Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nia Adelia

NIM: 6661220138
Kelas: 3A
MK: Analisis Formulasi Kebijakan

Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun di Indonesia


Upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas dapat dimulai dengan adanya
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai peran utama dalam pembangunan
Indonesia. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara, dengan memiliki peran penting
bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu bangsa. Keseriusan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari beberapa kebijakan yang
dikeluarkan, salah satunya Pendidikan Menengah Universal yang dikenal sebagai Program Wajib
Belajar 12 Tahun yang merupakan keberlanjutan Program Wajib Belajar 9 Tahun, yang diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2013 Tentang
Pendidikan Menengah Universal.

1. Ability to Predict
a. Values: Whose Voice Counts?
1. Socio-Culture
Menurut pandangan nilai dari sosial budaya, pendidikan merupakan suatu hal
yang penting dalam kemajuan bangsa. Tidak dapat dipungkiri dampak
perubahan sosial berpengaruh pada tingkat kualitas pendidikan dan kemauan
individu dalam menempuh pendidikan. Kemajuan teknologi membawa
budaya-budaya luar sehingga dapat menjadi boomerang untuk individu
tersebut. Keamjuan teknologi dapat menjadikan motivasi belajar siswa
menurun. Hal tersebut menjadi penting karena dapat memengaruhi angka
lulusan siap kerja dalam lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah perlu
menindaklanjuti hal tersebut dengan mengeluarkannya sebuah Program Wajib
Belajar 12 Tahun agar dapat mendorong siswa-siswa menjadikan belajar
adalah sebuah budaya, dan mempersiapkan angkatan kerja yang berdaya
saing.
2. Politics
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan program wajib belajar
12 tahun dalam peraturannya yang dikeluarkan dan ditetapkan pada tahun
2013, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan
mempersiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing dapat dirasakan
dengan menyeluruh atau merata oleh masyarakat. Pemerintah menjadikan
program ini sebuah prioritas untuk dapat dirasakan siswa siswi seluruh
Indonesia dengan adanya dukungan dari para pemerintah sebagai penunjang
dan pelaksana kebijakan.
3. Economics
Dengan hal ini, pemerintah wajib menyediakan dana untuk terselenggaranya
program wajib belajar 12 tahun yang merata dari masyarakat yang mampu
hingga masyarakat yang kurang mampu. Program ini jelas memerlukan
dukungan finansial yang memadai dari pemerintah, sehingga
pengimplementasian program ini dapat berjalan sesuai dengan harapan
masyarakat.
4. Environment
Sebelum adanya Program Wajib Belajar 12 Tahun, banyaknya angka putus
sekolah. Tetapi, saat ini angka partisipasi dalam program ini masih rendah.
Harapan dalam program ini untuk memberikan pendidikan yang terjamin
dengan adanya dukungan finasial dari pemerintah untuk usia 6-18 Tahun.
Minimnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan menjadikannya banyak
anak-anak usia sekolah yang sudah putus sekolah dan menjadi anak-anak
jalanan. Kebijakan atau program dibuat karena melihat kondisi keadaan
sekitarnya, sehingga kebijakaan pasti akan membentuk lingkungan
disekitarnya.

b. Values: Goverment Lenses


1. Socio-Culture
Dengan dikeluarkannya Program Wajib Belajar 12 Tahun, pemerintah
berupaya unutuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia serta memberikan mindset bahwa
pendidikan merupakan aspek penting untuk menjadikan generasi bangsa yang
berkualitas dan berdaya saing. Dalam hal ini pemerintah, pemerintah sudah
mempersiapkan dalam segi ekonomi, fasilitas, dan kebutuhan penunjang
lainnya.
2. Politics
Program ini dikeluarkan dengan adanya dukungan politik pemerintah dalam
pelaksanaanya. Seperti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai
pencetus program, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Organisasi
Perangkat Daerah, hingga Tenaga Pendidikan sebagai pelaksana atau
perealisasian dalam keberlangsungan program ini. Diperlukan agar program
berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan.
3. Economics
Dengan adanya program ini, pemerintah menyiapkan dana pendidikan yang
memadai untuk terealisasikannya program ini. Sehingga masyarakat dapat
menjangkau pendidikan dengan mudah sehingga dapat menciptakan
peningkatan pencapaian kebutuhan tenaga kerja yang terampil sehinga dapat
mendorong kemajuan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
4. Environment
Pemerintah berharap dengan adanya program ini dapat meningkatkan dan
menciptakan lingkungan yang baik untuk masyarakat, dengan tingginya
pendidikan masyarakat, dapat menciptakan lingkungan yang baik sehingga
dapat mengasah keterampilan dan kompetensi dalam diri, dapat menciptakan
attitude yang baik, serta meningkatkan rasa kepedulian atau sosial yang tinggi
di masyarakat.

2. Ability to Explain
a. Facts: Goverment Lenses
1. Socio-Culture
Dengan dikeluarkannya Program Wajib Belajar, pemerintah memiliki harapan
masyarakat dapat lebih mementingkan pendidikan yang mencukupi sebagai
penunjang karir di masa depan. Dengan ini, pemerintah memiliki harapan agar
seluruh masyarakat dapat merasakan pemenuhan pendidikan ini secara
merata. Dengan hal in pula, pemerintah memiliki harapan dapat meningkatnya
angka siap kerja dengan sumber daya manusia yang mampu berdaya saing
dalam pembangunan di Indonesia.
2. Politics
Kenyataannya dalam pengimplementasian program wajib belajar 12 tahun
dengan dukungan pemerintah, hal ini tidak membuat sebagian masyarakat
menjadikan pemenuhan pendidikan sebuah hal yang penting untuk anak-anak
mereka. Seperti dalam catatan Badan Pusat Statistik bahwa peningkatan
persentase anak putus sekolah tahun 2023 mencapai 0,43% dari seluruh
jenjang pendidikan (SD-SMA).
3. Economics
Dalam pelaksanaan program ini, memiliki harapan untuk meningkatkan
kemajuan ekonomi di Indonesia. Pada kenyataannya, penerapan sistem
pendidikan tersebut dapat meningkatkan angka angkatan kerja sebanyak
143,72 juta, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja naik sebanyak 0,83% poin,
serta penduduk yang bekerja mencapai angka135,30 juta orang yang bekerja.
Tetapi, angka pengangguran juga masih tinggi, dikarenakan banyak angkatan
kerja yang menjadi pengangguran karena bidang pendidikan tidak sesuai
dengan kebutuhan lapangan pekerjaan, pengangguran mencapai angka 5,86%.
Berikut dilansir dari Badan Pusat Statistik.
4. Environment
Lingkungan pendidikan yang masih terbilang belumn cukup memadai dalam
segi fasilitas, dinilai dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan program
ini. Dengan tunjangan fasilitas yang kurang memadai dan memenuhi dapat
menimbulkan hilangnya motivasi siswa untuk bersekolah. Fasilitas dapat
menjadi sumber kenyamanan dalam proses pembelajaran di sekolah.
b. Values: Whose Voice Count?
1. Socio-Culture
Budaya malas belajar di Indonesia menjadi suatu faktor yang sangat penting
dalam pendorong motivasi atau semangat belajar siswa. Hal ini disebabkannya
oleh masuknya teknologi dan budaya budaya luar yang diterima oleh usia
yanh belum cukup dan belum dapat memilah dan memilih dalam
menggunakan sosial media. Dalam hal ini, menjadikan siswa tidak bijak
dalam menggunakan sosial media yang malah menjadi pengaruh negatif untuk
semangat belajar mereka, bahkan menganggap pendidikan tidak penting
karena dapat mengakses pendidikan darimanapun dengan kecanggilan sosial
media.
2. Politics
Kebijakan ini tidak dapat menekan keinginan, dan pola pikir masyarakat akan
pentingnya sebuah pendidikan. Hal ini diakibatkan karena masyarakat berpikir
bahwa pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal
lapangan pekerjaan. Hal ini yang menjadikan masyarakat enggan memberikan
pendidikan 12 tahun kepada anak-anaknya karena dianggap pendidikan tidak
menjamin pekerjaan yang layak.
3. Economics
Walaupun pemerintah sudah menunjang dan memfasilitasi dengan biaya
seperti dana BOS, PIP, dan biaya beasiswa lainnya dalam program ini,
masyarakat menengah kebawah tetap enggan untuk melaksanakan pendidikan
12 tahun dan lebih memilih untuk bekerja. Karena hal tersebut masih
dianggap tidak dapat menjamin sepenuhnya tidak ada pungutan liar biaya
lainnya di sekolah.
4. Environment
Pada kenyataanya masyarakat harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pendidikan mereka sebagai penjamin kualitas mutu sumber daya manusia di
Indonesia. Dikarenakan kebijakan ini masih dinilai kuranng efektif, dengan
tingginya angka pengangguran di Indonesia dan kurangnya lapangan
pekerjaan sesuai dengan jumlah angkatan kerja lulusan Kejuruan atau
Menengah Atas.

Saran
Pemerintah harus lebih memperhatikan pengimplementasian program ini secara efektif di seluruh
Indonesia. Ini dapat membantu sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam program ini.
Pemerintah juga dapat memberikan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan program ini,
sehingga dapat menjamin dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap program
pemerintah. Pemerintah dapat lebih menjamin lapangan pekerjaan untuk angkatan kerja dan
lulusan lulusan Menengah Atas dan Kejuruan, agar program ini dapat menurunkan angka
pengangguran di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai