(Tanggung jawab Pemerintah terhadap Pembiayaan Pendidikan Bagi Warga
Negaranya)
Disusun oleh: Widiya Rahmawati 7101418271
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 Keterpurukan suatu bangsa yang selalu diperbincangkan seringkali selalu dihubungkan dengan pendidikan. Pendidikan dinilai paling bertanggung jawab atas berbagai ketimpangan yang ada. Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar dan salah. Pendidikan memang salah satu bidang yang strategis dalam membangun suatu bangsa. Kelalaian dan ketidak pedulian dalam membangun pendidikan akan berakibat fatal bagi output sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan. Pada hakikatnya, pendidikan selama ini tidak dipandang begitu penting, atau terpenting oleh sebagian masyarakat. Kesadaran akan nilai investasi pendidikan masih belum nampak dan terlihat. Dukungan Negara dalam membangun pendidikan di Indonesia pun masih belum maksimal. Sudah ada upaya untuk memaksimalkan pembangunan pendidikan yang ada di Indonesia, namun hal itu belum begitu signifikan tampak, lebih-lebih dalam bidang pembiayaan. Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang mahal. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakekatnya akan memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan PP No. 19 Tahun 2005 membawa implikasi terhadap perlunya disusun standar pembiayaan yang meliputi standarisasi komponen biaya pendidikan yang meliputi biaya operasional, biaya investasi dan biaya personal. Sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen, Negara Indonesia memberikan amanat kepada pemerintah untuk menetapkan anggaran pendidikan 20 persen dari anggaran belanja negara seperti tertuang pada pasal 31 Ayat 4. Berdasarkan pasal 31 ini, negara memiliki dua kewajiban yaitu: menyelenggarakan pendidikan bagi setiap warga negara, dan membiayai pendidikan bagi warga negara. Menyelenggarakan pendidikan berarti negara harus menyediakan tempat/sekolah, pendidik, sarana dan prasarana sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut bisa berjalan. Membiayai pendidikan artinya negara harus menyediakan dana/anggaran agar kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan pendidik, sekolah, sarana dan prasana bisa terealisasi. Menyelenggarakan pendidikan merupakan salah satu pelayanan negara kepada wargannya (public service obligation), yang bertujuan untuk mencerdaskan mereka. Karena pendidikan merupakan hak asasi, maka tidak diperbolehkan adanya pembatasan kepada setiap warga negara untuk mendapatkannya. Tidak ada diskriminasi apakah warga itu tinggal di kota atau di pedalaman, apakah mereka orang miskin atau orang mampu, negara wajib menyediakan layanan pendidikan. Semua pihak mengharapkan adanya pendidikan yang berkualitas, namun di sisi lain banyak pihak yang merasa keberatan untuk mengeluarkan dana sebagai sumber pembiayaan pendidikan. Masyarakat berpendapat bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab Negara. Dan pendapat tersebut tidaklah salah juga. Kualitas pendidikan, sebagaimana Negara dan masyarakat harapkan sangat ditentukan oleh tingkat pembiayaan yang dilakukan. Guna menghasilkan pendidikan yang berkualitas tinggi diperlukan pembiayaan secara optimal. Pembiayaan pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam keseluruhan pembangunan sistem pendidikan. Uang memang tidak segala-galanya dalam menentukan kualitas pendidikan, tetapi segala kegiatan pendidikan memerlukan pembiayaan atau uang. Lembaga pendidikan sabagai sarana penting pembentuk manusia di masa depan dalam operasionalnya tidak dapat dilepaskan dari unsur pembiayaan. Masing-masing Negara mempunyai perspektif yang berbeda terhadap fungsi lembaga pendidikan. Konsekuensinya pengalokasian anggaran pendidikan juga berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kesadaran pejabat Negara atas kepentingan lembaga pendidikan, semakin tinggi penetapan anggaran pendidikan dalam kebijakannya, demikian sebaliknya (kesadaran pejabat Negara terhadap kepentingan pendidikan mempunyai hubungan positif dengan besaran anggaran dunia pendidikan). Dalam berbagai tingkat kehidupan, pendidikan memiliki peran yang begitu sangat strategis. Pendidikan banyak memberikan peluang untuk meningkatkan taraf atau mutu kehidupan. Dengan pendidikan yang baik, potensi kemanusiaan yang begitu kaya pada diri seseorang dapat terus dikembangkan. Pada tingkat sosial, pendidikan dapat mengantarkan seseorang pada pencapaian tujuan yang dinginkan dan strata sosial yang lebih mapan. Secara akumulatif, pendidikan dapat membuat suatu masyarakat lebih beradab. Dengan demikian, pendidikan, dalam pengertian yang luas, berperan sangat penting dalam proses transformasi seseorang dan masyarakat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan ini, tidak mungkin terjadi secara alamiah dalam arti tanpa suatu usaha dan pengorbanan. Mutu dari output yang diharapkan banyak dipengaruhi oleh besarnya usaha dan pengorbanan yang diberikan. Semakin tinggi tuntutan mutu, akan berdampak pada jenis dan pengorbanan yang harus direlakan. Pembiayaan pendidikan (financing of education) merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan pendidikan di hampir semua nergara di dunia. Negara- negara berkembang umumnya membelanjakan dananya untuk pendidikan relative lebih rendah dibandingkan Negara-negara maju. Anggaran Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu komponen terpenting di dalam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, anggaran pembiayaan pendidikan selalu mengharapkan komitmen pemerintah agar tidak berlepas tangan dalam arti selalu memperhatikan dari segi pembiayaan dengan jalan mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait anggaran pembiayaan pendidikan terutama di Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara berkembang yang lainnya. Meskipun ada beberapa poin yang tertinggal, namun bukan berarti Pendidikan di negara kepulauan ini tidak baik. Pelajar di Indonesia tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk membayar fasilitas sekolah. Di Indonesia, biaya pendidikan telah ditanggung oleh negara. Hal ini pendapat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 20% dialokasikan untuk pendidikan. Jumlah anggaran tersebut bertujuan untuk mewujudkan salah satu visi negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 31 Ayat (2) menyatakan, "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya". Sejalan dengan pasal ini, banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa di sekeliling kita masih banyak orang yang mengalami tuna aksara. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali atau pernah bersekolah namun tidak dapat melanjutkan pendidikannya lagi karena kondisi yang memaksanya harus mundur dari sekolah. Salah satu factor penyebabnya yaitu factor ekonomi dan pemerintah yang tidak merasa berkewajiban untuk memenuhi hak dasar rakyat yaitu pendidikan. Sekalipun pemerintah sudah mencanangkan pendidikan dasar gratis untuk sekolah dasar, namun pendidikan itu tetap terasa mahal bagi anak yang dilahirkan darikeluarga yang tidak mampu secara finansial. Mengapa bisa terjadi? Karena unuk sekolah mereka membuthkan buku tulis, alat tulis, seragam sekolah dan perlatan sekolah yang lainnya yang tidak gratis. Yang seharusnya mereka dapatkan dana bantuan operasional sekolah yang banyak diselewengkan oleh pihak sekolah. Krisis ekonomi yang melanda bangsa kita membuat daya dukung ekonomi keluarga semakin melemah yang mengakibatkan banyaknya anak yang putus sekolah, anak-anak yang terlantar dan menjadi gelandangan. Selain itu adanya diskriminasi pendidikan terhadap penyandang disabilitas pun kerap terjadi. Hal ini yang menjadi pekerjaan rumah dan pelaksanaan kewajiban yang telah disebutkan dalam UUD 1945 pasal 31 bagi pemerintah bagaimana penyelarasan dan pengalokasian biaya pendidikan agar semua lapisan masyarakat bisa merasakannya secara adil. Pada dasarnya pembiayaan pendidikan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah I dan II (provinsi dan kabupaten/kota). Kondisi ini sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 2 ayat (1) “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.” Implementasi perundang-undangan yang dimaksud memerlukan tekad yang kuat dari pemerintah dan pemerintah daerah. Hal tersebut di atas disebut dengan otonomi daerah. Otonomi daerah memiliki arti setiap lembaga pendidikan memiliki wewenang untuk dapat mengelola lembaga pendidikannya serta mengelola dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat demi terciptanya pendidikan bermutu yang berorientasi pada pendidikan unggul berbasis masyarakat. Tidak ada sekolah yang tidak memerlukan biaya atau pendanaan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tentunya memerlukan dana pembiayaan, baik dalam pembiayaan pengadaan sarana dan prasarana, operasional, pengadaan sumber daya material yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan program pengajaran sekolah. Dalam hal ini biaya dikumpulkan dari sumber-sumber pembiayaan pendidikan seperti sumber dari pemerintah, sumber biaya dari swasta—yaitu uang sekolah dan pemasukan dari orangtua (Irma Budyastuti: 2010, 5). Oleh karena itu, orang tua memiliki tanggung jawab untuk dapat berpartisipasi dalam memberikan dana atau biaya pendidikan bagi anak-anaknya, setidaknya memiliki tabungan dana pendidikan yang kelak dapat dipergunakan demi memenuhi berbagai kebutuhan anak-anaknya dalam menempuh pendidikan baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga ke Perguruan Tinggi (PT). Bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap pembiayaan pendidikan di Indonesia PP 13/2020 ini menyebutkan bahwa penyediaan akomodasi yang layak di bidang pendidikan bertujuan untuk menjamin terselenggaranya atau terfasilitasinya pendidikan untuk peserta didik penyandangan disabilitas oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jaminan ini harus dilakukan di seluruh jalur, jenjang dan jenis pendidikan baik secara inklusif maupun khusus. Fasilitasi penyediaan akomodasi yang layak, dapat dilakukan melalui penyediaan dukungan anggaran dan/atau bantuan pendanaan, penyediaan sarana dan prasarana, penyiapan dan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan dan penyediaan kurikulum. Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.