Anda di halaman 1dari 3

Mohon ijin memberikan tanggapan diskusi 10 terkait model pembiayaan pendidikan di Negara maju

(Amerika).

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang
efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan, dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian
manajemen pendidikan.

Menurut Levin (1987 dalam Fattah, 2009) pembiayaan sekolah adalah proses pendapatan dan sumber
daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah
geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

Menurut Supriadi (2000), Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen instrumental
(instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Biaya dalam
pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat
dihargakan uang).

Nanang Fattah menambahkan biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa seperti pembelian alat-alat pembelajaran,
penyediaan sarana pembelajaran, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang
tua maupun siswa sendiri.

Terdapat 12 model pembiayaan pendidikan yang ada dan dipergunakan di Amerika Serikat, yang
terdiri dari:

 Model Flat Grant Merupakan metode tertua, paling sederhana, dan paling tak seimbang dalam
pembiayaan sekolah. Bantuan negara kepada sekolah distrik lokal berdasarkan suatu jumlah
tertentu yang dikalikan dengan jumlah siswa.
 Foundation Plan Merupakan pendekatan yang paling umum, tujuannya adalah untuk menjamin
suatu pengeluaran minimum tahunan per siswa untuk semua sekolah distrik di negara bagian.
 Power-equalizing Plan Banyak negara bagian yang mulai mengadopsi beberapa bentuk dari
rencana terbaru. Negara bagian membiayai suatu persentase pengeluaran dari sekolah lokal
dalam ratio kebalikan terhadap kekayaan distrik.
 Weighted Student Plan Para siswa weighted secara proporsi pada karakteristik spesial mereka
(cacat dan lain-lain) atau program khusus (bilingual dan lain-lain) untuk menentukan biaya
pendidikan per siswa.
 Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guaranted Tax Base Plan) Model ini dibatasi dengan
menentukan penafsiran penilaian per siswa yang menjadi jaminan negara diperuntukkan bagi
wilayah sekolah setempat. Bantuan negara menjadi berbeda antara yang diterima daerah per
siswa dengan jaminan negara per siswa. Pembagian persentasenya sangat tinggi di sekolah
distrik yang miskin, dan rendah di sekolah distrik yang kaya/ sejahtera.
 Model Persamaan Persentase (Persentage Equalizing Model) Model ini dikembangkan tahun
1920-an, lebih banyak memberikan sumbangan yang dibutuhkan pada tiap murid dan guru ke
daerah-daerah yang kurang makmur. Dalam program yang sama, jumlah pembayaran yang
disetujui dihitung bagi setiap siswa, tiap guru, atau bagian lain yang di butuhkan. Jumlah yang
diperlukan berubah-ubah tiap bagian sesuai keperluan.
 Model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full State Funding Model) Model ini merupakan
rencana yang dirancang untuk mengeliminasi perbedaan lokal dalam hal pembelanjaan dan
perpajakan. Pendanaan sekolah akan dikumpulkan di tingkat negara dan diberikan ke sekolah
distrik dengan dasar yang sama. Asas keadilan tentang perlakuan terhadap siswa dan pembayar
pajak, serta pembiayaan pendidikan berdasarkan tingkat kekayaan yang dimiliki. Untuk
menghindari banyaknya anak pada masyarakat miskin meninggalkan pendidikan sehingga
muncul masalah pengangguran dan kesejahteraan bagi generasi penerusnya.
 Model Sumber Pembiayaan (The Resources Cost Model) Model ini dikembangkan Hambers dan
Parrish yang menyediakan suatu proses penentuan pembiayaan pendidikan yang mencerminkan
kebutuhan berbeda dari kondisi ekonomi di setiap daerah. Model ini menurut Sergivanni tidak
bersangkutan dengan pendapatan pajak maupun kekayaan suatu daerah.
 Model Surat Bukti/ Penerimaan (Models of Choice and Voucher Plans) Model ini memberikan
dana untuk pendidikan langsung kepada individu atau institusi rumah tangga berdasarkan
permintaan pendidikan. Mereka diberikan surat bukti penerimaan dana untuk bersekolah
melalui sistem voucher yang mencerminkan subsidi langsung kepada pihak yang membutuhkan
yaitu murid.
 Model Berdasarkan Pengalaman (Historic Funding) Model ini sering disebut Incrementalism, di
mana biaya yang diterima satu sekolah mengacu pada penerimaan tahun yang lalu, dengan
hanya penyesuaian.
 Model Berdasarkan Usulan (Bidding Model) Model ini sekolah mengajukan usulan pada sumber
dana dengan berbagai acuan, kemudian sumber dana meneliti usulan yang masuk, dan
menyesuaikan dengan kriteria.
 Model Berdasarkan Kebijaksanaan (Descretion Model) Model ini penyandang dana melakukan
studi terlebih dahulu untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu dibantu berdasarkan
prioritas pada suatu tempat dari hasil eksplorasinya.

Analisis tentang pengelolaan biaya pendidikan di Indonesia :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (UU RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 1 Ayat 1). Dalam mencapai visi dan misi dibutuhkan pembiayaan pendidikan yang memadai. UU RI
Nomor 20/2003 pasal 5 mengatur: setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak semua warga negara dan mengejar ketertinggalan
dunia pendidikan baik mutu maupun alokasi anggaran, pemerintah wajib memberikan layanan,
kemudahan, dan menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.
Anggaran pendidikan sebesar 20% yang diharapkan dapat direalisasi bisa menutup biaya pendidikan
mulai pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pada pendidikan tinggi. Kenaikan jumlah alokasi
anggaran pendidikan diharapkan dapat membawa dampak positif pada pembaharuan sistem pendidikan
di negara Republik Indonesia.

Sejak Indonesia ditimpa krisis ekonomi tahun 1998 hingga sekarang, kemampuan pemerintah dan
masyarakat dalam membiayai pendidikan menurun. Pemerintah terpaksa harus mengurangi porsi dana
rutin dan pembangunan, termasuk bidang pendidikan dari APBN karena harus dialihkan untuk
membayar hutang baik dalam maupun luar negeri. Kemampuan masyarakat untuk membiayai
pendidikan berkurang karena daya beli mereka menurun. Hingga Agustus 2007 pemerintah baru
mengalokasikan 9-10 persen APBN, dari ketentuan konstitusi 20%, untuk pendanaan pendidikan, di luar
gaji guru/dosen (Agus Suwignyo, 2007). Untuk menelusuri distribusi dana yang dianggarkan itu tentunya
dibutuhkan informasi biaya pendidikan yang akurat melalui analisis pembiayaan pendidikan nasional
secara keseluruhan. Analisis pembiayaan pendidikan ini sangat penting karena besar kecilnya biaya
pendidikan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa dan profesionalisme guru (Syaifudin dan
Ichsan, 2006).

Dari paparan di atas, kita dapat simpulkan bahwa Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu
investasi yang mahal. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakekatnya
akan memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan baik ditingkat makro (negara) maupun di
tingkat mikro (lembaga) yang dianggap penting adalah masalah tentang pembiayaan, pembiayaan
merupakan unsur yang multak harus tersedia. Sebagai contoh pemerintah Republik Indonesia sesuai
amanat Undang-Undang setiap tahunnya telah mencanangkan alokasi anggaran pendidikan sebesar
minima 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), demikian pula pemerintah
daerah setiap tahun menetapkan anggaran untuk pendidikan seperti untuk gaji guru dan gaji tenaga
kependidikan lainnya di daerah. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah
dengan berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta
manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan
pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Maria Sulastri_530079321

Sumber :

Johar Permana, Tita Rosita, Taufani C. Kurniatun (2019). Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

https://media.neliti.com/media/publications/134245-ID-analisis-pembiayaan-pendidikan-di-indone.pdf

http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/211312012/3602ARTIKEL_RIDA.pdf

Anda mungkin juga menyukai