar individu atau
masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda, mereka akan
mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Itu
menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara(disintegrasi).

Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk biasanya tidak hanya


ditandai oleh perbedaan-perbedaan horizontal, seperti yang lazim kita jumpai pada
perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan
vertikal, berupa capaian yang diperoleh dari sebuah prestasi atau penghargaan
(achievement). Klasifikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam, sosial
ekonomi, strata sosial posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi
permukiman. Sedangkan perbedaan horizontal diterima sebagai warisan, yang
diketahui Biasanya bukanlah sebagai faktor utama penyebab insiden permasalahan
sara dikehidupan bersosial yang melibatkan antar suku dengan yang lain nya. Suatu
suku tidak ada yang dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah
terungkap dalam ajaran mana pun di Indonesia yang menanamkan permusuhan
diantara satu dengan yang lain nya. Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertical
di masyarakat, terdapat beberapa hal yang bisa menjadi object sumber masalah konflik,
Seperti perluasan wilyah identitas sosial budaya dari sekelompok etnik, perubahan
sosial, perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses penunjang ekonomi
lainnya. Selain itu juga permasalahan kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi.

Banyaknya permasalahan atau kasus kekerasan yang didasari atas nama SARA,
merupakan bibit munculnya aksi radikal di Indonesia. Seseorang dapat melakukan aksi
radikal dengan membunuh, mengancam, melakukan tindak kekerasan terhadap sesorang
atau kelompok tertentu. Indonesia saat ini tengah menghadai permasalahan besar yang
mengancam keutuhan bangsa, di mana pemikiran-pemikiran radikal dapat memecah
belah persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Indonesia. Melihat hal tersebut, maka
seluruh masyarakat Indonesia seharusnya dapat memahami serta mengimplementasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Pancasila agar terjaganya keutuhan bangsa
Indonesia.

Diperlukan adanya konsolidasi dan toleransi di antara masyarakat yang


mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut.
Untuk menuju tujuan cita-cita nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa
diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu
faktor sejarahlah yang mampu menjadi alat mempersatukan ratusan suku bangsa di
Nusantara. Mereka semua merasa Memiliki nasib dan kenyataan yang sama di masa
lampau. Kita memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki
banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila
sebagai ideologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju
integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
a. Bagaimana implementasi dan peran Pancasila untuk menyelesaikan segala
konflik berbasis SARA?
b. Bagaimana cara agar nilai-nilai Pancasila tidak luntur dari kehidupan masyarakat
Indonesia?

C. Tinjauan Teori

a. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari bahasa panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima ideologi utama penyusun Pancasila merupakan lima sila Pancasila. Ideologi utama
tersebut tercantum pada alinea keempat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

1. Ketuhanan yang Maha Esa;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan, serta;

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai
hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di negara
Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh
UUD 1945 tersebut. Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum,
atau sebagai sumber hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila
berada di atas UUD 1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila
adalah Kaidah Pokok Negara yang Fundamental. Di era globalisasi dan kemajuaan
teknologi di zaman seperti ini memang sering kita jumpai perilaku masyarakat yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila, seperti perilaku tidak menghargai, caci
maki, bahkan rasisme yang mungkin sekarang sedang sangat hangat dibahas dikalangan
masyarakat.

b. Isu Suku, Ras, dan Agama


Isu SARA adalah salah satu isu yang sedang berkembang dengan pesat di
Indonesia belakangan ini. SARA adalah akronim dari Suku Ras Agama dan Antar
golongan. SARA adalah pandangan ataupun tindakan yang didasari dengan pikiran
sentimen mengenai identitas diri yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau
kesukuan dan golongan. Yang digolongkan sebagai sebuah tindakan SARA adalah segala
macam bentuk tindakan baik itu verbal maupun nonverbal yang didasarkan pada
pandangan sentimen tentang identitas diri atau golongan. SARA merupakan isu yang
sangat sensitif, salah satu alasannya adalah karena multikulturalisme yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif
semenjak praktik politik identitas mulai digunakan oleh para elit politik dalam kampanye-
kampanyenya. Mobilisasi massa menggunakan konten SARA dirasa menjadi salah satu
jalan tercepat dan termudah untuk menarik simpati dan dukungan. Dan pada praktiknya,
hal ini memberikan hasil yang cukup signifikan.

SARA dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni:

1. Individual, Di mana tindakan SARA dilakukan oleh individu atau golongan


dengan tindakan yang bersifat menyerang, melecehkan, mendiskriminasi, atau
menghina golongan lainnya.
2. Institusional, Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh institusi atau
pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi suatu
golongan.
3. Kultural, SARA yang dikatagorikan di sini adalah tindakan penyebaran tradisi
atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.

D. Analisa & Pembahasan

a. Implementasi dan Peran Pancasila untuk Menyelesaikan Segala Konflik Berbasis


SARA
Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini adalah
minimnya implementasi nilai-nilai Panasilla di kalangan generasi muda. Hal ini
dikarenakan banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk ke negara kita, dan akibatnya
banyak anak muda yang sering melakukan SARA terhadap orang lain, seperti kulit tubuh,
suku, bahkan agama. Akibatnya nilai-nilai luhur bangsa telah terabaikan secara luas, dan
hampir terjadi pada sebagian besar generasi muda. Sejak saat itu, sekarang dan di masa
depan, peran pemuda atau pemuda sebagai pilar, penggerak dan pemelihara jalan
pembangunan nasional menjadi sangat dinantikan. Untuk mencapai tujuan cita-cita
bangsa, yaitu keseimbangan antar suku bangsa, diperlukan adanya toleransi antar
masyarakat yang berbeda asal daerah.

Pancasila merupakan ideologi bangsa dan dasar dalam pedoman menjalankan


kehidupan bermasyarakat. Pancasila memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
yang juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan tidak terbatas oleh waktu,
yaitu : nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
keadilan. Kelima nilai dalam Pancasila merupakan senyawa yang sangat penting bagi
bangsa Indonesia dalam menggerakan roda kehidupan Bangsa Indonesia. Pancasila harus
disosialisasikan serta diimplementasikan secara terus menerus terhadap semua komponen
bangsa. Implementasi nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat saat ini dan apa yang
seharusnya dilakukan agar menjaga eksistensi nilai-nilai Pancasila tersebut dapat menjadi
nilai yang praksis, aplikatif, operasional, dan mampu dipahami serta diterapkan secara
mudah oleh semua elemen kehidupan bangsa. Nilai dan norma merupakan ketentuan serta
peraturan yang harus dilakukan demi dapat mewujudkan keselarasan dan keteraturan
dalam kehidupan. Nilai-nilai luhur Pancasila sebagai nilai-nilai dasar negara harus
landasan dan pedoman hidup bersama untuk mencapai cita-cita negara.

Semua elemen bangsa baik masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama dalam
menolak dan mencegah konflik SARA, dikarenakan hal tersebut merupakan
permasalahan besar yang dapat memecah belah bangsa Indonesia. Penanaman dan
penerapan nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan, karena menjadi landasan sikap dan
berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memiliki jiwa
nasionalisme serta memiliki sikap toleransi yang dapat menjadi tameng dalam menangkal
gerakan radikalisme. Implementasi nilai-nilai Pancasila dapat ditanamkan melalui
penerapan fungsi-fungsi Pancasila secara menyeluruh dan merata dalam kehidupan
berbangsa.

b. Cara Agar Nilai-Nilai Pancasila Tidak Luntur Dari Kehidupan Masyarakat


Indonesia
Nilai-nilai Pancasila harus tetap dipahami dan diamalkan di tengah arus
globalisasi di Indonesia. Generasi milenial menjadi obyek utama yang harus didorong
untuk tetap mengamalkan nilai luhur tersebut. Ini bertujuan agar Pancasila tidak tergerus
oleh berbagai faham yang bisa memecah kedaulatan bangsa. Penanaman nilai Pancasila
pada generasi milenial akan semakin membuat mereka pintar, memiliki sikap toleransi,
kohesif, dan punya literasi keagamaan yang baik. Pancasila, kata Rektor, juga akan
menjadi jati diri generasi milenial.

Upaya menjaga dan menguatkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat dapat


dilakukan dengan tiga hal yaitu melalui pendekatan budaya, internalisasi di semua level
pendidikan, dan penegakan hukum terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila. Pertama, nilai-nilai Pancasila perlu dikuatkan dengan pendekatan budaya.
Pemerintah melalui Kemdikbud harus menyusun strategi yang tepat, efektif, dan
partisipatif tanpa paksaan. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun fasilitas atau pos-
pos budaya di semua wilayah dalam rangka melestarikan sekaligus mengembangkan
kebudayaan lokal yang ada di masyarakat. Kedua, penguatan nilai-nilai Pancasila di
sektor pendidikan. Generasi muda adalah masa depan bagi ideologi Pancasila. Saat ini
paparan ideologi radikal mulai mengancam generasi-generasi muda kita.

Pemerintah perlu memikirkan strategi yang efektif agar nilai-nilai Pancasila


terinternalisasi dengan baik dalam kurikulum pendidikan nasional. Jika perlu, pemerintah
bisa mengintervensi kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah dan lembaga
pendidikan tinggi. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang mengabaikan kurikulum berbasis
nasional khususnya yang terkait dengan pengetahuan kebangsaan dan kebudayaan.
Ketiga, penegakan hukum. Nilai-nilai Pancasila yang ada dalam konstitusi telah
tercermin dalam sejumlah peraturan dan instrumen internasional yang telah diratifikasi
untuk melindungi hak-hak warga negara. Pemerintah tak boleh segan-segan untuk
menegakkan aturan hukum demi menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.

Sebagai warga negara Indonesia, Ada lima hal yang dapat dilakukan dalam
menanggapi isu SARA yang ingin mempecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia.
Kelima hal tersebut adalah tidak lain dari 5 dasar negara Republik Indonesia, yaitu 5
sila yang ada di dalam Pancasila yang telah menjadi lambang dan dasar negara kita.

Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal yang paling pertama yang harus dilakukan
masyarakat Indonesia dalam menanggapi isu SARA adalah bahwa mengingat kembali
bahwa Indonesia menghargai agama seluruh rakyatnya dan kita sebagai sesama
warga juga sudah seharusnya menghargai dan menghormati saudara – saudara kita
apapun agama yang dianut mereka. Sila pertama dari Pancasila ini juga menekankan
pada semua makhluk yang ada berasal dari Tuhan, sehingga sebagai sesama ciptaan
Nya, walaupun kita berbeda bentuk tubuh, jenis warna kulit, suku ras, atau pun etnik
kita harus tetap menghargai ciptaan Tuhan dan tidak boleh mengolok-olok satu sama
lain dan tidak terprovokasi oleh isu – isu SARA yang menyebar luas. Hal selanjutnya
yang ditekankan pada sila pertama ini dan dapat dijadikan salah satu cara untuk
menangkal konflik bernuansa SARA adalah dengan toleransi. Dalam hal ini, toleransi
yang di maksud adalah suatu kebebasan yang di berikan oleh negara kepada para warga
negara nya untuk melaksanakan ibadah dan praktek agamanya secara damai tanpa
ganguan.
Toleransi juga di tekankan pada saat terjadinya konflik agama di antara para
warga negaranya adalah dengan adanya mediator pada saat konflik tersebut terjadi.
Seorang Mediator sangatlah penting Ketika adanya isu SARA yang menganggu
masyarakat. Hal ini disebabkan karena Biasanya permasalahan isu SARA sendiri
diawali dari kekeliruan yang terjadi di dalam masyarakat dan ada juga karena
terindikasi tersebar berita hoax.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Seperti yang sudah di jelaskan pada isu
SARA. Isu SARA biasanaya terjadinya karena suatu kesalah pahaman atau HOAX
yang tersebar luas dikalangan Masyarakat Sehingga, sebagai manusia yang beradab,
yang memilki arti sebagai manusia yang memiliki akal dan budi pekerti yng baik,
kita seharusnya bisa bertindak dan menyesuaikan tindakan kita berdasarkan pada
nila-nilai dan norma-norma yang Berlaku, guna mewujudkan Kehidupan Berbangsa
dan bernegara yang rukun dan aman, Oleh karena itu ketika kita Bersosial Media,
alangkah baiknya Apa yang ingin kita share harus kita saring terlebih dahulu guna
mencegah HOAX tersebar luas.

Persatuaan Indonesia. Cara selanjutnya Dengan cara Menghayati,


Mengamalkan, serta Mengmplementasikan nilai- nilai dari sila ke 3 pancasila ini. Pada
Prinsip nya Menegaskan bahwa Kita mendirikan negara ini untuk seluruh rakyat
Indonesi, bukan negara untuk satu kelompok, maupun satu golongan. Pada sila nini
juga terkandung bahwa persatuaan Indonesia Bernafaskan semangat Kebangsaan yang
Melindungi segenap Bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang senasib dan
sepenanggungan dalam bingkai Negara Kesatuaan Republik Indonesia, dan sila ini juga
menegaskan bahwa persatuaan Indonesia adalah sikap kebansaan yang saling
menghormati perbedaan keberagaman masyarakat di Indonesia. sila ini kita di serukan
untuk terus bersatu dalam satu kesatuaan dalam Lingkaran NKRI. Guna Melawan
bersama oknum-Oknum yang mengunakan Isu SARA sebagai alat untuk Memperoleh
keuntungan dan Merusak Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan. Cara ke-empat dalam menanggapi isu SARA adalah
dengan demokrasi sebagaimana di anut pada sila ke-empat Pancasila. Dimana
pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah. Inti dari musyawara ini
sendiri adalah untuk mendengarkan masukkan dari semua pihak terkait tanpa
memandang bulu. Hal tersebut dapat kita aplikasikan pada saat isu SARA mulai
tersebar luas, sehingga warga negara dapat mengatasi isu SARA tersebut dengan
keputusan bersama dan kejujuran. Pada Prinsip nya dalam sila ini menegaskan Bahwa
bangsa Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui dan menjungjung tinggi
kedaulatan rakyat. Kemudian pada sila ini juga kita di haruskan memelihara dan
mengembangkan semangat musyawarah untuk mufakat dan menghargai hasil
musyawarah tersebut karena musyawarah jalan terbaik menyelesaikan suatu
permasalahaan yang merupakaan ciri Bangsa Indonesia.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cara terakhir untuk menanggapi
isu SARA adalah dengan Keadilan social Bagi seluruh rakyat Indonesia dengan cara
pemerataan pendidikan serta penanaman Moral dan karakter Pancasilais di seluruh
pelosok Nusantara agar tidak mudah terpancing dengan hal- hal yang berbau Isu SARA.
Selain itu Untiuk Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia Kita harus selalu.
Jujur dan Bisa berbuat adil di setiap Kegiataan yang kita lakukan, dan juga mau berbagi
ketika ada saudara kita yang kesulitan, Agar terwujudnya Kehidupan Yang penuh
kasih cinta di Indonesia.

E. Kesimpulan
Pancasila adalah landasan berfikir dan berperilaku Negara Indonesia,
Pancasila juga menjadi Ideilogi bangsa Indonesia, Pancasila lahir dari Nilai-Nilai
Budaya dan Adat istiadat masyrakat Indonesia yang dirumuskan oleh para Tokoh
pendiri Bansgsa Indonesia. Isu Sara merupakan permasalahan yang sangat sensitif di
Negara kita yang memiliki banyak sekali Perbedaan, Permasalah SARA biasanya
lahir karena sifat egoism seseorang atau sekelompok orang yang ingin menguasai
dan merasa benar sendiri tanpa memperdulikan orang yang memiliki perbedaan dengan
dirinya. Pancasila merupakan senjata dan tameng menghadapi permasalahan isu
SARA, dengan pengimlementasian Nilai Pancasila Kita bisa menjauhi bahkan
menghilangkan permasalah sara di kehidupan sehari-hari
Implementasi Pancasila sangat diperlukan agar nilai-nilai Pancasila yang tertanam
pada masyarakat tidak pudar, khususnya pada generasi yang sekaarang. Dengan
pengimplementasian Pancasila yang baik serta pemahaman masyarakat mengenai nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka konflik terkait SARA akan berkurang. Hal
tersebut tentunya akan menguntungkan bagi bangsa Indonesia agar tidak maraknya
terjadi perselisihan yang menciptakan perpecahan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai