Anda di halaman 1dari 7

Nama Mahasiswa : Sasti Pramita

Nim : 720314006

Kelas :B

Mata Kuliah : Ekonomi Pendidikan

Prodi : Pendidikan Ekonomi

PEMBIAYAAN DUNIA PENDIDIKAN

A. Pembebanan Biaya Pendidikan

Anggaran pendidikan di Indonesia pernah mengalami hal yang sangat


memprihatinkan sebagaimana yang pernah dikaji Aceh surya di dalam Kompas 24
Juni 2002. Pada tahun 1995/1996 mencapai 13,8% dari APBN, mengalami
penurunan pada tahun 2000 menjadi 5,6% dan turun kembali pada tahun 2001
menjadi 3,8%. Pada tahun 2004 DPR telah menetapkan anggaran pendidikan
hendaknya merealisasikan amanah UU Sistem Pendidikan Nasional yaitu sebesar
20%. Namun jumlah ini baru dapat terealisasi pada tahun 2008, dengan berbagai
ketidaksiapan pelaksanaannya, sehingga menimbulkan kan banyak polemik.

Di Thailand pada 1997 telah menetapkan anggaran pendidikan sebesar 19%


dari APBN atau 14,4% dari pendapatan sektor pajak pemerintah. Kondisi ini
membuat mereka dapat menetapkan semua penduduk memiliki hak yang sama
untuk diperoleh pendidikan dasar (12 tahun) tanpa memungut biaya. Pembiayaan
pendidikan dasar didukung dengan perdanaan pendanaan pemerintah seutuhnya,
baik pemerintah pusat dan daerah serta mengoptimalkan pemasukan pajak.

Inggris, Amerika serikat, Jerman membebaskan biaya sekolah sampai


tingkat SLTA. Bahkan di Inggris setiap anak yang masih sekolah (umur dibawah
16 tahun dan dari keluarga menengah kebawah) memperoleh subsidi makanan
tambahan dirumah, serta bebas biaya untuk transportasi. Jerman telah menerapkan
biaya perguruan tinggi pun gratis bagi warga negaranya, namun dilakukan seleksi.
Di Inggris, warga negara dapat masuk perguruan tinggi ataupun kursus-kursus
pasca-SLTA dengan biaya dari pinjaman pemerintah melalui perbankan. Angsuran
pengembalian utang tersebut akan dilakukan secara otomatis di saat yang
bersangkutan sudah bekerja. Kondisi ini mencerminkan adanya anggaran
pendidikan bagi negara yang sudah berkembang sudah tinggi.
Perbedaan penganggaran antara pendidikan formal dan pendidikan non
formal, pendidikan umum dan kejuruan, pendidikan negeri dan swasta, pendidikan
dasar menengah dan perguruan tinggi, dapat menjadi polemik yang
berkepanjangan. Untuk itu diperlukan kajian yang super hati-hati dalam
pengalokasiannya. Ketimpangan akan menyebabkan ketidaksinkronan antara
lembaga pendidikan, sehingga sifat keberlanjutan dan sinergi tidak mungkin
dicapai, yang akhirnya berujung pada inefisiensi dalam dalam pembiayaan
pendidikan.

Beberapa hal yang perlu dicermati dalam masalah terkait dengan


pengangguran pendidikan antara lain:

1. Bagaimana dana fasilitas pendidikan didistribusikan ke daerah-daerah dan


jenis serta jenjang pendidikan yang berbeda?
2. Bagaimana dampak dari bantuan atau subsidi pemerintah dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat?
3. Apakah investasi pendidikan dapat meratakan pendapatan, sehingga jurang
perbedaan antara yang kaya dan yang miskin pendek?
4. Bagaimana efektivitas pendidikan sebagai alat pemerataan?

Dana yang dialokasikan pemerintah untuk kegiatan pendidikan secara


langsung akan bersentuhan dengan pemenuhan sumber daya pendidikan. Persoalan
yang harus dipecahkan yaitu yang menyangkut proses pembelajaran. Proses
pembelajaran sangat tergantung dari kualitas dan komitmen tenaga kependidikan
yang langsung sebagai pengelola pendidikan. Dana yang besar tidak menjamin
terjadinya proses pembelajaran berjalan dengan mulus. Dana besar, komitmen
tenaga kerja di bidang pendidikan tinggi lah yang memungkinkan terjadi proses
pembelajaran berjalan dengan baik. Untuk itu perlu pengontrolan yang tegas, jelas,
dan terus terstruktur, agar tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kompetensi
siswa/mahasiswa dapat terealisasi. Jika tujuan ini dapat tercapai, maka investasi di
dunia pendidikan tidak sia-sia, sehingga efisiensi dapat tercapai.

(Sumber: Agus Irianto, 2017 Hal 84-89)


B. Investasi Pendidikan Untuk Pemerataan

Pemerataan untuk memperoleh layanan pendidikan sangat tinggi dalam


mengalokasikan dana pendidikan. Untuk wilayah yang mempunyai sumber dana
besar sebagiannya anggaran pendidikan dari pemerintah pusat dikurangi, karena
wilayah/daerah telah mempunyai kemampuan untuk membiayainya. Bagi daerah
tertinggi bagi daerah tertinggal yang pendapatan asli daerah nya rendah perlu
memperoleh tambahan dana penyelenggaraan pemerintah dari pemerintah pusat.
Namun perlu diingat bahwa di daerah manapun pasti masih ada kelompok
masyarakat yang dari sudut ekonomi tergolong tidak mampu.

Akses untuk mengenyam pendidikan yang sama bagi setiap warga negara,
tanpa memandang status sosialnya merupakan salah satu contoh keadilan. Jika ini
dapat dijalankan di sekolah, maka akan terjadi asimilasi antara masyarakat yang
berstatus sosial ekonomi tertinggi dan terendah. Pembelajaran secara tidak
langsung di lembaga pendidikan ini merupakan dasar pengembangan pembangunan
ekonomi negara yang tidak mentoleransi adanya ketidakadilan.

Para ahli berpendapat bahwa pemecahan ketidakadilan sangat tergantung


pada kebijakan pemerintah dan kemampuan merangsang pertumbuhan dengan
meningkatkan produktivitas masyarakat yang berskala kecil. Disamping itu,
kebijakan pemerintah harus dapat meningkatkan daya serap tenaga kerja di sektor
industri modern. Kebijakan investasi tidak berpusat pada wilayah tertentu dan
layanan publik menyebar di wilayah yang padat penghuninya.

Pendidikan dapat meningkatkan produktivitas di segala bidang serta


membantu terciptanya industri modern yang dapat menyerap tenaga kerja
(menciptakan lapangan kerja baru), sehingga pengangguran dapat ditekan.
Penekanan terhadap jumlah pengangguran merupakan usaha yang meringankan
beban ekonomi masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan
pertumbuhan yang real (karena angka/beban ketergantungan rendah). Dengan
demikian, pendapatan masyarakat benar-benar ada dan kurva pendapatan tidak
mempunyai tangan yang sangat tinggi (pemerataan pendapatan tercipta).
Ahli ekonomi pendidikan, Hanushek, 2006, telah menginvestigasi tentang
hubungan antara pengembangan sumber daya manusia dan pertumbuhan
pendapatan individu dan pendapatan nasional. Hubungan yang sangat signifikan
antara pendidikan (pengembangan sumber daya manusia) dan pendapatan ini bukan
karena tingkat pendidikannya, tetapi kualitas pendidikan yang mencerminkan pada
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen yang paling berperan
dalam pembentukan potensi tenaga kerja. Oleh karena itu hal memberi rekomendasi
bahwa kualitas guru dan dosen adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam
dunia pendidikan.

(Sumber: Agus Irianto, 2017 Hal 90-95)

C. Biaya Pendidikan Dan Usaha Peningkatan Pemerataan Pendapatan

Pendidikan merupakan sarana prasarana untuk menghilangkan pemikiran


yang sesat pada diri manusia. Melalui pendidikan diharapkan manusia akan sadar
akan fungsinya di dunia sebagai pemimpin umat Allah. Sehingga sebagai pemimpin
daknya arif dan bijaksana, bukannya mau menguasai semuanya. Jiwa, sikap dan
contoh nyata kepemimpinan hendaknya terwujud di dunia pendidikan, termasuk
dalam memberi kesempatan seluas-luasnya bagi setiap manusia untuk
memperolehnya dan mengenyamnya.

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh atau mengenyam pendidikan


mempunyai makna adanya pemerataan untuk setiap manusia memperoleh ilmu,
kenaikan kemampuan serta keterampilan. Dampak selanjutnya adalah setiap orang
dapat memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan bidang yang digelutinya dan
diminatinya. Kesempatan memperoleh kerja bukan berarti hanya sebagai pekerja
tetapi termasuk juga menciptakan kerja.
Penciptaan kesempatan kerja atau berwirausaha, merupakan kunci utama
dalam pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat
negara. Di Indonesia pada tahun 2008 diharapkan tercipta wirausahawan sebanyak
2% yaitu Rp 4.400.000 orang saja hanya baru terealisasi 400.000 orang.
Kekurangannya masih banyak pada LAN persentasi ini termasuk sangat rendah,
jika dibandingkan dengan Singapura yang wirausahawan mencapai 7,2% dari
penduduknya.

Carnoy dalam Danim menguji secara empiris terhadap hubungan antara


tingkat pendidikan dan distribusi pendapatan di Brazil, Chili, Kuba, Mexico dan
Peru. Dari hasil pengujiannya ternyata ditemukan sesuatu yang bersifat paradoks
yaitu sekolah memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan
pendapatan individu di Amerika latin. Akan tetapi, distribusi pendidikan dalam
angkatan kerja tidak begitu penting pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan.
Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi penghargaan terhadap tingkat sekolah,
sektor kerja, jenis pekerjaan dan wilayah yang berbeda mungkin lebih penting dan
dalam memahami perubahan distribusi pendapatan.

(Sumber: Agus Irianto, 2017 Hal 96-101)

D. Kecenderungan Keuangan Sekolah

Kecenderungan terbaru yang mempengaruhi keuangan sekolah yaitu


persamaan kesempatan sekolah bukan lagi satu-satunya pusat perhatian. Semboyan
saat ini adalah educational excellence, efficiency, performance, accountability, and
productivity. Pada pendidikan diminta untuk menunjukkan hubungan antara
peningkatan pengeluaran dengan pencapaian siswa.

Dimulai pada akhir 1970-an sesuatu pemberontakan pajak terjadi


pergerakan ini menyebabkan perbaikan keuangan sekolah. Akuntanbilitas
mempunyai pengertian yang beragam, pada umumnya istilah ini mengacu pada
bentuk bahwa guru, administrator, anggota badan sekolah dan bahkan siswa harus
bertanggung jawab terhadap terhadap hasil dari usaha mereka. Para guru harus
memenuhi beberapa standar kompetensi dan sekolah harus memikirkan metode
yang berhubungan dengan pengeluaran outcome.
Pergerakan pengertian akuntabilitas terjadi karena beberapa faktor. Tahun-
tahun terakhir, banyak orang tua menyadari bahwa sekolah diperlukan untuk
sukses. Karena biaya pendidikan telah naik, orangtua menuntut untuk mengetahui
apa saja yang mereka bayar. Wajib pajak pada umumnya berharap adanya
pertanggung jawab pendidik terhadap outcome dari pengajaran sebagai
konsekuensi terhadap setiap program sekolah.

Penggunaan voucher pendidikan adalah kecenderungan lain yang


berhubungan dengan perbaikan keuangan sekolah. Di bawah sistem voucher, orang
tua dari siswa dari anak usia sekolah diberikan voucher atau bantuan terhadap biaya
sekolah anak mereka. Seperti halnya kredit pajak biaya pendidikan, voucher
mewakili kurangnya kepercayaan publik kepada sekolah umum dan menstimulasi
kontroversi yang mirip. Organisasi pendidikan seperti NEA dan AFT memandang
bahwa baik voucher merupakan kredit pajak akan meningkatkan pemisahan atau
pembagian publik berdasarkan garis sosial ekonomi dan kekurangan dukungan
keuangan bagi sekolah umum.

Karena persaingan tuntunan untuk akuntabilitas uangku plik dan


menurunnya kemampuan orang tua, maka dilakukan penghematan biaya
pendidikan. Prinsip penghematan yaitu memperkecil berbagai hal yang dapat
dilakukan dalam penghematan disekolah publik.

Upaya yang dapat dilakukan diantaranya melalui upaya:

1. Ukuran kelas
2. Modernisasi bangunan tuan
3. Sekolah yang lebih kecil
4. Pemberhentian sementara guru
5. Pengurangan tenaga administratif
6. Mengurangi biaya energi

(Sumber: Agus Irianto, 2017 Hal 109-111)


E. Permasalahan Infrastruktur Dan Lingkungan Sekolah

Kerusakan infrastruktur atau fasilitas dasar fisik sekolah di Amerika lebih


cepat daripada proses perbaikannya. Sekolah-sekolah di kota memiliki
permasalahan infrastruktur yang paling besar karena mereka yang tertua dan
pengaruh faktor industri. Lingkungan yang berbahaya di lingkungan sekolah adalah
permasalahan yang penting. Sebagai contoh, Environmental Protection Agency
(EPA) telah meminta pemerintah dan pemilik properti komersial, termasuk sekolah
distrik, untuk memberikan gedung dari asbestos yang terdapat di dinding dan lantai,
dan gas radon, gas ini dapat menimbulkan sebabkan kanker paru-paru biasanya dari
batu batu dan kayu pembuatan gedung. Selain itu kualitas udara lingkungan juga
harus diperhatikan dan bidang elektronik elektromagnetik. Budget sekolah harus
disisihkan pada permasalahan lingkungan dan infrastruktur seperti diatas.

(Sumber: Agus Irianto, 2017 Hal 112)

Anda mungkin juga menyukai